saat dingin menancap di permukaan
pori-pori kulitku ia berkata : “mampuslah kau manusia,
akan kubekukan jazadmu, kubekukan otakmu, kubekukan hatimu, rasain, kau tidak mungkin bergerak,
diam, kaku. beku.”
tetapi tidak juga wahai dingin
ternyata aku temukan hangat di sini. bukan karena hangatnya air
bukan karena tungkunya api,
bukan juga dekapnya selimut.
melainkan hangatnya ukhuwah
sekali lagi kehangatan
ukhuwah wahai dingin
hangat itulah yang mencairkan bekumu
otakku cair, hatiku cair, secair embun
yang seperti airmata kala lailku tiba dan
subuhku menanti
apalagi yang ingin kau katakan wahai dingin
bekumu tak bekuku
diammu tak diamku
kakumu tak kakuku
sebab aku punya teman
sebab aku punya sobat
sebab aku punya ikhwan
sebab aku punya akhwat
pergilah kau dingin
aku ingin hangat
hangatnya ukhuwah islamiyah
puncak, 13.08.00
saat ikut dm2 kammi jakarta