Pencetus Istilah NKRI dan Mosi Integral: Mohammad Natsir

Slogan ‘NKRI Harga Mati’ sering kita dengarkan dan baca di berbagai kesempatan. Mereka yang melontarkan frasa ini, seolah mengukuhkan diri bahwa dirinya adalah seorang nasionalis sejati. Bahkan saking kerasnya mereka mendengungkan kata NKRI ini, sampai-sampai sering menuding kelompok lain terutama umat Islam, menolak konsep Negara Kesatuan Republik Indonesia. Umat Islam dianggap ancaman laten yang ingin mengubah dasar negara Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika. Padahal sangat sedikit dari mereka yang ultranasionalis ini, mengetahui siapa tokoh penting pencetus istilah NKRI – Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Dialah Mohammad Natsir, seorang ulama negarawan. Sedangkan penemu slogan ‘NKRI Harga Mati’ adalah seorang ulama juga Pendiri Pondok Pesantren Al-Muttaqien Pancasila Sakti di Klaten, KH Moeslim Rifa’i Imampuro, atau akrab disapa alias Mbah Liem. Keduanya adalah ulama. Jadi sangat tidak mungkin tudingan bahwa umat Islam itu anti NKRI, anti Pancasila, dan anti Bhinneka Tunggal Ika.

Berikut video dokumenter tentang sejarah munculnya istilah Mosi Integral dan Negara Kesatuan Republik Indonesia NKRI.

https://youtu.be/jAFGCP5BrbQ

Video ini dibuat dalam rangka memperingati 1 Abad Mohammad Natsir. Diinisiasli oleh Prof. Laode M. Kamaluddin dan difasilitasi oleh Ketua Mahkamah Konstitusi Prof. Dr. Jimly Asshiddique, SH.

Narasi:

Sang Negarawan Konstitusionalis: Mohamad Natsir. 1 Abad M. Natsir.

Republik yang telah diproklamirkan dengan resmi, diobrak abrik Belanda dengan segala tipu daya.  Dibagi-bagi menjadi beberapa negara bagian, dan dijadikannya republik kita menjadi Republik Serikat. Di mana republik yang sah, hanya jadi bagian kecil dari republik buatan si penjajah.

Belum lagi gangguan dari dalam sendiri akibat masuknya paham komunisme yang semakin merasuk, meracuni anak bangsa hingga semakin menambah suburnya Partai Komunis Indonesia PKI. Yang pada akhirnya mereka melakukan pemberontakan yang dikenal dengan nama: Peristiwa Madiun.

Bangsa terpecah belah, porak poranda, negara terbagi-bagi sebagai akibat dari perundingan konferensi meja bundar di Den Haag. Namun ada seorang negarawan yang adil dan bijaksana. dapat menangkap dari apa yang sesungguhnya terpendam dari lubuh hati setiap insan indonesia.

Setelah melakukan pendekatan secara manusiawi, intelektual, dan kenegarawanan. Kepada seluruh wakil negara-negara bagian Beliau cetuskanlah MOSI INTEGRAL yang mendorong seluruh perwakilan negara indonesia serikat kembali melebur ke dalam negara kesatuan.

Maka pada tanggal 16 Agustus 1950 diproklamasikan lah Negara Kesatuan Republik Indonesia NKRI. Orang menyebutnya sebagai proklamasi kemerdekaan Indonesia yang kedua. Sang negarawan tak lain adalah Mohamad Natsir.

Rosihan Anwar : Ketegangan politik di perlemen Republik Indonesia Serikat (RIS) itu, supaya kembali ke negara kesatuan.

Prof. Dr. Taufik Abdullah :  Akhirnya Pak Natsir mengusulkan Mosi Integral. Semua melebur diri menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Rosihan Anwar : Siapa yang diminta oleh Presiden Soekarno sebagai formatur? Tidak lain dan tidak bukan, Mohammad Natsir.

Drs. Lukman Hakiem : Dalam buku sejarah, catatan mosi integral ini tidak ada. Sehingga sangat sedikit orang yang tahu apa itu mosi integral.

Prof. Dr. Laode M. Kamaluddin : Kalau seratus tahun atau 1 abad Mohammad Natsir ini dilewatkan begitu saja tanpa mengenang pandangan-pandangan beliau, maka bangsa ini yang dirugikan.

Prof. Dr. Jimly Asshiddique, SH.: Saya mencatat salah satu yang patut dijadikan teladan dari Pak Natsir adalah sikap konstitusionalis beliau. Termasuk pun ketika beliau terlibat PRRI bersama Pak Syaf, Pak Burhanuddin Harapap. Beliau selalu melihat itu dalam kacamata konstitusi.

Prof. Dr. Taufik Abdullah : Sekali waktu saya bertemu dengan Pak Natsir. “Pak, kata Bung Hatta, Bapak dulu kesayangan Bung Karno ya?” Pak Natsir ketawa, “Ya dulu kami akrab. Waktu revolusi kami akrab. Bahkan konsep pidatonya itu saya yang bikinkan drafnya.”

Prof. Dr. Jimly Asshiddique, SH.: Banyak sekali pandangan-pandangan beliau, termasuk kritik-kritik beliau ketika misalnya terhadap petisi 50.

Baca juga: Tips Jitu Berbelanja Bulanan Murah

A.M. Fatwa : Para penandatangan petisi 50 itu kemudian mendapatkan tekanan politik.

Ir. A. Fauzi Natsir : Di depan rumah itu khusus dikontrak oleh intelegen untuk mengamati rumah.

Prof. Dr. Laode M. Kamaluddin : Sebagai salah satu tokoh yang pada saat Indonesia ini awal-awal, masih sangat susah. Peranan M. Natsir itu luar biasa dikenal.

Narasi: Tokoh yang lahir lebih dari se-abad yang lalu itu, sangat besar jasanya bagi kehidupan bangsa ini. Namun apakah kita sebagai generasi yang ditinggalkannya cukup menteladani sepak terjang beliau dalam perjuangannya membangun negeri ini dari keterpurukan?

K.H. Syuhada Bahri : Pak Natsir bukan hanya dikenal di dalam negeri. Tetapi juga di dunia internasional, ketokohannya sangat diakui. Beberapa persoalan umat yang pernah terjadi. Seperti di Jepang. Itu yang dipercaya untuk menyelesaikannya adalah Pak Natsir. Di Filipina Selatan. Dan banyak lagi persoalan-persoalan lain termasuk Palestina. Itu selalu Pak Natsir tampil paling depan. Dan dipercaya oleh tokoh-tokoh Islam dunia untuk menjadi orang yang menyelesaikan persoalan-persoalan itu.

Taufiq Ismail: Beliau itu adalah seorang guru bangsa. Pendidik umat. Mujahid dakwah. Pejuang. Politikus. Negarawan.

Hj. Aisyah Amini : Banyak peranan beliau untuk kepentingan bangsa dan negara. Dan tidak lupa bagaimana permberdayaan generasi muda. Saya masih ingat betapa beliau memberikan perhatian kepada generasi muda dengan mendorong adanya pesantren mahasiswa. Ataupun kegiatan-kegiatan lain yang memberikan perhatian agar generasi muda muslim ini terutama menjadi intelektual yang ulama. Sehingga mereka itu tampil di tengah-tengah masyarakat dengan kemampuan-kemampuan ilmiah yang cukup tinggi. Dan kemampuan keagamaan yang cukup memadai juga.

K.H. Didin Hafiduddin, M.Sc : Peranan almarhum Pak Natsir sangat besar sekali dalam mengembangkan dan memajukan pesantren kampus ini.

Ir. A. M. Luthfi : Saya makin sadar bahwa beliau itu salah satu dari pemimpin yang mungkin paling memiliki konsern terhadap pengembangan sumber daya manusia Indonesia.

Yusril Ihza Mahendra: Dibandingkan dengan tokoh-tokoh lain yang juga mendapat predikat pahlawan nasional, saya kira Pak Natsir lebih dari pantas untuk diberikan gelar itu.

Narasi: Demikianlah, Mohamad Natsir. Seorang ulama, negarawan, pemersatu bangsa, pahlawan bangsa, pribadi berakhlak mulia. Kita merindukan lahirnya Natsir Natsir muda untuk masa depan Indonesia untuk kita cintai bersama.

Baca juga: Bahaya Pornografi Bagi Anak.

Mereka Bicara:

Para tokoh seperti Jimly Assiddiqy, Rosihan Anwar, Taufiq ismail, Lukman Hakiem, Laode Kamaluddin, AM. Fatwa, Taufik Abdullah, Fauzie Natsir, Syuhada Bahri, AM. Lutfi, Yusril Ihza Mahendra,  Didin Hafiduddin, Aisyah Amini, Mengunggap peran MOHAMAD NATSIR dalam menyatukan kembali Negara Kesatuan Republik Indonesia meski sempat bersebrangan paham dengan Soekarno.

 

Videografer:

Sutradara Chaerul Umam, Editor: Firman Syah, Cameraman : AwyzkoAwyzki, Dian Satriawan; Lighting: Yan Segara, Ago Mohamad, Kris Helm, Richard, Ndoy; Musik: Embie C. Noer; Unit Manager: Usman Ali; Pimpinan Produksi: Siradjudin Noer; Asisten Sutradara: Sapto Wibowo; Produser: Prof. Dr. Laoede M. Kamaluddin; Narator dan Sutradara: Chaerul Umam.

Bahan Dokumentasi:

  • Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia
  • Amiruddin C.
  • Dokumen Des Alwi
  • TVRI
  • Mahkamah Konstitusi

Mungkin Anda Menyukai