Kisah Mayat Pelawak Yang Bikin Repot

Suatu hari anak pengusaha jatuh sakit. Pengusaha bingung karena anaknya tidak mau ke dokter apalagi ke dukun. Dia minta dicarikan orang yang bisa menghiburnya. Yang bisa membuatnya tertawa. Karena mungkin itu yang bisa menyembuhkan sakitnya atau bisa menghantarnya menuju ke dunia keabadian. Pengusaha sedih dan makin bingung. Untung Asisten Pengusaha punya kenalan seorang pelawak.

Asisten Pengusaha menjumpai Pelawak. Tetapi Pelawak enggan memenuhi panggilan Pengusaha itu. Pelawak merasa belum punya pengalaman melawak di hadapan orang sakit. Dia biasanya melawak di depan orang normal. Si Pelawak takut nanti tidak bisa maksimal melawak atau bahkan depresi karena lawakannya tidak lucu. Ketawanya penonton adalah kebahagiaan yang tiada tara bagi Pelawak. Asisten berusaha sedemikian rupa agar Pelawak mau diajaknya. Kalau tidak berhasil membawa pelawak, reputasinya di hadapan si Bos bisa hancur. Masak membawa pelawak saja tidak bisa. Asisten pengusaha juga berjanji bahwa dia yang akan tertawa terbahak-bahak kalau anak si Pengusaha tidak tertawa. Pelawak pun mau setelah berbagai macam penjelasan diterangkan oleh Asisten Pengusaha.

Ketika Pelawak hendak melawak. Pengusaha malah menyuruh asistennya keluar ruangan biar anaknya lebih konsentrasi menonton. Asisten menolak dengan berbagai alasan bahwa dia juga harus menonton. Dalam hatinya, kalau tidak ada yang menertawakan leluconnya si pelawak, si Pelawak bisa depresi bahkan sangat mungkin bunuh diri di tempat. Ini tentu akan sangat merepotkan mereka. Tetapi Si Pengusaha tetap ngotot menyuruhnya keluar. Belum juga si Pelawak itu melawak, terdengar suara tertawa si Asisten Pengusaha. Pengusaha marah-marah kepada Asistennya. Si Asisten menjawab bahwa dia merasa lucu dengan lawakan si Pelawak yang ternyata belum memulai melawak.

Pelawak mengeluarkan jurus-jurus lawakannya yang paling mutakhir. Tetapi saat ia memeragakan memakan sebuah benda. Ia keselek sampai akhirnya mati. Pengusaha, Anak Pengusaha, dan Asisten Pengusaha panik. Anak Pengusaha yang tadinya tidak bisa bangun dari tempat tidurnya selama beberapa bulan, akhirnya bangun juga. Pengusaha bersyukur tapi Asisten mengingatkan tentang mayat Pelawak ini gimana? Mereka jadi panik kembali. Pengusaha sudah tidak bisa berfikir lagi. Dia tidak mau dituduh sebagai pembunuh. Dia tidak mau berurusan dengan polisi. Pengusaha menyalahkan Asisten karena telah mimilih Pelawak yang gampang mati. Pokoknya Asisten yang harus bertanggungjawab. Asisten lalu minta uang honor Pelawak diberikan, lalu honor mengebumikan mayat ini, ditambah gaji dia tiga bulan, serta uang pesangon. Pengusaha mengabulkan semua itu dengan hati dongkol. Asisten lalu berfikir membawa mayat itu ke dokter. Siapa tahu masih bisa dihidupkan atau apalah.

Sesampainya di klinik dokter, Asisten Dokter dengan santainya menjawab bahwa Dokter lagi sibuk, padahal Asisten Pengusaha sudah kelihatan panik. Setelah didesak Asisten Dokter lalu memanggil Dokter. Dokter turun dengan hati dongkol karena dia masih urus pasien lain. Karena Dokter berjalan sambil mengomeli Asistennya, dia tidak melihat Pelawak yang akhirnya ditabraknya. Pelawak jatuh. Dokter kaget lalu bingung bagaimana ini? Asisten menyarankan agar dibawa saja ke rumah Tetangga sebelah. Dokter menuruti dan membawa mayat Pelawak itu ke rumah sebelah.

Saat Dokter mengendap-endap masuk, Tetangga curiga ada yang tidak beres. Dia lalu mengambil balok pemukul lalu menyergap tamu tak diundang itu. Tetangga menyergap secara membabi buta memukuli mayat Pelawak tersebut sampai terjatuh. Tetangga heran kok nggak ada perlawanan dan sekarang maling itu jatuh tersungkur? Dia mengamati mayat Pelawak lalu kaget karena dia merasa telah membunuh orang. Tetangga dokter itu merasa bersalah lantas buru-buru hendak menyingkirkan mayat itu agar tidak dituduh sebagai pembunuh. Dia membawa mayat itu ke sebuah tempat. Kebetulan dari jauh ada pemabok hendak lewat jalan itu. Si Tetangga tahu bahwa pemabok itu pasti selalu usil dengan orang lain. Mudah-mudahan pemabok itu kena batunya. Dia pun membuat posisi mayat Pelawak seperti sedang kencing berdiri.

Dan memang Pemabok itu usil. Dia menegur si Pelawak dan melarang kencing di depan umum karena termasuk perbuatan asusila yang melanggar hukum. Pokoknya si Pemabok itu ceramah panjang lebar. Tapi dia tidak tahu bahwa tak akan ada jawaban dari mayat Pelawak. Si Pemabok gusar lalu mengetok kepala si Pelawak dengan botol. Pelawak jatuh, si Pemabok kaget lalu seketika menjadi sadar bahwa dia telah membunuh seseorang. Waktu hendak melarikan diri, kebetulan ada hansip yang sedang ronda lewat dan mendapati si Pemabok sudah membunuh si Pelawak. Si Pemabok pun ditangkap lalu di Sidang. Vonis hakim agung adalah menghukum mati si Pemabok.

Waktu hendak dihukum gantung, si Tetangga mengaku bahwa sebenarnya dia yang telah lebih dulu membunuh si Pelawak itu. Hakim Agung pun memutuskan Tetangga yang bersalah. Pada saat bersamaan pula, si Dokter pun mengaku hal yang sama, bahwa Tetangga itu tidak sepatutnya dihukum karena dia lah yang bersalah. Ketika si Dokter membuat pengakuan, si Asisten Pengusaha yang ganti mengaku bahwa dialah yang membawa mayat itu ke klinik Dokter. Asisten Pengusaha yang harus dihukum, saat itu pula Pengusaha dan anaknya yang mengaku bersalah. Bahwa si Pengusaha yang menyuruh Asistennya yang membawa mayat itu. si anak juga merasa paling bersalah karena gara-gara dia minta dihibur oleh pelawak itu maka Pelawak itu menemui tewas. Hakim diam lalu tertawa terbahak-bahak. Semua lalu tertawa terbahak-bahak. Hakim pun memberi nasehat bahwa : 1. kalau mendapati sebuah masalah jangan gampang panik dan tergesa-gesa memutuskan sesuatu; 2. bertanggungjawablah terhadap apa yang kita lakukan, sepahit apapun resikonya; 3. jangan melemparkan tanggungjawab kepada orang lain apalagi yang bisa menimbulkan fitnah yang berakibat menghilangkan nyawa orang lain.

Hakim pun memutuskan bahwa tidak ada yang bersalah dalam perkara ini. Kejadian ini hanyalah kecelakaan murni. Tidak ada unsur kesengajaan sehingga menghilangkan nyawa orang lain. Dan berterima kasih atas kesadaran warga yang akhirnya meski terlambat mengakui kesalahan dan mengambil tanggungjawab terhadap apa yang telah dilakukannya.

Mungkin Anda Menyukai