Pesan Moral dalam Film Ketika Cinta Bertasbih dan Proses Kreatifnya

Berpose bersama Chaerul Umam saat syuting film Ketika Cinta Bertasbih di Kairo. Dalam foto: Erieck Juragan, Rudy Koerwet, Habiburrahman El Shirazy, MH. Suprayogi, Firman Syah, dll.

Film Ketika Cinta Bertasbih memang fenomenal. Selain apik dari segi kualitas, dari sisi kuantitas penonton pun mampu meraih penonton hingga jutaan. Bahkan setelah bertahun lamanya setelah peredarannya di tahun 2009, film Ketika Cinta Bertasbih tetap saja menjadi bahan perbincangan, diskusi, hingga menjadi obyek penelitian ilmiah. Ada banyak sekali skripsi, tesis, dan disertasi yang menjadikan film Ketika Cinta Bertasbih sebagai tema utama penelitian.

Contohnya di artikel ini, saya menjadi salah satu narasumber dari pembuatan sebuah disertasi. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan saya jawab sesuai kapasitas saya waktu itu sebagai Pencatat Adegan di film tersebut. Jawaban saya ini sengaja saya publikasikan agar jika berikutnya ada penelitian lagi seputar film Ketika Cinta Bertasbih, bisa mengambilnya dari tulisan ini. Tentu saja dengan menyebut sumber tulisan tersebut dari situs firmanimmanksyah.xyz.

Berikut ada 12 pertanyaan yang disampaikan.

  1. Menurut bang Firman, pesan-pesan ajaran Islam seperti apa yang ingin ditampilkan dalam film Ketika Cinta Bertasbih?

Ada banyak sekali pesan-pesan Islami yang disampaikan di film Ketika Cinta Bertasbih. Ada yang terselip dalam dialog-dialog tokoh. Ada juga yang tersirat dari jalinan cerita. Baik di film Ketika Cinta Bertasbih 1 maupun Ketika Cinta Bertasbih 2.

Ketika Cinta Bertasbih 1.

Pesan tentang perjuangan mahasiswa untuk menyelesaikan kuliah di Al-Azhar, Mesir. Seberat dan sesulit apapun kondisinya. Kuliah harus tetap diselesaikan.

Ada juga pesan tentang persahabatan yang harus terus dijalin dan dikokohkan. Bahwa membantu sahabat bukanlah beban, melainkan kewajiban kita sebagai sahabat. Dan hak sahabat untuk mendapatkan bantuan dari kita.

Sedangkan di film Ketika Cinta Bertasbih 2 menyiratkan pesan tentang jodoh. Bahwa Allah yang menentukan jodoh kita. Sebesar apapun halangan itu, bila jodoh, ia akan kembali padamu.

 

  1. Film bertemakan Islam yang berkualitas menurut Bang Firman harus memenuhi kriteria seperti apa?

Film Islami yang berkualitas adalah film dengan pesan moral yang memiliki bobot tinggi. Memberikan perncerahan dan inspirasi positif bagi penonton. Khusus di film Ketika Cinta Bertasbih, ada banyak solusi fikih dari persoalan kehidupan para tokoh di dalam film.

Dan dari sisi proses pembuatanya pun tetap dengan mengindahkan syariat Islam.  Seperti busana yang tidak seronok dan mengumbar aurat. Menghindari sentuhan fisik pria wanita yang bukan muhrim. Dan lain sebagainya.

Padahal di banyak film baik Indonesia maupun Barat, busana sexy ini menjadi jualan yang dapat menarik minat penonton. Begitu juga dengan adegan-adegan sentuhan fisik antarpria dan wanita, adegan hubungan intim, dan yang sejenisnya menjadi bumbu yang wajib dipertontonkan untuk merebut sebanyak-banyaknya penonton.

Tetapi di film Ketika Cinta Bertasbih, hal-hal tersebut justru dijauhi. Malah bisa dikatakan “diharamkan” untuk ditonjolkan. Semua adegan yang ada sentuhan fisik bukan muhrim, selalu dicarikan cara agar tetap natural tetapi sesungguhnya tidak ada sentuhan sama sekali.

 

  1. Simbol-simbol Islam seperti apa yang ingin ditonjolkan dalam film Ketika Cinta Bertasbih?

Di beberapa film religi, untuk bisa dikatakan film tersebut bergenre religi, para pembuatnya menggunakan simbol-simbol dari atribut yang sering digunakan saat beribadah seperti peci, sorban, mukena, tasbih, bedug, dan simbol lainya. Tetapi di film Ketika Cinta Bertasbih ini, simbol-simbol tersebut tidak terlalu ditonjolkan. Tokoh utama, Khairul Azzam tidak selalu menggunakan peci. Hanya di saat-saat tertentu saja. Film ini lebih mengutamakan kepada substansi Islam itu sendiri. Bagaimana perilaku tokoh, perwatakan, dan dialog menampilkan sinar keIslaman.

Namun tetap ada simbol Islam yang menonjol sekali di film ini adalah visualisasi kampus Islam terbesar di dunia yaitu Al-Azhar. Simbol ini pulalah yang membuat banyak penonton yang terinspirasi untuk melanjutkan kuliahnya di Mesir. Atau paling tidak, untuk anak dan keponakannya.

 

  1. Bagaimana manajemen yang diterapkan dalam memproduksi film Ketika Cinta Bertasbih?

 

Manajemen di film ini seperti biasa manajemen dalam film-film lainnya. Layaknya standar umum manajemen film. Tetapi ada yang berbeda, yaitu adanya Penasehat Agama yang menjadi tempat konsultasi masalah-masalah Syariah. Posisi ini diisi oleh ustadz H. Abu Ridho dan Ustadz H.M. Ridwan. Selain itu ada juga konsultan Bahasa Arab untuk melatih para pemain dalam berbahasa Arab.

Saat syuting di Mesir, ada 2 manajemen yang terpisah tetapi tetap berkolaborasi yaitu manajemen untuk kru dari Indonesia dan mahasiswa Indonesia di Mesir, juga ada manajemen untuk kru film dari Mesir.

Tim produksi dari Indonesia hanya membawa chief atau posisi leader di departemen masing-masing saja. Sedang selebihnya diperbantukan oleh kru film Mesir dan mahasiswa Indonesia yang sedang kuliah di Mesir. Meski ada perbedaan Bahasa, tetapi kordinasi antarkru tetap terjalin dengan baik. Ada sedikit kegagapan di awal-awal syuting, tetapi alhamdulillah setelah itu berjalan lancar seperti biasanya. Bahkan bisa dibilang speed kerja kru Mesir terbilang super cepat. Ini karena mereka terbiasa bekerja dengan tim produksi dari Hollywood yang mengambil lokasi di Mesir. Kru Mesir pun agak heran dengan break makan siang. Kalau mereka makan siangnya dengan roti jadi bisa sambil syuting. Berbeda dengan kru Indonesia yang makan prasmanan.

Untuk komunikasi, kita menggunakan mahasiswa Al-Azhar untuk menerjemahkan Bahasa Indonesia dan Arab pasaran. Kadang menggunakan Bahasa Inggris. Untungnya, banyak istilah-istilah film internasional yang standar digunakan di semua negara sangat mempermudah koordinasi. Bahkan lama kelamaan, kami kru Indonesia pun akrab dengan beberapa istilah Arab yang mereka gunakan. Seperti Harakah = Action, Taghrubah = latihan sebelum syuting. Sampai istilah lensa pun kami jadi akrab. Seperti lensa 50mm = khamsyin, lensa 85mm = hamzah wa tsamanin. Dan sebagainya.

 

  1. Mengapa artisnya Cholidi Asadil Alam, Andi Arsyil Rahman, Deddy Mizwar, Didi Petet, Lucky Perdana, Habiburrahman El Shirazy, Oki Setiana Dewi, Alice Sofie Norin, Meyda Safira, Niniek L Karim, Tika Putri, Cut Yanthi? Tidak yang lainnya?

Kalau soal ini saya tidak terlalu tahu menahu karena bukan kapasitas saya dalam memilih artis dan pemain. Cuma yang saya ketahui itu adalah 4 bintang utamanya dipilih dari pendatang baru untuk mencari bakat-bakat baru dan memberi kesegaran di film nasional. Peran Azzam pun dipilih dari bintang baru untuk mendekati kepada karakter Azzam yang sesungguhnya. Yang utama juga agar tokoh di film dan artisnya bisa menjadi suri tauladan bagi penonton khususnya kaum muda.

 

  1. Mengapa lokasi shooting dilakukan di Kairo-Mesir?

Pemilihan lokasi di Mesir yaitu untuk mendekatkan kondisi riil seperti di Novel yang kemudian menjadi tuntutan skenario. Elemen visual yang asli Mesir ini pun menjadi daya tarik tersendiri bagi penonton. Mereka akan dimanjakan dengan keindahan panorama Kairo, Piramida, Alexandria, Momtazah, sungai Nil, dan lainnya.

 

  1. Bagaimana strategi yang dilakukan oleh produser film Ketika Cinta Bertasbih agar diminati oleh para penikmat film?

Marketing dilakukan dengan beragam cara. Mulai dari iklan di TV, billboard, membuat milis KCB yang kemudian menjadi komunitas yang sangat aktif mempromosikan film KCB. Promosi film pun sudah digencarkan justru jauh sebelum syuting. Yaitu dengan membuat audisi besar-besaran di lima kota besar di Indonesia. Dari kegiatan audisi itu, orang telah dibuat penasaran dengan film Ketika Cinta Bertasbih. Liputan-liputan infotainment pun gencar dilakukan. Para wartawan diajak serta ikut dalam proses audisi, saat syuting di Mesir, dan liputan-liputan menarik lainnya.

Para peserta audisi di lima kota besar itupun menjadi anggota milis KCB yang gencar berkomunikasi dan aktif mempromosikan film KCB di setiap kesempatan. Ketika media sosial seperti facebook mulai dikenal, mereka pun sering memposting berbagai hal tentang film KCB sehingga film ini semakin dikenal masyarakat Indonesia.

 

  1. Menurut bang Firman siapa yang paling dominan membuat kebijakan (policy) dalam memproduksi suatu film? Semisal Ketika Cinta Bertasbih.

Seperti juga di film-film lainnya, peran Produser dan Sutradara sangat dominan dalam mengambil beberapa kebijakan. Wabilkhusus di film ini, peran Penulis Novel yaitu Kang Abik, ikut berperan besar dalam mengambil beberapa keputusan penting. Seperti pemilihan pemain, pemilihan lokasi, kontrol adegan agar sesuai Syariah, dan beberapa kebijakan lainnya.

 

  1. Konten apa saja yang boleh dan tidak boleh ditayangkan film Ketika Cinta Bertasbih?

Waktu itu adegan pemeriksaan polisi Mesir di kediaman Azzam, dkk. Petugas dari pemerintah Mesir (semacam badan sensornya lah begitu) yang mendampingi kru saat syuting, melarang adegan Polisi Mesir yang dinilai terlalu kejam membentak-bentak mahasiswa. Mungkin ini dimaksudkan agar citra aparat kepolisian Mesir tidak dinilai sadis.

 

  1. Adakah pelatihan secara khusus bagi para pekerja/kru/artis film yang baru mau direkrut maupun yang sudah berkecimpung dalam memproduksi film?

Kalau untuk kru film sih tidak ada karena kru film diambil dari para professional yang sudah terbiasa melakukan tugasnya. Sedangkan untuk Artis baru diadakan pelatihan selama kurang lebih sebulan. Ada juga pelatihan membaca quran (tahsin), pelatihan public speaking, pelatihan Bahasa Arab, dan kajian keislaman.

 

  1. Adakah kendala internal dan eksternal yang dihadapi dalam memproduksi film Ketika Cinta Bertasbih dalam persaingan industri perfilman saat ini?

Kendala-kendala ringan sih ada. Tetapi alhamdulillah bisa segera diatasi. Kalau kendala-kendala berat sih bisa dibilang hampir tidak ada.

 

  1. Apakah ada iklan dalam memproduksi suatu film? Termasuk Ketika Cinta Bertasbih?

Membuat film membutuhkan biasa besar. untuk mengatasi problema finansial ini, sebuah film kadang menawarkan kepada perusahan untuk mensponsori film dengan menempatkan produknya di dalam film atau biasa disebut product placement. Iklan di film KCB ini kalau seingat saya ada 2 produk: yaitu Bank Mandiri dan Yahama. Bank Mandiri diwakili dengan produk kartu kredit yang digunakan Furqon saat ingin memesan kamar mewah di hotel. Dan Yamaha diwakili dengan penggunaan motor Yamaha Mio oleh Husna adik Azzam.

 

Nah itulah jawaban yang saya berikan secara tertulis kepada calon doktor yang saya lupa Namanya. Hehe. Semoga bermanfaat.

Baca Juga

This website uses cookies.