Tahap Pasca Produksi dalam Proses Produksi Film

Setelah proses produksi atau syuting rampung, semua shot telah ditake, maka tahapan selanjutnya dalam pembuatan film adalah tahap pasca produksi (post- production). Tahap ini adalah tahap penyelesaian akhir dari semua kegiatan shooting yang sudah dilaksanakan sebelumnya. Dalam tahap ini, hasil perekaman gambar diolah, diedit dan digabungkan dengan hasil rekaman suara. Penggabungan tersebut disesuaikan dengan naskah sehingga dapat menjadi satu kesatuan karya audio-visual yang mampu bercerita kepada para penikmat film.

Di zaman film masih gunakan bahan baku film celluloid, memang proses editing dikerjakan jika semua proses syuting telah rampung dikerjakan. Namun di zaman digital ini, kerja editing bisa langsung dikerjakan saat syuting tengah berlangsung. Dengan kemudahan teknologi termutakhir, proses ini bisa berjalan beriringan.

Hasil syuting di hari pertama bisa langsung diedit pada syuting hari kedua dan seterusnya. Hal ini juga menguntungkan bila ternyata ada kekurangan shot, atau kerusakan dalam file, sehingga adegan yang diambil bisa diretake.

Lalu apa saja yang harus dilakukan oleh pimpinan produksi atau unit production manager di tahap ini?

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan. Pertama:

Memastikan Backup file

Kerusakan dan kehilangan file hasil syuting adalah hal yang sungguh menakutkan bagi semua kru. Bayangkan saja jika hasil syuting yang sudah dibuat bersusah payah, tapi filenya hilang, maka pekerjaan kemarin itu terasa sia-sia. Anggaran pun akan over budget jika harus diadakan syuting ulang. Untuk itu unit produksi harus terus mengecek hasil dan memastikan bahwa file aman terkendali.

Sebenarnya tanggung jawab ini berada di pundak DIT (Digital Imaging Technician). Orang yang bekerja di bawah departemen kamera yang bertugas mentransfer, mengelola manajemen file, dan memastikan kualitas teknis gambar dan keamanan file hasil syuting.

Pencadangan data dan kontrol kualitas sangat penting bagi DIT. Mereka harus memastikan bahwa data kamera asli dan metadata dicadangkan setidaknya dua kali sehari, memastikan integritas data dengan verifikasi checksum. Selain itu, data dapat dicadangkan pada pita LTO yang lebih keras daripada perangkat elektronik dan digunakan untuk penyimpanan jangka panjang. Salinan lain harus dibuat pada pembawa data transfer yang akan dikirim ke pasca produksi bersama dengan laporan konten. Sekali lagi, data harus di-backup. Data harus dapat diakses setiap saat dan harus disimpan dalam sistem yang dapat ditinjau, menampilkan metadata dari setiap klip.

Nah, di sini seorang DIT selalu berkoordinasi mengenai ketersediaan harddisk dan backup harddisk. Selain file gambar, DIT juga bertanggung jawab terhadap file audio dan sinkronisasinya. Unit produksi harus menyediakan sejumlah hard disk untuk penyimpanan file gambar dan audio, sekaligus hard disk backup-an.  

Harddisk-hardisk ini harus diperlakukan bagai bayi oleh unit produksi. Harus hati-hati. Tidak boleh lecet apalagi hilang. kalau sampai terjadi, bisa-bisa digebukin semua kru. Mungkin juga digantung sama produser. Haha. Becanda aja.

Studio editing

Ada PH yang memiliki studio editing sendiri, tapi banyak juga PH yang harus menyewa studio editing. Untuk itu pimpro wajib mengatur, menjadwalkan, dan memastikan ketersediaan peralatan di studio editing. Jangan sampai bentrok dengan tim produksi lain.

Proses editing ini biasa dikenal dengan Offline Editing, di mana editor merangkai shot-shot hasil syuting menjadi film utuh. Tapi offline editing menggunakan proxy file bukan file raw yang resolusinya sangat tinggi. Jadi pimpro harus terus menjaga dan mengamankan file-file untuk nanti dibawa ke meja Online Editing.

Selama proses editing, pimpinan produksi harus menyediakan konsumsi makanan, minuman, juga cemilan bagi editor dan asisten editor. Jika diperlukan mungkin DIT masih bekerja. Menyiapkan uang transpor. Dan tentunya uang sewa menyewa dengan pihak studio editing.

BACA JUGA: EDITING

Studio suara

Sama dengan studio editing. Pimpinan produksi juga wajib mengatur, menjadwalkan, dan memastikan ketersediaan studio suara. Apalagi studio suara di Indonesia ini tidak banyak, maka penjadwalannya harus dicek terus.

Pimpinan produksi tidak perlu menyiapkan makanan dan minuman untuk para pekerja di studio suara sebab biasanya mereka sudah stay di situ. Yang perlu disiapkan dan dikoordinasikan jika sutradara atau pemain perlu hadir di studio. Mungkin ada dialog yang perlu direkam ulang. Maka pimpro harus mengkoordinasikan dan mengatur jadwal mereka.

Visual effect

Pimpinan produksi selalu berkoordinasi dengan tim visual efek jika film tersebut memerlukan efek visual. Efek visual ini bisa berupa ledakan, green screen, efek ledakan, animasi tambahan, yang memerlukan CGI (Computer Generated Imagery). Keterampilan ini memang khusus sehingga membutuhkan tenaga ahli yang khusus pula.

Untuk itu, pimpro harus memastikan, kapan mereka bekerja dan yang terpenting adalah file hasil kerja yang harus diamankan dan dicadangkan (backup).

Pimpro akan berkoordinasi dengan editor dan colorist di studio color grading.

Studio color grading

Ada studio editing yang juga melayani pekerjaan color grading dan ada juga yang tidak. Jika studio editing yang digunakan tidak menyediakan fasilitas tersebut, maka pimpinan produksi harus menyewa studio color grading yang mana tahap Online Editing akan dilakukan.

Bisa saja studio editing itu menyiapkan fasilitas canggih untuk Online Editing, tapi sutradara atau sinematografer memilih studio lain karena pertimbangan kualitas dan keahlian colorist, maka pimpro harus melayani kebutuhan itu. Tentu saja dengan terus berkoodinasi dengan produser karena semua menyangkut dana yang akan dikeluarkan.

Pimpro juga harus menyiapkan dana dan konsumsi untuk sutradara dan sinematografer yang sedang bekerja di studio color grading.

Hasil Akhir Film

Setelah semua proses tersebut selesai, maka berikutnya jika film itu akan ditayangkan di bioskop maka perlu dibuat had disk DCP (Digital Cinema Package). HDD ini berisi file-file yang khusus untuk ditayangkan di proyektor bioskop. Di dalamnya berisi selain berisi file film, trailer, dan iklan, HDD ini juga berisi informasi kata kunci KDM atau Key Delivery Messsage yang berisi format film, validation-exp date, format sound, dan nomor seri proyektor.

Ini agar hanya pihak bioskop yang dapat mengakses dan memutar file tersebut. System ini dibuat untuk keamanan film dari pembajakan orang-orang yang tidak bertanggung jawab.

BACA JUGA:

Mungkin Anda Menyukai