Bagaimana Cara Menentukan Pilihan Calon Presiden

Memilih presiden merupakan salah satu aspek penting dalam proses demokrasi. Meski begitu, untuk memutuskan siapa pilihan yang terbaik bagi bangsa dan negara bukan lah hal yang mudah.

Sebagai pemilih, kita harus memiliki sejumlah pengetahuan agar tidak asal pilih yang membuat kita akhirnya memilih orang yang tidak tepat.

Berikut adalah percakapan seorang anak dan ayahnya yang bertanya secara detail tentang proses dalam menentukan sebuah pilihan.

Bingung Memilih Capres

Anak: Ayah, aku masih bingung tentang calon presiden yang harus aku pilih. Ap si A, si B, atau si C? Atau aku golput saja, Yah?

Ayah: Golput?

Anak: Iya, Yah.

Ayah: Golput atau tidak berpartisipasi dalam pemilihan itu bukan hal yang tepat. Artinya kamu nggak mau bertanggung jawab terhadap nasib bangsa kita. Nggak menghormati perjuangan sejarah dan menghambat kemajuan demokrasi. Dan yang lebih penting lagi, ini adalah kesempatan buat kamu untuk mendorong perubahan yang positif di negara kita.

Anak: Oh gitu, Yah. Terus gimana cara menentukan pilihan?

Ayah: Pertanyaan yang bagus. Artinya kamu sudah memiliki kesadaran untuk memilih. Langkah selanjutnya adalah memilah pilihan yang terbaik dari yang terbaik. Karena semua calon presiden, insyaallah adalah anak bangsa yang berkualitas sehingga mereka layak dicalonkan. Tinggal bagaimana kita sebagai rakyat menganalisis secara obyektif pilihan yang tersedia.

Cara Menganalisis

Anak: Terus cara mengalisisnya gimana, Yah? Aku nggak mau cuma ikut-ikutan teman saja. Aku juga mau berdasarkan pilihan aku sendiri. Semua calon mengklaim mau melakukan hal terbaik buat bangsa dan negara. Nah. Di situ aku bingungnya.

Ayah: Baik. Kita bahas pelan-pelan ya? Yang pertama bisa kita lihat dari tipe pemimpin seperti apa yang kamu suka? Misalnya ketua kelas, ketua organisasi, dan sebagainya.  

Anak: Kalau aku sih sukanya sama pemimpin yang punya skill manajerial yang baik. Tidak plin-plan. Tidak nge-gang yang cuma mentingin circle-nya aja. Tapi peduli sama semua. Jujur apa adanya. Dan baik ke semua orang.

Ayah: Nah, itu sudah langkah yang baik. Kamu dapat memilih calon presiden dari kriteria yang kamu sukai. Tentu hal-hal yang kamu sebut tadi adalah kriteria umum yang wajib dimiliki seorang pemimpin. Dari capres yang sudah ada, apa ada yang memiliki kriteria itu?

Anak: Belum sih, Yah. Soalnya aku kan nggak kenal mereka.

Ayah: Nah, langkah berikutnya ya itu. Kamu harus kenal mereka. Bukan berarti kamu harus ketemu dulu, kenalan, dan ngobrol-ngobrol. Tapi kamu bisa mencari informasi dari berbagai sumber tentang semua capres.

Mengoleksi Informasi

Anak: Info seperti apa itu, Yah?

Ayah: Informasi tentang latar belakangnya seperti seperti rekam jejak kepemimpinnya. Visi-misinya, program yang akan dilakukannya. Pandangan politiknya. Bila perlu hingga ke detail seperti bagaimana pendidikannya, bagaimana keluarganya, pengalaman organisasinya, dan sebagainya.

Anak: Waduh, banyak bener PR-nya?

Ayah: Ya begitu lah. Itu kalau kita mau bener memilih pemimpin. Harus punya effort yang tinggi juga untuk meluangkan tenaga dan waktu dalam menilai beberapa pilihan capres yang tersedia.

Mengamati Rekam Jejak

Anak: Tadi Ayah bilang soal rekam jejak. Kayak apa itu contohnya?

Ayah: Contoh sederhanya adalah melihat sepak terjangnya saat memimpin. Entah itu organisasi sosial, organisasi politik, pemerintahan, atau yang lainnya. Contohnya, saat dia menjabat sebagai kepala daerah. Apakah sesuai antara janji kampanye dan realisasi? Bagaimana tingkat keberhasilannya? Apa prestasinya? Apakah ada cacat atau tidak?

Anak: Wow, PR makin banyak nih. Ada lagi yang lain, Yah?

Ayah: Tentu saja. Kamu bisa meninjau rekam jejak capres soal integritas dan etika. Apakah perkataannya sesuai dengan perbuatan? Apakah ia punya skandal moral? Perbuatan melanggar hukum? Apakah ia pernah terlibat kasus korupsi?

Anak: Wah, kalau punya kasus korupsi meskipun diduga tentu aku nggak mau milih. Aku paling benci sama korupsi. Terus ada lagi, Yah?

Ayah: Masih banyak. Tenang aja. Hehe. Rekam jejak bisa kamu lihat juga bagaimana dia keberpihakannya pada rakyat. Seperti kata kamu tadi, tidak nge-gang. Cuma mikirin kelompoknya saja. Sanggup tidak dia merangkul semua golongan? Ya harus adil terhadap semua.

Standar Moral Calon Presiden

Anak: Tadi Ayah sebut soal skandal moral. Seperti apa standar moral itu?

Ayah: Kita bisa menilai capres dari standar moral yang diterapkannya. Apakah sudah sesuai dengan nilai, prinsip, dan etika budaya yang kita anut? Seperti etika sosial kepada orang tua, keluarga, tetangga, dan lingkungan. Temasuk kepedulian sosial.

Anak: Kalau agama gimana, Yah?

Ayah: Agama jadi standar moral utama dalam kehidupan kita. Semakin baik calon presiden menjalankan agamanya, semakin layak dipertimbangkan menjadi pemimpin kita. Begitu pula sebaliknya, semakin jauh dia dari agamanya, semakin tidak layak untuk dipertimbangkan. Apalagi jika dia mewajarkan hal-hal yang bertentangan dengan nilai agama yang dianutnya.

Latar Belakang Pendidikan Capres

Anak: Kalau soal latar belakang pendidikan gimana, Yah?

Ayah: Pertimbangan soal kualifikasi akademik dan profesional boleh-boleh saja. Tergantung apakah relevan dengan isu kekinian yang menjadi program andalan mereka dalam kampanye. Misalnya, capres kita seorang dokter, tentu akan mengandalkan program kesehatan. Seorang insinyur mengandalkan program infrastruktur. Tinggal sekarang kita menganalisis apakah program andalan itu sesuai dengan kebutuhan masyarakat atau tidak?

Kabar Palsu, Hoax, Black Campaign

Anak: Tapi, Yah. Untuk mengumpulkan informasi ini nggak mudah juga. Soalnya banyak info-info hoax yang beredar. Belum lagi black campaign dari para buzzer-buzzer bayaran. Gimana kita mau dapat info yang bener?

Ayah: Hmmm. Kampanye hitam dan berita palsu memang menjadi masalah serius dalam politik dan pemilihan. Semua informasi yang beredar di media sosial jangan ditelan mentah-mentah. Kamu mencari informasi pembanding di media lain. Harus bisa diverifikasi kebenarannya. Bandingkan dengan info lainnya di media yang berbeda.

Anak: Caranya, Yah?

Ayah: Kamu harus mencari info di media-media yang sangat terpercaya. Meski begitu, kamu harus berhati-hati dengan framing berita oleh media tersebut. Cari media lain dan temukan informasi yang terkait. Cek juga, apakah ada kepentingan politik dari pemilik media tersebut? Kalau ada, pasti pemberitaannya tidak akan berimbang.

Membandingkan Informasi Tentang Capres

Anak: Trus, kalau kita sudah terlanjur percaya sama berita hoaks, gimana Yah?

Ayah: Nah, berita-berita hoaks itu biasanya berlebihan. Dibuat dramatis seolah-olah keadaan genting. Sensasional. Ekstrim. Biasanya menyentuh rasa suka dan tidak suka yang melibatkan emosi manusia. Kadang ada tulisan VIRALKAN! Nah, sebaiknya kamu jangan ikut-ikutan menyebarkan. Segera lah cari info pembanding. Ingat. Sekali kamu percaya berita palsu. Kamu akan kecanduan.

Anak: Baik, Yah. Semoga aku terhindar dari kabar palsu. Nah, selain rekam jejak, ada lagi nggak, Yah?

Ayah: Selain itu, kita dapat mempertimbangkan pandangan politik capres tersebut dari visinya terhadap Indonesia. Mau dibawa ke mana negara kita? Apa saja yang akan dilakukannya terkait isu fundamental masyarakat kita? Dan bagaimana strategi konkret mereka untuk merealisasi program tersebut. Masuk akal tidak? Realistis tidak?

Anak: Wah, ternyata nggak gampang juga. Semakin rumit.

Ayah: Iya. Karena rumit, kamu perlu mendiskusikan ini dengan orang lain. Termasuk ayah. Jika perlu, kamu harus mendengarkan pendapat para ahli terkait masalah-masalah yang lebih kompleks yang belum dapat kamu jangkau. Tersebab pengetahuan dan pengalaman yang minim. Mungkin saja itu soal ekonomi global. Keuangan negara yang njelimet. Geo-politik. Dan sebagainya.

Memilih Capres = Ngurus Negara

Anak: Wow, jadi perkara memilih calon presiden ini bikin kita jadi tahu soal urusan negara ya, Yah?

Ayah: Pastinya. Bukan asal coblos aja. Bukan hanya persoalan like and dislike aja. Tapi soal urusan banyak orang. Nah, sekarang Ayah yang balik bertanya. Apa yang menjadi perhatian besar kamu saat ini?

Anak: Isu nasional yang jadi perhatian aku itu soal kualitas pendidikan dan mahalnya biaya pendidikan, Yah. Aku berharap sih kualitas pendidikan ditingkatkan dan biaya pendidikan dimurahkan. Bila perlu digratiskan hingga pendidikan tinggi. Soalnya dengan itu, kualitas sumber daya manusia kita juga pasti meningkat.

Ayah: Betul sekali. Ada yang lain?

Anak: Aku juga tertarik soal kesejahteraan dan lapangan kerja. Dua hal ini saling berkaitan. Nah selain itu soal pemberantasan korupsi dan kebebasan berpendapat. Sekarang ini korupsi semakin merajalela dan kita semakin takut beropini. Banyak anak muda yang takut diciduk gegara berpendapat di media sosial.

Ayah: Bagus sekali. Artinya, kamu sudah punya bahan untuk memilih calon presiden. Dari isu yang kamu kemukakan tadi, kamu dapat melihat, capres mana yang memiliki visi dan program terkait isu yang kamu katakan. Dan mungkin saja menjadi perhatian banyak anak muda seperti kamu. Dari sini kamu bisa melihat kesesuaian dengan calon presiden yang ada. Apakah ada capres yang mengusung agenda itu dan cocok dengan karakternya.

Karakter Pemimpin

Anak: Karakter pemimpin yang bagaimana?

Ayah: Karakter pemimpin itu kombinasi dari sifat, nilai, dan perilaku yang membentuk kepribadiannya. Dari rekam jejak dan visinya, kamu dapat menilai siapa yang paling tepat dan peduli terhadap pendidikan, anti korupsi, kesejahteraan, kebebasan berpendapat, dan semua yang kamu sebutkan tadi. Namun jika, masalah bangsa ini berbeda dari isu tadi, tentu kamu membutuhkan pemimpin dengan karakter yang berbeda.

Anak: Contohnya gimana, Yah?

Ayah: Contoh, jika negara kita sedang terlibat konflik dengan negara lain, tentu kita membutuhkan pemimpin yang memiliki kecerdasan soal kemiliteran, pertahanan nasional, dan strategi geo-politik. Karakter yang kita butuhkan tergantung situasi dan kondisi yang berbeda setiap zamannya. Nah, menurut kamu sendiri, karakter pemimpin yang bagaimana yang dibutuhkan negara kita saat ini? Tidak perlu dijawab sekarang. Pikirkan lah terlebih dahulu.

Isu Strategis Yang Jadi Program Capres

Anak: Kalau Ayah sendiri, isu apa yang menjadi perhatian Ayah?

Ayah: Sama seperti kamu. Tentu saja soal pendidikan. Negara kita saat ini kualitas pendidikannya jauh tertinggal dari negara lain. Literasi kita sangat rendah, sedangkan zaman terus berkembang. Hal ini lah yang membuat negara kita mengalami banyak kemunduran. Menurut Ayah, hal ini harus jadi prioritas utama presiden kita mendatang. Dan selain yang telah kamu sebutkan tadi. Ayah juga perhatian pada strategi kebudayaan yang efektif.

Anak: Kenapa, Yah?

Ayah: Selain kekayaan alam, kita juga kaya akan seni budaya. Tapi potensi ini tidak pernah dikelola dengan baik sebagai modal dasar pembangunan bangsa. Agar kita menjadi bangsa besar yang terhormat di hadapan bangsa-bangsa lain. Nah, jika ada calon presiden yang memiliki visi ini, Ayah akan menjadikannya sebagai pertimbangan utama. Tentu saja dengan mempertimbangkan aspek lain seperti rekam jejak dan sebagainya.

Jujur atau Pencitraan?

Anak: Saat kampanye kan para capres itu pasti berkelakuan baik. Bagaimana kita tahu capres itu jujur atau pencitraan?

Ayah: Ini pertanyaan sulit tapi sangat penting. Ada beberapa langkah yang dapat kita ambil.

Anak: Langkah pertama?

Ayah: Pertama-tama, kita tinjau kembali rekam jejak calon presiden. Kita teliti bagaimana perilaku mereka sebelumnya. Apa mereka memiliki catatan integritas yang bersih atau pernah terlibat dalam tindakan yang mencurigakan? Maksudnya dulu pernah melakukan tapi sekarang bilang tidak pernah. Itu sangat mencurigakan.

Konsistensi

Anak: Ya, ya, ya. Terus selanjutnya, Yah?

Ayah: Kedua, kita harus memeriksa konsistensi mereka dalam perkataan dan perbuatan. Apakah mereka sering berubah-ubah atau hanya mengikuti tren populer?

Anak: Jadi, jika mereka sering berubah-ubah, itu bisa jadi tanda bahwa mereka hanya melakukan pencitraan?

Ayah: Ya, mungkin. Konsistensi dalam perkataan dan perbuatan bisa menjadi indikator integritas yang kuat. Selanjutnya, kita perlu mengikuti debat dan wawancara calon presiden. Perhatikan bagaimana mereka berbicara dan berperilaku. Apakah mereka menjawab pertanyaan dengan jujur, pakai retorika yang berlebihan, dan memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik?

Anak: Jadi, perilaku mereka dalam interaksi publik juga penting untuk dinilai?

Ayah: Benar. Cara mereka berperilaku dan berbicara bisa memberikan indikasi tentang integritas mereka.

Anak: Terus, umpamanya nih, Yah. Aku udah condong ke salah satu calon presiden. Apakah aku mampu menganalisis calon presiden lain dengan obyektif?

Ayah: Ya, wajar sih kalau kita punya kecenderungan terhadap satu capres. Tapi bukan berarti kita tidak dapat menganalisis secara objektif. Penting untuk tetap menjaga objektivitas agar kita bisa mendapatkan pemimpin yang tepat untuk negara kita.

Cara Agar Objektif Memilih Capres

Anak: Gimana caranya bisa objektif?

Ayah: Pertama kita harus mengakui dulu preferensi kita. Tidak salah kok. Ini alamiah dalam pemilihan. Selanjutnya cari informasi dari berbagai sumber, evaluasi lagi rekam jejak dan rencana kebijakannya, membuka diri pada sudut pandang yang berbeda, pertimbangkan dampak jangka panjangnya, dan mungkin perlu masukan dari pakar yang berintegritas.

Anak: Begini yah. Ini juga rumit, nih. Bagaimana kalau setiap capres ada kelebihan dan ada yang kurang. Mungkin di visi misi capres A bagus, tapi di rekam jejak dia nggak bagus. Begitu pula sebaliknya dengan capres B. Aku harus gimana?

Ayah: Pasti ada itu. Semua individu ada kelebihan dan ada kekurangan. Untuk menimbang hal itu, kamu bisa buat skala prioritas. Umpamanya, prioritas kamu itu adalah standar moral, maka itu jadi poin utama dan nilainya besar.

Tabel Skala Prioritas

Anak: Maksudnya gimana tuh, Yah. Aku belum ngerti banget.

Ayah: Bikin semacam tabel penilaian. Setiap item ada skornya. Setelah ditotal keseluruhannya. Mungkin itulah pilihan terbaik kamu.

Anak: Oh, betul juga. Terus, kalau aku sudah mantap dalam pilihan, apa aku bisa ikut jadi relawan atau tim sukses gitu?

Ayah: Bisa saja. Kamu dapat terlibat dalam kampanye, jadi relawan, ikut menyebarkan informasi, menggalang dana, dan sebagainya. Tapi ingat. Pastikan juga kamu terdaftar sebagai pemilih tetap yang dapat memilih. Paham aturan kampanye dan tahu tata cara pemilihan seperti tempat dan waktu pencoblosan. Kamu dapat juga berpartisipasi dalam pengawasan pemilu agar terlaksana jujur, adil, dan transparan. Peran kamu sangat berarti bagi kemajuan demokrasi.

Kalau Pilihan Kita Kalah?

Anak: Begini, Yah. Kalau ternyata setelah pemilihan, jagoan aku kalah. Gimana tuh?

Ayah: Memang sangat emosional sih kalau calon presiden yang kita yakini dapat memimpin bangsa dengan baik itu kalah. Namun bagaimana pun, kita harus hormati apapun hasilnya. Kita harus menghormati keputusan mayoritas pemilih. Nah pemilihan presiden hanya satu bagian dari proses politik yang lebih besar. Menang atau kalah capres kamu, kamu tetap dapat terlibat dalam proses politik kebangsaan. Dengan mengawasi kinerja pemerintah. Memberi kritik dan masukan. Dan mendukung perubahan positif yang kamu yakin perlu dilakukan. Masih banyak cara lain untuk berkontribusi bagi kemajuan bangsa.

Anak: Wah, semua info ini berguna banget, Yah. Makasih atas arahannya. Mulai saat ini aku akan coba menilai secara objektif calon presiden kita.

Yang Terpenting Dalam Menentukan Pilihan

Ayah: Ayah juga terima kasih karena kamu mau bertanya. Sebab dengan itu, Ayah bangga memiliki anak yang punya literasi politik yang baik. Namun yang paling penting dari semua itu. Tanyakan pada hati nuranimu yang paling dalam. Tanpa dibisiki nafsu memenangkan seseorang saja. Bermunajatlah pada Sang Mahakuasa untuk membimbingmu menentukan pilihan-pilihan.

Anak: Baik, Ayah. Eh, btw, pilihan Ayah siapa nih?

Ayah: Sttt. Jangan dibongkar di sini. Lihat saja komentar ayah di kolom komentar dengan akun lain. He he.

Anak: Wkwkwk. Aku juga ah mau nulis di kolom komentar.

Terima kasih. Semoga Bermanfaat.

NOTE: Boleh dicopas, asal menyertakan sumber FIRMAN IMMANK SYAH

Mungkin Anda Menyukai