Jika sebelumnya kita membahas tentang Manajemen Produksi Film di seluruh tahapan (yang belum baca sila meluncur ke tekape), maka kali ini kita akan membahas tentang apa saja yang dirancang lalu dikerjakan oleh departemen produksi film di tahap inisiasi.
Dalam tahap Inisiasi film, seorang produser bersama sutradara dan penulis skenario yang sering juga disebut triangle system ini akan melakukan beberapa hal. Yang utama sih adalah kita mau bikin film apa? Tentang apa? Pesan yang mau disampaikan itu apa? Ceritanya gimana? Ngambil dari novel atau bikin cerita baru? Gaya atau style-nya kayak gimana? Temanya apa? Sasaran penontonnya ke siapa? Berapa biayanya? Sponsor, investor, pendananya siapa? Bakal balik modal nggak nih? Ditayangkan di mana aja dan kapan? Artisnya siapa kira-kira nih? Dan banyak lagi pertanyaan-pertanyaan lainnya yang harus ditemukan jawabannya.
Tahap ini seperti yang sudah dijelaskan di artikel sebelumnya, memang membutuhkan waktu yang lama. Bisa setahun, dua tahun, bisa juga puluhan tahun. Waduh, masak sih? Ya kalau nggak percaya coba sendiri aja.
Jadi buat kalian yang sedang menonton film di bioskop hari ini, mungkin saja gagasan film itu sudah dibuat lima tahun yang lalu. Bukan baru 4 atau 6 bulan kemarin.
Ya karena memang banyak hal yang mesti didiskusikan. Belum lagi soal pengembangan skenario. Di tahap inisiasi mungkin bisa dihasilkan draft skenario terakhir. Tapi saat pra produksi, draft skenario bisa berkembang, bahkan di saat syuting dan setelah syuting pun perubahan itu bisa terjadi. Terjadinya perubahan skenario itu bisa karena suatu dan lain hal. Mungkin karena ceritanya, atau pemainnya, atau lokasinya, atau mungkin juga karena pesanan sponsor.
Oke baiklah, kita bahas lebih detail apa saja yang terjadi di tahap inisiasi ini.
Penyatuan Visi
Mungkin bagi sebagian produser, visi tidak begitu penting. Yang utama adalah bagaimana film itu laku keras sehingga bisa mendapat keuntungan berlipat-lipat. Dari hasil penjualan, produser bisa bikin film lagi 5 sampai sepuluh film. Pemodal senang, sponsor bahagia.
Tetapi membuat film bukan sekedar soal untung rugi, tetapi karena berkaitan erat dengan cerita, maka visi itu menjadi penting. Dalam cerita ada pesan yang ingin disampaikan. Mungkin sutradara atau penulis skenario bahwa setelah film ini orang akan mengerti bahwa “cinta itu tidak memiliki sekat sosial.” Atau pesan apa saja yang diinginkan.
Penyatuan visi ini akan menghasilkan Ide Cerita, Tema, dan Dasar Cerita berupa Sinopsis.
Lebih detil tentang pesan bisa dibaca di sini.
Sasaran Penonton
Menentukan untuk siapa film akan ditonton. Apakah untuk anak-anak, remaja, dewasa, atau semua umur? Selain cerita kita akan berfokus ke mana, menentukan penonton akan berguna buat rating bioskop, tv, dan flatform digital.
Genre film
Ada banyak genre dan kategori film yang bisa kamu tentukan. Sesuaikan juga dengan cerita kamu. Genre yang sering kita lihat adalah”
- Drama
- Komedi
- Laga
- Sejarah
- Horor
- Perang
- Koboy
- Fantasi
- Animasi
- Musical
- Religi
- Thriller
- Fiksi Ilmiah
- Komedi Romantis
- Detektif
- Biografi
Bisa saja kita menggabungkan 2 atau lebih genre dalam satu film. Misalnya, drama komedi, komedi horor, laga horor komedi, atau terserah kamu saja. Tetapi yang terpenting harus ada satu genre yang porsinya lebih besar. Apalah laganya, atau komedinya, atau dramanya.
Pembuatan Skenario
Penulis skenario bekerja membuat skenario. Sebelumnya dia akan membuat bagan cerita, struktur skenario, scene plot, lalu skenario draft pertama. Diskusi, debat, masukan, kritik, akan terjadi di meja perundingan antara produser, sutradara, dan penulis skenario.
Mereka akan berdiskusi lebih lanjut untuk menghasilkan skenario draft 2 dan seterusnya, sehingga mereka menemukan kesepakatan di final draft yang akan digunakan untuk syuting. Perubahan dan pengembangan skenario ini bisa bermacam alasannya. Bagi produser biasanya berhubungan dengan duit.
“Waduh, kalo bikin film kayak gini kayaknya mahal nih. Duit gue nggak cukup. Coba lokasinya jangan kebanyakan,” kata produser.
Style Film
Menentukan style film ini sangat berhubungan dengan gaya sutradara. Style film bisa ditentukan dari banyak hal. Misalnya dari angle camera, karakter wajah tokoh, kostum, dan semua elemen film. Produser menyerahkan sepenuhnya kepada sutradara. Dia tinggal menerima dan memberi masukan.
Umpamanya wah style itu udah jadul, udah banyak yang makai. Atau mungkin soal bujet yang besar bila gunakan style itu. Atau mungkin memberi masukan bahwa yang lagi trend itu begini atau begitu.
Tapi yang jelas soal style ini menjadi wewenang sutradara. Kalau produser terlalu banyak intervensi lama-lama sutradara kesel lalu bilang, “Ya udah, kalo mau lo begitu, lo aja yang nyutradarain. Gue nonton aja entar.” Haha
Diskusi kembali terjadi. Dan singkat cerita final draft sudah didapatkan, maka berikutnya adalah merencanakan produksi. Di sinilah dimulai acara pra produksi.
Tayang di mana?
Produser akan menentukan film untuk tayang di mana? Sebab ini berpengaruh pada format akhir film dan sistem kerja di lapangan juga editing. Tayang di bioskop tentu formatnya berbeda dengan tayang di televisi atau di platform aplikasi digital seperti Netflix, Genflix, atau Youtube.
Menentukan hal ini harus diawal karena jika tidak, maka akan terjadi pemborosan anggaran. Kalau untuk televisi maka tidak perlu membuat suara dolby 5.0 misalnya. Atau tidak perlu menggunakan artis-artis mahal karena harga jual di televisi lebih murah dibanding pendapatan di bioskop.
Semuanya harus dipikirkan dan ditentukan sejak awal. Ini juga akan berpengaruh terhadap spek peralatan syuting yang akan digunakan, rekrutmen kru, dan sebagainya.
Pendanaan
Urusan dana ini seorang produser bisa saja mengatakan bahwa uangnya cukup untuk memodali produksi film yang sudah dirancang. Kalau belum cukup, dia bisa menggunakan opsi lain seperti: minjam duit ke teman atau keluarga, bisa cari investor, mendapatkan sponsor, atau dengan cara-cara kreatif lainnya.
Produser harus memastikan bahwa dia memiliki kesanggupan bahwa dirinya mampu membiayai produksi film itu, bagaimana pun cara dapat uangnya. Asal jangan dari cara merampok bank ya?
Jika tidak mungkin saja dengan mengubah skenario yang kelihatannya lebih murah. Bisa juga dengan memangkas berbagai hal seperti menggunakan artis yang belum terlalu top. Menggunakan kru magang, menggunakan lokasi minjem punya teman. Ya pinter-pinter produser lah.
BACA JUGA:
- Manajemen Produksi Film Part 1
- Memulai Membuat Film, Tahap Inisiasi
- Kerja Departemen Produksi di Tahap Pra Produksi Film
- Kerja Departemen Produksi di Saat Syuting
- Manajemen produksi tahap Pasca Produksi