Sinopsis Novel Merintihlah Dalam Tahajjudmu

Novel Merintihlah Dalam Tahajjudmu ini adalah Karya: Haidar Hibsy Ifala

Fitnah yang terasa di dada Faiq El-Farisy sejak kecil, menyebabkan ia tidak mendapat kebahagiaan hidup. Ia juga merasa bukan anak oleh orangtuanya sendiri. Karena untuk keperluan sehari-hari dan sekolahnya pun ia merasa tak mendapatkan sentuhan perhatian sedikitpun dari mereka.

Bahkan terkesan sangat terdiskriminasi dengan saudaranya. Semasa kecil, ia pernah dititipkan oleh orangtuanya ke Panti Asuhan. Ini menimbulkan keinginannya untuk menjalani tes DNA guna mengetahui asal-usul dirinya yang sebenarnya. Tapi apalah daya, ia tak punya biaya untuk mewujudkannya.

Apatah lagi setelah ia diusir dari rumah oleh orangtuanya gegara difitnah mencuri di sekolah. Wildan yang memfitnah karena cemburu Faiq sangat dekat dengan Nina. Itu pula yang menyebabkan dirinya drop-out dari sekolahnya. Sungguh terlunta-lunta batinnya.

Beberapa hari ia sempat luntang-lantung menggelandang di seputar Jakarta, tidur di musholla, di masjid, bahkan di bawah jembatan layang yang kumuh, tak tahu harus kemana ia pergi.

Hijrah Ke Yogya

Bingung! Sungguh bingung! Namun Allah swt. telah menuntun langkahnya ke stasiun Senen yang kemudian mengantarkannya untuk menumpang kereta menuju Yogyakarta, di kereta ia bertemu dengan seorang perempuan paruh baya yang bernama Mbokde Jum, berasal dari keluarga miskin yang berdomisili di Dusun Gedangan, Bantul,  yang mengajaknya tinggal di rumahnya.

Namun ia tak langsung menerima tawaran tersebut., Ia tak ingin menambah beban hidup mereka jika kelak ia menumpang di rumah keluarga miskin itu. Lalu ia pun hanya termenung gelisah di stasiun Tugu Yogya. Seharian penuh merenungi nasibnya.

Bakda salat magrib di musholla stasiun, ia bertemu Arif Wibowo, sahabat kecilnya saat di Jakarta lima tahun yang lalu. Dari perbincangan dengan sahabatnya tersebut, timbul motivasi di benak Faiq untuk melanjutkan sekolah di salah satu Madrasah di Yogyakarta.

Saat mendaftar di MAN Yogyakarta I itulah, ia bertemu dengan seorang gadis ayu bernama Eren Verales dari keluarga konglomerat ternama. Ia jatuh cinta pada pandangan pertama.

Ternyata cintanya tidak bertepuk sebelah tangan. Gadis Ayu itu pun ternyata membalas Faiq El-Farisy. Pemuda yang berpenampilan kere saat pertama kali berkenalan. Saat mengisi formulir bersama di bawah pohon Akasia..

Bahkan saking tergila-gilanya, ia pernah mengajak keempat sahabatnya (Yedna, Elin, Ghevana, Alma) dengan BMW krem metalik AB 14 EVnya mengelilingi kota Yogya hanya untuk menemukan keberadaan sang Pemuda. Pekerjaan tabu yang tak patut oleh seorang gadis terhormat. Sungguh! Cinta memang buta.

Cinta Pertama

Merintihlah Dalam Tahajjudmu
Merintihlah Dalam Tahajjudmu – Haidar Hibsy Ifala

Eren Verales adalah Gadis Ayu yang terbina secara relegius oleh kedua Eyangnya di kampung. Sampai ia menamatkan MI (Madrasah  Ibtidaiyah). Membuat dirinya menjadi tumbuh matang dan berperilaku dewasa, sangat rendah hati dan bergaul dengan siapa saja tanpa harus melihat status mereka.

Setelah kedua Eyangnya meninggal, ia pun kembali tinggal bersama papi-maminya di kota. Ia pun melanjutkan ke SMP di kota, dan setelah tamat SMP ia sangat menginginkan melanjutkan ke Madrasah, namun Papi-Maminya tidak merespon baik.  Bahkan mereka marah besar.

Gadis Ayu pun tetap mendaftar di madrasah (MAN Yogya I). Saat mendaftar di madarasah itulah sang Gadis Ayu bertemu dengan sang Pemuda (Faiq El-Farisy) yang membuat mereka saling jatuh cinta. Namun Gadis Ayu justru melanjutkan studinya di Padmanaba (SMAN 3 Yogyakarta) sesuai keinginan ortunya.

Setelah dua tahun mereka bertemu kembali secara tidak terduga. Pada saat itu Sang Pemuda sedang dalam perjalanan pulang dengan gerobak bakso dorongnya kerumah sang Juragan. Ketika itu BMW krem metalik AB 14 EV Gadis Ayu itu hampir saja menabraknya.

Sungguh tertambatnya seonggok cinta dalam terpaan gerimis malam di tepi jalan raya itu. Sungguh sangat mengharu biru dalam kerumunan orang-orang yang menyaksikannya. Bagai adegan dalam sebuah sinema. Romance!

Cinta Terhalang Ortu

Jalinan cinta mereka pun terjadi begitu cepatnya. Tapi secepat itu pula hubungan mereka terendus Papi-mami Gadis Ayu atas laporan bu Ratna, mama si Anton. Cinta mereka pun kandas.

Setelah tamat SMA, pertunangan Gadis Ayu dengan Anton tergelar di hotel berbintang lima secara glamour. Sementara Anton sendiri sudah punya gadis pilihan yang lain yakni Alma (Fauzana Almasyah) sahabat Gadis Ayu.

Anton juga tidak tahu kalo Gadis Ayu calon tunangannya itu adalah kekasih sahabatnya sendiri, Faiq El-Farisy. Kehadiran Faiq di pesta pertunangan pun membuat haru biru suasana pesta.

Akhirnya secara kejam Faiq pun diseret dan dihempaskan keluar gedung atas permintaan papi-mami Gadis Ayu, sampai jas (pemberian Gadis Ayu)  yang dikenakannya pun robek di beberapa bagian. Sungguh menyakitkan.

Meninggalkan Masjid

Kisah awal kehadiran Faiq El-Farisy di Yogyakarta yang tak punya sanak saudara juga membuat nafas kita tertahan sejenak. Ia tak punya tempat tinggal dan ongkos yang cukup untuk hidup di perantauannya.

Untung ada Pak Sholichin, seorang ta’mir (pengurus) masjid Al-Huda yang baik hati yang mau menampungnya secara gratis untuk tinggal di sebuah gudang. Yah, gudang masjid berukuran 3X2 meter. Ia tidur hanya beralas tikar daun pandan yang telah usang.

Beberapa hari ia tinggal di sana, suatu petang tiba-tiba muncul seorang Lelaki Tua brewok dengan tidak senang hati meminta Pak Sholichin mengusir Faiq. Lalu dengan hati yang limbung ia pun berpamitan meninggalkan gudang masjid yang sempit itu. Meski pak Sholichin dan Bu Sholichin berusaha mencegahnya. Tapi Faiq tetap tegas mengambil keputusan untuk pergi mencari tumpangan yang lebih menyejukkan.

Di tengah kegamangan di gelap malam gulita dan kerap terbayang sosok Gadis Ayu, ia tetap mengayunkan kaki. Ia terus melangkah menyusuri rel kereta api tanpa tahu akan kemana.

Namun kedatangan kereta api barang yang melintas tanpa disadarinya. Dan suara teriakan orang yang memperingatkannya membuatnya kaget. Dengan gerakan reflek ia pun melompat sampai tubuhnya jatuh terhempas jauh ke sisi sebelah kanan lajur rel.

Penduduk sekitar rel pun berhamburan menuju TKP mengerumuni sang Pemuda guna menolongnya. Di tengah kerumunan itu dengan tanpa terduga, Anton pun muncul. Sahabat kecilnya itu kebetulan melintas di sana.

Bertemu Anton

Faiq pun akhirnya bertemu dengan sahabat kecilnya itu yang kemudian membawanya ke perumahan Elit. Tiga malam saja ia menginap di perumahan Elit, sebelum akhirnya ia diusir lagi oleh Bu Ratna mama si Anton. Bu Ratna masih menyimpan dendam dengan Pemuda yang sewaktu di Jakarta lima tahun yang lalu pernah ia tuduh sebagai pencuri cincin perhiasan kesayangannya.

Akhirnya Faiq pun meninggalkan perumahan Elit, dan berniat untuk mencari alamat tempat tinggal Mbokde Jum. Di tengah perjalanannya itu, tanpa ia sengaja, ia menemukan alamat Mbokde Jum dari Wardiman (santri Pondok Pesantren Ulumul Kutub) dan sekaligus mendapatkan perjamuan yang istimewa dari seorang Kiyai (Kiyai Marzuki) pimpinan Pondok Pesantren Ulumul Kutub.

Derita Kian Mendera

Singkat cerita, Faiq pun tinggal di tengah keluarga miskin (Pakdhe Amat-Mbokdhe Jum dan kedua saudara angkatnya (Yuni dan Hesty) yang sangat menyayanginya.

Penderitaan Faiq tak berhenti sampai di situ. Baru beberapa hari ia merasakan manisnya hidup bersama keluarga baru. Ia pun ditangkap polisi dan ditahan di sel Kantor Polisi selama 3 malam karena dituduh oleh bu Ratna mencuri sepucuk perhiasan seberat 300 ons sewaktu menginap di perumahan elit itu. Namun tak terbukti, sehingga ia pun dilepas.

Tiga tahun tinggal di GTR (Gubug Tua Reyot) bersama Keluarga Mbokde Jum-Pakde Amat. Faiq menekuni pekerjaannya demi mengais pundi-pundi rupiah untuk memenuhi kebutuhan hari-hari dan sekolahnya,.

Ia nyambi mengantar koran dan menjajakan bakso sang Juragan dengan gerobak dorongnya. Ia pun aktif mengajar bela diri di Pesantren Ulumul Kutub sekaligus belajar mengaji di sana. Bahkan ia telah menjadi santri yang sekaligus menjadi salah satu pengasuh Pondok  kesayangan sang Kiyai. Ia pun akhirnya menyelesaikan sekolahnya di Madrasah (MAN Yogyakarta I).

Lulus Madrasah

Setelah lulus dari madrasah ia mendapatkan bea siswa studi ke luar negeri oleh perusahaan sponsor. Merasa akan berpisah lama dan merasa berdosa kepada kedua orangtuanya, maka ia pun pergi meminta ma’af dan pamit kepada mereka di Jakarta.

Namun yang ia dapat justru cacian dan makian. Ia pun diusir dan dihempaskan bapaknya ke luar pagar rumah. Saat hendak kembali ke Yogya, ustadz Khalid (PNS Depag) guru mengaji Faiq saat kecil dulu meminta Faiq untuk mampir ke rumahnya.

Dari ustadz Khalid lah cerita asal usul dirinya menjadi gamblang, bahwa ia memang bukan anak Pak Barahim dan Bu Ningsih, sebagaimana yang tercantum dalam akta kelahiran, melainkan anak kandung Pak Ibrahim dan Ibu Ningrum, mantan ipar Bu Ningsih.

Suami pertama Bu Ningsih adalah Pak Yusuf (adik kandung Pak Ibrahim). Karena belum dikarunia anak, maka Pak Yusuf meminta salah satu bayi kembar Pak Ibrahim (kakak kandung pak Yusuf) untuk diangkat sebagai anak sebelum kakaknya itu pergi bertransmigrasi.

Bahkan Pak Ibrahim pun menitipkan harta bendanya kepada pak Yusuf. Namun tak lama setelah kepergian Pak Ibrahim bertransmigrasi, Pak Yusuf pun meninggal karena kecelakaan.

Lima bulan kemudian Bu Ningsih kawin lagi dengan pak Barahim yang serakah. Yang mengawali penderitaan demi penderitaan Faiq.

Sempat pula Faiq menjalani masa kecil di Panti Asuhan. Mereka juga tega membuang identitas Faiq El-Farisy hanya untuk mengangkangi harta orangtua Faiq yang kini berada di Kalimantan sebagai transmigran.

Masihkah Ada Harapan?

Cinta pertama sang Pemuda sempat menjadi penyemangat dalam meraih cita-citanya. Namun apa daya cinta mereka kandas oleh keegoisan orangtua. Mereka menolak mentah-mentah kemiskinan sang pemuda. Gadis Ayu pun akhirnya bertunangan dengan Anton sahabatnya, anak seorang pejabat DPR yang kaya raya.

Sungguh tragis! Sang pemuda mengalami kecelakaan dan meningal dunia dalam perjalanan ke bandara Adisucipto. Saat ia hendak keluar negeri meneruskan kuliahnya. Saat hendak meninggalkan luka perih menuju harapan baru yang indah.

Mendengar kabar tragis itu, Gadis Ayu pun hampir saja mengakhiri hidupnya karena putus asa. Kekuatan cinta sejati memang tidak sejajar dengan harta, rupa, maupun tahta. Cinta sejati merupakan cinta murni yang datang dari Tuhan Sang Pencipta Cinta melalui “Merintihlah Dalam Tahajjudmu”.

Merintihlah Dalam Tahajjudmu Cover Belakang
Merintihlah Dalam Tahajjudmu Cover Belakang – Karya Haidar Hibsy Ifala

Untuk mengetahui lebih detailnya ceritanya, maka baca, nikmati dan hayati isi, alur cerita dalam novel Merintihlah Dalam Tahajjudmu ini. Anda akan tersenyum, gemas, geram, dan bahkan sampai menitikkan airmata. Fa Insya Allah.

Cerita dalam novel “Merintihlah Dalam Tahajjudmu” ini semua terangkai secara kebetulan, yang terjadi di dunia ini pun semuanya juga terjadi secara kebetulan, namun kebetulan itu terjadi atas izin Allah SWT. Sebuah kebetulan itu tidak akan terjadi tanpa kehendakNya. Wallohua’lam bishowab.

Insya Allah novel Merintihlah Dalam Tahajjudmu ini akan bersambung ke episode berikutnya. Semoga Allah Azza Wajalla berkenan memberikan inspirasi, motivasi, inovasi, dan konsentrasi kepada Penulis dalam menulis buku-buku selajutnya. Amin Allahumma Amin.

Detail Novel

Judul                     : Merintihlah Dalam Tahajjudmu
Penulis                  : Haidar Hibsy Ifala

Para Tokoh           : Faiq El-Farisy, Eren Verales, Yedna, Elin, Ghevana, Alma, Anton, Sony, Dewi, Bowo, Hobro, Om Danu, Tante Vera, Pak Surya, Bu Ratna, Nbokde Jum, Pakdhe Amat, Yuni, Hesti, Siwo Mujilah, Soliyah, Zuhriyah, Pak Sukir,  Karman, Mbok Jah. Kiyai Marzuki, Ummi, Ninik, Makhrus, Dzofir,  Fachri,  Wardiman, Wildan, Nina Handayani, Suwarno,  Pak Sholichin, Bu Sholichin, Pak Brewok, Fuadiyono, Nazira, Ustadz Khalid. Pak Barahim, Bu Ningsih, Pak Ibrahim, Bu Ningrum. Dul Hafid, Marjikun, Teguh, Pak Bambang, Kecuk, Gandung, Sobari, Sunarto, Sibandit, Dll.

Mungkin Anda Menyukai