Kesatria Memenangkan Pertempuran dengan Rasa Hormat

“Seorang kesatria harus menerima kekalahan.”

Begitu kata seseorang di grup WA dengan niat meledek pendukung 01 & 03 yang belum menerima hasil hitung cepat (QC) beberapa lembaga survei yang memenangkan paslon 02 di pilpres 2024.

Saya pun dengan sigap membalas pernyataan itu dengan: “Kesatria itu tidak main curang. Kalau curang namanya pecundang.”

Saya lalu jadi tertarik mendalami lebih jauh arti dari “kesatria” ini.

ZAMAN OLD

Kesatria adalah istilah yang berasal dari tradisi kebangsawanan di berbagai budaya, terutama Eropa pada Abad Pertengahan. Istilah ini juga sering dikenal dengan sebutan “knight” dalam bahasa Inggris.

Sedangkan di ajaran agama Hindu, Kesatria adalah merujuk pada kasta bangsawan, tentara, hingga raja.

Di Eropa,  kesatria adalah anggota kelas sosial dan militer yang terkait erat dengan sistem feodal. Kata Kesatria berasal dari baha sa Perancis, Chevalier yang artinya penunggang kuda.

Mereka adalah prajurit terlatih yang dianggap memiliki keahlian bertempur yang tinggi.

Kesatria menjunjung tinggi kode etik. Mereka memegang teguh prinsip-prinsip kehormatan, keberanian, keadilan, kejujuran, dan kesetiaan. Kadang dianggap sebagai representasi ideal dari kebaikan dan moralitas.

Bagian penting dari kesatriaan adalah menunjukkan rasa hormat terhadap perempuan. Mempermainkan perempuan adalah tindakan yang tidak terpuji dan bukan karakter seorang kesatria.

Seorang kesatria memiliki tanggung jawab moral dan etis yang tinggi. Mereka diwajibkan untuk mematuhi kode etik kesatria yang dikenal sebagai “Kode Ksatria” atau “Code of Chivalry.”

Kode Ksatria pada awalnya berasal dari puisi berjudul La Chanson de Roland.

Puisi itu adalah adaptasi kisah heroik seorang komandan militer kaisar Charlemagne bernama Roland yang mati dalam perang Roncevaux Pass pada tahun 778 AD.

Karena sikapnya yang berani dan penuh rasa hormat, Roland dijadikan panutan bagi para ksatria dan juga sangat memengaruhi kode ksatria di Abad Pertengahan.

Kira-kira begini terjemahan bebas puisi Kode Kesatria itu:

  • demi takwa pada Tuhan dan menjaga Rumah-Nya
  • demi pelayanan pada sesama dengan keberanian dan iman
  • demi lindungi yang lemah dan papa
  • demi pertolongan pada janda dan anak yatim
  • demi menahan diri dari pelanggaran yang tak disengaja
  • demi hidup dengan kehormatan dan kemuliaan
  • demi benci pada imbalan berupa uang
  • demi memperjuangkan kesejahteraan semua orang
  • demi patuh pada mereka yang diberi otoritas
  • demi menjaga kehormatan sesama ksatria
  • demi menghindari ketidakadilan, kekejaman dan penipuan
  • demi menjaga iman
  • setiap saat mengatakan kebenaran
  • demi bertahan sampai akhir dalam setiap usaha
  • demi menghormati kehormatan wanita
  • jangan pernah menolak tantangan dari pihak yang setara
  • jangan pernah membelakangi musuh

Lalu bagaimana Kesatria di Hindu?

Kasta kesatria adalah bangsawan dan tokoh masyarakat yang bertugas sebagai penegak keamanan, penegak keadilan, pemimpin masyarakat, pembela kaum tertindas atau kaum lemah karena ketidakadilan dan ketidakbenaran.

Tugas utamanya adalah menegakkan kebenaran, bertanggung jawab, lugas, cekatan, pelopor, memperhatikan keselamatan dan keamanan, adil, dan selalu siap berkorban untuk tegaknya kebenaran dan keadilan.

Di Jepang, Kesatria dikenal dengan sebutan Samurai.

Samurai adalah kelas prajurit yang memegang kekuasaan dalam hierarki sosial Jepang. Mereka melayani daimyo (penguasa feodal) dan memiliki hak istimewa tertentu dalam masyarakat.

Samurai memiliki kode etik yang disebut Kode Bushido. Kode iniyang menekankan nilai-nilai seperti keberanian, kejujuran, keadilan, pengabdian, dan penghormatan kepada kehormatan.

Dalam pertempuran, kehormatan bagi samurai jauh lebih penting ketimbang hasil menang atau kalah.

Samurai harus bertempur dengan keberanian, kejujuran, dan etika yang tinggi. Mereka tidak diperbolehkan menggunakan taktik curang atau tidak adil dalam pertempuran.

Jadi, Kesatria ada di setiap bangsa dan budaya. Meski beda dalam istilah, tapi memilik persamaan penting yaitu Kode Etik. Memiliki nilai yang mirip yaitu tentang kejujuran, keberanian, keadilan, dan kehormatan.

ZAMAN NOW

Di zaman sekarang, istilah “kesatria” tidak lagi merujuk kepada prajurit, samurai, atau bangsawan. Tetapi digunakan secara metaforis untuk menggambarkan karakter seseorang yang berani, jujur, loyal, pengabdi kebaikan, dan semangat membela yang lemah.

Di bidang olah raga misalnya, dalam berbagai pertandingan atau perlombaan, seorang atlet juga harus memiliki karakter kesatria. Punya jiwa sportifitas yang tinggi, fair play, hormat pada lawan, dapat mengontrol diri dari perilaku agresif, murah hati, dan meraih kemenangan dengan etika.

Etika dalam olah raga adalah rasa hormat, tidak melakukan kecurangan, dan mempermalukan lawan yang kalah.

Kembali ke pernyataan di atas.

Seorang kesatria harus mengakui keunggulan lawannya di dalam pertempuran. Jika hasil itu didapatkan dengan fair play dan tanpa kecurangan.

Lalu bagaimana jiwa kesatria menghadapi kecurangan atau tindakan tidak adil ini?

Berikut beberapa cara yang bisa dilakukan:

Tetap tenang dan dapat mengontrol diri dengan baik.

Memperjuangkan solusi yang adil dan damai.

Menuntut keadilan dengan menjunjung tinggi prinsip fair play dan kode etik.

Menerapkan strategi untuk mengatasi kecurangan lawan tanpa abai pada prinsip moral dan etika.

Menghindari godaan balas dendam yang bisa menciderai integritas dan kehormatan diri sendiri.

Terus memberi contoh teladan kebaikan. Bukan dengan ikut-ikut curang dalam sebuah pertandingan.

Mungkin Anda Menyukai