Cara Praktis Membuat Film Pendek Untuk Pemula

Pendidikan kesenian di sekolah sekarang ini tidak hanya mempelajari tentang seni musik, seni tari, seni lukis, seni drama, tetapi juga telah merambah ke seni film. Seiring perkembangan teknologi digital, membuat film tidaklah sesulit dulu.

Zaman now, perangkat kamera berkembang pesat dan harganya yang mulai terjangkau. Anak-anak sekolah hampir semua telah memilik hape yang berkamera. Aplikasi editing pun beragam. Mulai dari yang ringan hingga yang berat.

Maka tidak heran, jika sekolah-sekolah sering menugaskan anak-anak didiknya untuk membuat karya seni film. Tentu saja film pendek yang berdurasi singkat.

Tetapi pengetahuan membuat film tidak banyak diketahui oleh guru apalagi siswa. Maka cobalah ikuti petunjuk praktis di bawah ini.

Pertama-tama kita kudu ngerti dulu proses pembuatan film itu. Langkah pertama adalah perencanaan, sering dikenal dengan istilah pra produksi, kemudian ada tahapan Produksi atau Syuting, lalu Pasca Produksi yaitu editing (memilah-milah adegan hasil suting) dan mengisi suara, juga musiknya. Oke khan?

Pada tahap perencanaan ini kita akan melakukan : menulis skenario, mencari lokasi, memilih pemain, nyiapin peralatan seperti kamera dan properti yang akan digunakan, serta persiapan teknis lainnya.

1. Mencari Ide

Ide cerita bisa dari mana saja. Tetapi yang terpenting dalam mencari ide ini adalah kamu ingin menyampaikan pesan apa dari film kamu itu. Apakah kamu ingin bilang bahwa menolong teman yang sedang kesusahan itu baik? Atau kamu ingin bilang bahwa ikutilah nasehat orang tua niscaya kamu akan selamat. Mungkin kamu ingin berpesan bahwa menyontek itu akan membuatmu menjadi orang yang tidak jujur. Barangkali kamu ingin berdakwah sehingga memilih pesan bahwa anak wajib berbakti kepada orang tua kecuali saat mereka berbuat syirik.

Nah, dari ide dasar yang bermuatan pesan moral inilah, kamu selanjutnya akan membuat cerita yang tertuang di dalam sebuah skenario film.

Untuk menambah pengetahuan kamu, bisa membaca artikel-artikel di sini: KLIK LANGSUNG.

2. Menulis Skenario

Skenario itu adalah naskah kerja film yang ngejelasin apa yang terlihat dan apa yang terdengar pada film itu, untuk memberi gambaran kepada semua kru yang terlibat agar memahami gimana film itu entar.

Cerita film biasanya dari pengalaman kita sehari-hari aja seperti contoh di atas. Atau pengalaman menarik apa saja yang dekat dengan kita, yang kita sukai, dan yang begitu ingin kita filmkan. Keuntungannya adalah kita lebih menguasai persoalan itu, sehingga kita lebih gampang mendeskripsikannya, memvisualkannya, dan lebih puas bila mampu mewujudkannya.

Bila ceritanya udah ketemu, tinggal menulisnya dalam bentuk skenario. Ada penjelasan gambar dan penjelasan suara yang disusun per-adegan atau scene. Sebuah adegan adalah kejadian yang berada dalam satu tempat dan waktu yang sama, apabila salah satu atau keduanya berubah maka adegan atau judul scene ikut berubah.

Contoh penulisan skenario.

  1. INT. KAMAR ROMO – MALAM

Scene ini dimulai dari CU. ROMO 66 tahun, pakaiannya serba hitam duduk bersila berhadapan dengan anaknya Seno 22 tahun menggunakan koko dengan wajah manis tapi terlihat pahit.

ROMO:
Sudah saatnya warisan itu kuserahkan padamu.

Seno tertuntuk saja tak berani menatap mata bapaknya.

SENO:
Beri saya waktu untuk berpikir Romo…

  1. INT. KAMAR ROMO – MALAM adalah judul scene.

Nomor 2. menunjukkan urutan scene.

INT. singkatan dari INTERIOR (dalam ruangan). Lawannya adalah EXT. singkatan dari EXTERIOR (luar ruangan).

KAMAR ROMO menunjukkan tempat adegan berlangsung.

MALAM menunjukkan waktu kejadian. Lainnya adalah PAGI, SIANG, dan SORE.

Judul scene semuanya ditulis dengan huruf besar.

Skenario memuat berbagai informasi elemen visual dan audio seperti tokoh, kostum, property, ekspresi, cahaya, set, dialog, musik, dan efek suara olehnya sangat penting dalam pembuatan film. Sebuah skenario yang baik telah menjadi sebuah film dalam bentuk tertulis. Tetapi skenario yang buruk, film yang baik tidak mungkin kita hasilkan. Dan dari skenario yang baik, kemungkinan untuk menghasilkan film yang baik lebih besar.

Contoh-contoh skenario bisa juga dilihat di sini: KLIK

Selanjutnya membagi atau memecah adegan dengan shot. Secara teknis Shot adalah saat memulai merekam gambar sampai mengakhirinya/meng-CUT-nya. Pekerjaan ini adalah wewenang sutradara sehingga biasa disebut Director Shot atau Shooting List.

Sebuah shot terdiri dari Angle Kamera (sudut pengambilan gambar): High Angle (dari atas), Eye Level (sejajar dengan mata manusia), dan Low Angle (dari sudut bawah), Type Shot : close shot (patokan untuk manusia adalah sebatas dada keatas), Medium shot (sepinggang atau sampai lutut), Long Shot (keseluruhan tubuh).

Bila menggunakan gerakan kamera. Ada Panning yaitu gerak horizontal kamera. Tilt adalah gerak vertikal. Track In gerak maju mendekat. Track Out gerak mundur menjauh. Swish Pan gerak horizontal dengan sangat cepat. Swing gerak diagonal. Zoom In adalah perubahan lensa kamera sehingga obyek terkesan mendekat. Zoom Out berkesan menjauh.

Contoh sederhana Director Shot

  1. INT. KAMAR ROMO – MALAM
No.shot VISUAL AUDIO
 1. CU. Romo. Kam. Zoom Out to MS. Romo Sudah saatnya warisan itu kuserahkan padamu..
2. MS. Seno

Seno berdiri Kam. Tilt Up Follow Seno.

Beri saya waktu untuk berfikir romo…
3. LS. Seno keluar rumah. Romo tertegun. Musik bernuansa muram dengan instrumen gamelan Jawa.

Ket.

CU = Close Up

MS = Medium Shot

LS = Long Shot

3. Mencari Lokasi

Carilah lokasi yang sesuai dengan skenario yang telah kita tulis. Perhatikan spesifikasi lokasi yang kita inginkan dengan mempertimbangkan aspek artistik dan teknis. Pilih lokasi yang nggak terlalu bising agar perekaman suara/dialog tidak terganggu dengan noise atau suara yang tidak kita kehendaki.

Apabila gedung/rumah jangan memilih yang bergema sebab suaranya akan tidak terdengar jelas. Lokasi mudah diakses, jangan sampai kamu yang di Jakarta milih lokasi di Papua khan repot juga tuh.

Perhatikan juga cuaca, suasana -kaitannya dengan rutinitas masyarakat setempat, sumber listrik, dan tentunya keamanan. Jangan sampai suting terganggu oleh ulah preman dan masyarakat yang menonton proses suting kamu.

Carilah juga alternatif lokasi agar tidak repot dan mudah mencari gantinya bila ada kendala teknis maupun artistik pada proses suting.

4. Memilih Pemain (Casting)

Tentukanlah pemain yang akan pas memerankan tokoh dalam film kamu. Adakan uji coba (screen test) dengan menyuruh calon pemain kamu memerankan tokoh tersebut. Apabila tokoh tersebut mempunyai anak atau orang tua, maka carilah yang wajahnya hampir mirip, biar pas gitu lho.

5. Menyiapkan Peralatan Suting

Siapkan dengan lengkap semua peralatan yang kamu butuhkan sebelum suting. Jangan pada hari syuting baru gerabak gerubuk mencari peralatan tersebut.

  1. Kamera

Sekarang ini banyak  jenis kamera yang bisa kamu gunakan. Mulai dari kamera professional sampai kamera hape. Bisa disewa atau punya sendiri. Sebelum menggunakan semua peralatan tersebut, sebaiknya periksa terlebih dahulu lensa, kualitas rekaman gambar dan suaranya, tombol-tombol kamera, baterai, juga peralatan pendukung seperti tripod/penyangga kamera berkaki tiga dan alat-alat lainnya.

  1. Lampu

Cari lampu yang bisa menerangi set sesuai dengan keinginan kita. Perhatikan warna lampu, watt, penopang lampu, dan pernik-pernik lainnya. Jika kamu tidak mempunyai lampu, kami bisa gunakan pencahayaan matahari, atau mencari tempat-tempat yang terang. Pentingnya cahaya dalam pembuatan film yang harus kamu tahu (KLIK)

  1. Kabel

Kabel kita perlukan untuk mensuplay listrik ke lampu kita, monitor, kamera, dan property yang membutuhkan tenaga listrik.

  1. Properti

Siapkan properti yang akan digunakan tokoh kita, misal: alat tulis-menulis, sapu, gunting, tas, gelas, dan sebagainya.

  1. Kostum

Pilih kostum yang sesuai dengan karakter tokoh dan setting kejadian adegan. Umpama seorang dokter dengan kostum putihnya, pelajar SMP dengan putih birunya, direktur dengan jasnya. Juga perhatikan setting kejadian seperti tahun dan model pakaian jaman itu. Perhatikan juga warna kostum dengan melihat warna set.

  1. Peralatan Lainnya

Siapkan segala yang kamu butuhkan. Mungkin seperti efek darah, kendaraan pemain, wig, atau apa sajalah. Jangan sampai ketinggalan, sebab akan lebih sulit jika baru dicari saat suting tengah berlangsung.

6. Schedule Syuting

Tentukan pilihan waktu dan tempat yang baik dan cocok dengan kondisi keseluruhan kru. Kelompokkan dan jadwalkan scene-scene dengan lokasi yang sama untuk di-sut sekalian agar tidak bolak-balik lokasi sehingga suting jadi tidak efisien.

Persiapan suting yang baik akan sangat membantu kelancaran suting dan kualitas film yang kita harapkan.

Tahapan selanjutnya… 

7. Syuting (Shooting)

Saatnya sutradara memberi aba-aba “action” untuk memulai pekerjaan merekam gambar dan pemain beraksi. Mengakhiri perekaman gambar dengan “Cut”. Sebelum “action” sutradara terlebih dahulu memberi aba-aba kepada kamerawan dengan “camera” untuk memulai merekam gambar. Dijawab “rolling” apabila kamera sudah melakukan perekaman.

Sutradara akan memberi stempel OK untuk gambar yang sesuai keinginannya dan NG (Not Good) untuk gambar yang salah dan harus melakukan rekam ulang (retake).

Karena pengambilan gambar tidak sesuai dengan urutan scene dalam skenario, maka kesinambungan gerak pemain, properti, kostum, tata rias, posisi pemain, pandangan, kecepatan jalan, intonasi dialog, maupun cahaya dan mendung, harus menjadi perhatian penting agar tetap nyambung adegan satu dengan adegan lain. Untuk itu butuh pencatat adegan atau script supervisor untuk mendokumentasikan semua hal yang berhubungan dengan continuity (kesinambungan).

Contoh Laporan Kontinuiti. Lengkapnya ada di artikel ini.

Kematian Romo

Sutradara              :

Kamerawan          :

Editor                     :                                                               Hari/Tgl :……………………………

Pencatat Adegan :                                                               Lokasi    :……………………………

NO SCENE SHOT TAKE OK/NG KETERANGAN GAMBAR KET

Jangan lupa waktu suting memperhatikan jadwal makan dan istirahat agar kondisi badan tetap fit untuk melaksanakan suting pada waktu dan hari berikutnya. Yang utama adalah break (istirahat) untuk melakukan shalat berjamaah bareng semua kru dan pemain.

8. Editing

Untuk menyunting gambar dan suara yang telah direkam, kini banyak bermunculan sarana editing yang murah dan terjangkau. Untuk Software banyak pilihan seperti Adobe Premiere, AVID, Final Cut Pro, Windows Movie Maker, dan sebagainya. Kamu bisa juga menggunakan editing di hape, meski itu tidak akan maksimal.

Editing adalah penyambungan shot dengan shot yang lain sehingga menimbulkan suatu pengertian dalam benak penonton. Sambungan-sambungan ini bisa berupa CUT TO CUT yaitu sambungan langsung shot satu dengan shot berikutnya. Atau dengan cara OPTICAL yang terdiri dari : DISSOLVE, FADE IN, FADE OUT, WIPE. DISSOLVE adalah gambar lambat laun menghilang tapi segera disusul gambar berikutnya.

FADE IN adalah gambar mula-mula gelap, perlahan muncul menjadi terang. FADE OUT gambar perlahan menjadi gelap. WIPE gambar pertama digeser oleh gambar kedua, baik dengan gerak vertical, horizontal, diagonal, dan bermacam variasi lainnya.

Intinya adalah menyambung keseluruhan shot menjadi sebuah film yang utuh. Penggunaan transisi Optical ini harus sebijak mungkin, bila tidak perlu sebaiknya tidak digunakan.

Editor adalah sutradara kedua (second director) yang menentukan rima adegan dan film secara keseluruhan. Hal pertama dalam tahap editing ini adalah pemilihan/seleksi shot, baik kualitas gambar dan suara maupun kualitas pengadeganan.

Selanjutnya menyusun shot terpilih menjadi sebuah adegan yang apik, sesuai tuntutan adegan dan urutan scene. Mengatur iramanya, memberi efek gambar atau suara bila perlu, mengatur suara/dialog, memberi ilusrasi musik, memberi title, sehingga jadilah sebuah film yang kamu idam-idamkan.

Bahan bacaan lanjutan tentang editing bisa dilihat di sini.

Di tahapan editing ini kamu tidak hanya mengedit gambar tetapi juga mengedit suara. Entah itu dialog tokoh, musik, maupun sound effect.

9. Edarkan Film Kamu

Film udah jadi tentu kamu pengen film itu ditonton oleh sebanyak mungkin orang khan? Kamu bisa memilih cara kamu sendiri. Buatlah launching film kamu dengan nobar di sekolah, di lingkungan rumah, lingkungan remaja masjid, dan lingkungan pergaulan lain. Film kamu juga bisa diikutkan festival-festival film pendek yang semakin marak.

Kamu juga bisa mengunggah film kamu di platfor digital seperti youtube, vimeo, atau situs lainnya.

Selamat berkarya.

Mungkin Anda Menyukai