Pertanyaan Buat Sutradara Terkait Konsep, Riset, Teknik, Kesan dari Film KMGP the Movie

Untuk memenuhi ekspektasi pembaca novellet yang diterbitkan pertama kali di tahun 1993 tentulah tidaklah mudah. Para pembaca di tahun 1990-an sekarang ini tentulah sudah tidak remaja lagi. Sedangkan film ini tidak ditujukan hanya untuk para pembaca dulu yang telah beranjak dewasa, tetapi juga diperuntukkan kepada pembaca kini yang masih belia dan tentunya kepada berbagai kalangan di semua jenjang usia. Jika banyak unsur dari cerita yang masih menggunakan elemen di awal tahun 2000-an, maka di film KMGP harus ada pembaruan di berbagai aspek. Dan kisah ini jiwa remajawinya sangat kental sekali.

Elemen-elemen kekinian yang sangat lekat dengan remaja dan banyak orang seperti ponsel pintar, Bahasa gaul remaja yang paling mutakhir, idiom-idom baru, busana, riasan, dan berbagai hal lainnya menjadi perhatian khusus agar film dapat diterima oleh mereka yang menjadi target penonton utama. Agar pesan-pesan Islami dapat diterima tanpa ada kesenjangan akibat ketidakbaruan elemen yang ditampilkan.

Proses adaptasi dari novellet yang dasar ceritanya dari sebuah cerpen yang terbit pertama kali di majalah Annida tahun 1993 ini butuh banyak pengayaan di berbagai hal. Baik dari karakterisasi tokoh, alur cerita, set, properti, dan suasana.

Perpindahan set dari Madura ke Ternate di mana tempat Kyai Gufron bermukim, serta merta juga mengubah beberapa set lainnya agar tetap ada kesinambungan dan kesatuan film. Elemen air dan laut menyatu dalam beberapa proses perubahan karakter tokoh dalam film. Saat Mas Gagah masih hedon, proses berubah di Ternate, hingga menjadi bagian dalam bersama mantan preman di Rumah Cinta.

Namun dalam semua proses adaptasi novellet ke film, yang paling utama adalah mempertahankan esensi dan spirit dari kisah itu. Ada misi ubah baik, hidayah, jilbab, budaya tanding, kedermawanan, dan kerelawanan.

Jika kisah Mas Gagah, Gita, Yudi, Nadia, dan Preman Insyaf, ini telah  banyak menginspirasi pembacanya, maka harapan saya adalah film KMGP ini mampu menginspirasi lebih banyak lagi penonton dan masyarakat Indonesia.

Semoga film KMGP dapat menginspirasi lebih banyak orang dan bermanfaat buat bangsa Indonesia.
  1. Apakah ada riset khusus sebelum film diproduksi?

Tidak ada riset khusus sebelum film ini diproduksi. Saya hanya melakukan riset kecil-kecilan untuk menangkap suasana dan situasi yang terjadi di kampus, sekolah, rumah sakit, mall, dan angkutan umum. Karena film ini berkisah tentang remaja, saya meluangkan waktu untuk mengamati bagaimana laku anak-anak remaja sekarang. Bagaimana mereka berdialog, berbusana, dan bergaul, juga memahami selera mereka.

Selain mengunjungi dan mengamati keadaan secara langsung dengan kasat mata, saya juga mengamati tingkah mereka di media social, pengamatan di dunia maya, dan menonton berbagai video di youtube yang sesuai dengan kebutuhan film.

Semua pengamatan itu sangat saya butuhkan untuk menaturalkan adegan-adegan di film. Uniknya, saya menemukan hal-hal baru yang belum saya ketahui sebelumnya, terutama tentang istilah-istilah baru yang mereka sering gunakan. Hal ini sangat berguna saat mengarahkan pemain yang sebagian besar memang anak-anak muda.

Lokasi Syuting Batu Angus Ternate
Lokasi syuting di Batu Angus, Ternate.
  1. Adakah teknik pengambilan gambar yang khusus dalam proses produksi KMGP The Movie?

Spesial efek yang digunakan dalam film ini ada tapi tidak banyak. Adegan jatuh dari tebing memerlukan teknik pengambilan gambar yang khusus. Beberapa kru tambahan diperlukan untuk adegan ini dan syutingnya pun dilakukan di beberapa tempat yang berbeda. Kru tambahan meliputi Sling team, stuntman, fighting coach, underwater cameraman, diving team, dan CGI team.

Di beberapa adegan tertentu ada juga tambahan kru dengan keahlian khusus berikut peralatannya seperti Drone Cameramen, Jimmy Jib Operator, Steadycam Operator, Key Grip Riging, dan Second Unit Cameraman. Semua kru dengan keahlian khusus ini adalah yang terbaik di bidangnya. Bahkan ada yang telah mendapat beberapa penghargaan.

Produser Sutradara Artis Film Ketika Mas Gagah Pergi
Saat Pangkas Rambut. Dari kiri: Hamas Syahid, Izzah Ajrina, Helvy Tiana Rosa (Produser), Firman Syah (Sutradara), Aquino Umar, Masaji Wijayanto.
  1. Apakah ada kesulitan selama proses pembuatan film ini? 

Ada beberapa tantangan jika tidak ingin dikatakan kesulitan yang kami hadapai saat melakoni setiap proses dalam produksi film. Pertama adalah pada tahap pengembangan skenario. Mengadaptasi novellet yang bersumber dari dua cerpen yang berbeda memiliki kerumitan tersendiri. Ada plot yang harus diakhirkan dan ada plot yang harus dimajukan. Berbagai cara dan metode diuji coba agar menghasilkan plot yang akan membuat surprise penonton yang telah membaca novellet KMGP ini. Bagi yang belum membacanya pun akan dibuat terkesan, sehingga penonton akan selalu terombang ambing dengan alur dan konflik yang terkisahkan. Ada beberapa kali perombakan scenario dari draft pertama hingga draft terakhir. Kerja keras penulis skenario dibantu produser dan sutradara ini memakan waktu hampir satu tahun. Bahkan menjelang proses syuting pun masih ada beberapa revisi dialog dan adegan walaupun tidak banyak. Semuanya dilakukan agar tata kisah film ini semakin menarik.

Masalah pendanaan film pun adalah tantangan terberat yang harus dihadapi oleh Produser dan Staffnya. Meski saya tidak begitu jauh terlibat soal pendanaan ini, tetapi saya ikut merasakan bagaimana sulitnya mendapatkan dana untuk produksi. Terlebih di awal proses pra produksi, saya ikut terlibat intens soal strategi pendanaan.

Sejak digulirnya ide tentang  pembiyaan film dari crowdfunding atau pendanaan gotong royong, saya sulit membayangkan apakah film ini bisa diproduksi atau tidak? Beberapa pembaca KGMP yang sangat ingin cerita ini difilmkan telah mendonasikan dananya, tapi itu belumlah cukup. Beberapa produser film pun banyak yang mendekati namun ternyata ada ketidaksesuaian idealisme dengan pemilik hak cipta novellet. Beberapa sponsor dan investor juga sudah menyatakan dukungan, tetapi realisasinya tidak seperti harapan. Akhirnya ada lembaga kemanusiaan yaitu Aksi Cepat Tanggap (ACT) yang merasa mempunyai kewajiban untuk mendukung pembuatan film yang sarat makna ini agar bisa teralisasi. Kemudian bermunculan sponsor yang sevisi dengan kami yaitu Wardah dan Telkomsel. Alhamdulillah dengan kreatifitas produser dan staf produser, kesulitan demi kesulitan pendanaan itu dapat teratasi.

Tantangan berikutnya bagi saya sutradara film ini adalah mengarahkan pemeran utama dan beberapa pemeran pendukung yang benar-benar baru terjun ke dalam dunia akting. Ini adalah focus utama saya di tahap pra produksi. Alhamdulillah saya dibantu oleh Acting Coach yaitu Mas Otig Pakis yang melatih empat pemain utama ini dalam hal pengenalan dan pelatihan dasar-dasar acting. Proses reading scenario dengan pemain utama ini dilakukan selama 2 bulan lebih. Mereka dikarantina agar tetap focus dalam menjalani setiap proses. Nah, saat masa karantina ini, para pemain utama menjalani beberapa kegiatan-kegiatan yang lain. Terkadang ada yang izin melakukan aktifitas di luar agenda karantina. Eh, begitu kembali dari kegiatan itu, saya merasa koq seakan pengetahuan dan pelatihan yang diberikan selama ini seakan terlupa. Mereka seperti kembali ke nol lagi. Inilah tantangan terberat saya dan menjadi beban pikiran tersendiri. Tetapi mau tidak mau, saya tetap berusaha agar para pemain baru ini dapat mengoptimalkan kemampuannya. Memberikan yang terbaik untuk film KMGP. Dan alhamdulillah, beberapa kesulitan itu dapat teratasi. Dan Anda dapat menilai sendiri bagaimana hasil kerja keras para pemain ini.

Kesulitan saat syuting itu adalah waktu syuting di Ternate. Kami tiba di Ternate dengan kondisi yang kurang bagus. Saat itu di beberapa daerah di tanah air terjadi kebakaran hutan dan asapnya sempat menutupi pemandangan indah kepulauan Maluku Utara itu. Saya selalu berdoa agar hujan deras turun di daerah itu dan asap segera sirna. Karena yang kami butuhkan adalah dapat memotret keindahan alam Ternate dan sekitarnya. Alhamdulillah hari kedua di Ternate hujan deras turun, dan kabut asap sedikit demi sedikit hilang.

Adegan Teater tentang Palestina di film Ketika Mas Gagah Pergi.
  1. Adegan mana yang paling berkesan untuk Bang Immank?

Semua adegan dalam film KMGP saya suka. Tetapi yang paling berkesan adalah adegan Yudi berlatih teater dengan dialog-dialog tentang Palestina. Terus terang hati saya bergetar saat para pemain mengucapkan dialog-dialog itu. Ada kesedihan, ada juga kemarahan. Sedih karena membayangkan penderitaan rakyat, terutama anak-anak Palestina. Marah karena masyarakat dunia yang selalu bicara tentang kemanusiaan, tidak sedikitpun mempunyai kepedulian terhadap penderitaan rakyat di Palestina.

Ilham Anas, Hamas Syahid, dan Firman Syah melihat denah.
  1. Apa kesan yang Bang Immank rasakan selama proses pembuatan KMGP The Movie?

Kesan saya yang paling mendalam dalam seluruh proses pembuatan film KMGP The Movie ini adalah saya melihat dan merasakan bagaimana orang-orang yang tulus ikhlas membantu apa saja demi terealisasinya film ini. Mulai dari para pembaca setia, Penulis buku yang akhirnya didapuk sebagai produser film, donator, tim ACT, tim Wardah, para artis, kru film, relawan, komunitas, semua bahu membahu apapun caranya, film ini bisa hadir di bioskop tanah air. Sesulit apapun situasi yang dihadapi harus ditemukan solusinya. Tak jarang ada juga ide yang bersebrangan. Kadang ada juga kesalahpahaman. Ada ketidaksuaian. Ketidakpercayaan. Tetapi semua itu berhasil dilalui dengan mulus dan ada yang tidak, hingga saat ini.

Semua pengalaman ini tidak akan saya lupakan. Ini akan menjadi sejarah penting dalam hidup saya. Apalagi film KMGP ini adalah karya debutan saya di ranah layar lebar.  Saya sangat bersyukur dengan apa yang sudah kami lalui bersama, berjuang mewujudkan film ini.

Jangan lupa nonton sekuelnya: DUKA SEDALAM CINTA

Mulai 19  Oktober 2017 di bioskop.

Mungkin Anda Menyukai