Pidato Tukang Gali Kubur

Terlihat dari jauh iring-iringan jenazah memasuki areal pemakaman sebuah kampung. Kedua tukang gali kubur bergegas berdiri dari istirahatnya. Beberapa jam yang lalu mereka memang sempat menggali kubur seorang ustadz bernama Mubarak bin Muhammad Hasby. Beliau adalah ustadz yang terkenal sangat alim dan soleh.

Tukang gali kubur itu tidak hanya sekali menggali kuburan Mubarak. Tetiba Mubarak bangkit dari kubur sehingga mereka harus 2 kali menggali dan menguburkan jenazah yang sama. Sungguh hari yang sangat melelahkan. Dan yang jelas, bayaran mereka hanya sekali kubur untuk ektra tenaga yang telah dikeluarkan.

Kisahnya bisa dibaca di sini: PIDATO KEMATIAN SANG AHLI PIDATO.

Dan belum sempat letih mereka terbayarkan oleh istrirahat, telah muncul kembali iringan jenazah dari jauh. Entah siapa, belum ada konfirmasi tentang ini.

TUKANG GALI 1 : Siapa yang mati?

TUKANG GALI 2 : Iya, siapa ya? Kan belum lapor. Kita belum menyiapkan lubangnya.

TUKANG GALI 1 : Mana si ahli pidato?

Tukang Gali 1 bertanya pada seseorang yang mengantar jenazah. Tapi orang itu diam saja.

TUKANG GALI 2 : Kok nggak kelihatan? Kalau tidak ada dia lantas siapa yang pidato? Siapa coba yang bisa pidato selain dia? Kita sudah sangat bergantung pada jasa dia. Siapa?

SESEORANG : Tidak ada. Dia yang mati.

TUKANG GALI 2 : Innalillahi.

TUKANG GALI 1 : Waduh, jadi gimana nih?

SESEORANG : Anda saja yang pidato. Anda kan tiap hari mendengar si ahli pidato itu pidato. Anda pasti sudah menghafalnya. Iya kan?

TUKANG GALI 1 : Iya juga sih.

SESEORANG : Kasihan. Tak ada yang pidato di hari terakhirnya. Mau yah?

TUKANG GALI 1 : Iya deh. Tapi siapa yang gali kuburnya?

SESEORANG: Ya sudah, biar saya bantu gali kubur. Mana cangkulnya?

Tukang Gali Kubur 2 lalu mengambil cangkul di rumah dinasnya di pinggir kuburan. Tukang Gali Kubur 1 mulai menggali dibantu seseorang sambil otaknya bekerja mengingat apa yang sering diucapkan Sang Ahli Pidato.

Setelah semua proses penguburan selesai, Tukang Gali Kubur 1 pun dipersilahkan untuk tampil berpidato.

TUKANG GALI 1 : “Saudara-saudara sekalian. Kematian begitu cepat datangnya dari arah yang tidak kita sangka-sangka. Dan untuk siapa. Saya menjadi saksi bahwa almarhum tadi pagi masih memberikan pidato kematian bagi almarhum Mubarak. Dan siapa yang menyana, bahwa setelah itu dialah yang mendapat giliran dipidatoi. Kita juga tidak akan tahu. Bahwa bisa saja setelah ini adalah giliran saya.

Kematian memang seperti piala bergilir yang akan kita terima. Dan pasti akan kita terima. Entah siapa yang lebih dulu, anda atau saya. Anda datang jauh-jauh dari rumah anda ke tempat ini hanyalah untuk menyaksikan, menjadi pelayat pertunjukan kematian demi kematian.

Hingga sekarang, apakah kalian tidak juga merasakan bahwa kematian telah ada di tengkuk kalian? Bahwa kini adalah giliran anda? Anda. Atau anda. (sambil tangannya ke arah pelayat).

Hawa kematian menyelubungi diri kita. Dalam bangun, apalagi tidur. Maka berbekallah dengan perbekalan yang banyak. Selalu lah ingat akan kematian sang pemusnah segala kenikmatan. Sering seringlah ke tempat ini. Agar anda menjadi orang cerdas. Manusia yang menghargai kehidupan, sehingga tak sedikipun waktu disia-siakannya.

Maka cukuplah kematian menjadi nasehat, pelajaran bagi kita semua.”

Sejak kejadian itu, Tukang Gali Kubur 1 pun tidak lagi menjadi tukang gali kubur. Dia selalu menerima panggilan menjadi Tukang Pidato Acara Kematian. Hingga suatu saat ia pun dipanggil Sang Pencipta.

Mungkin Anda Menyukai