Mau Punahkah Indonesia? Covid-19

Kemarin saya harus memakai baju astronot seperti dalam foto ini demi tahu perkembangan pasien bayi yang PDP (pasien dalam pengawasan), pasien curiga kena Covid-19 tapi belum pasti, masih menunggu hasil test.

Tahu ga berapa harga baju ini? Bahannya disposible, 500 ribu, sekali pakai! Ya udah sih 500 ribu doang. Hey.. ini bukan doang ya! Dokter akan visit pasien ini sekali sehari. Perawat akan memeriksa kondisi tanda vital, memasukkan obat dan terapi lainnya 3 kali sehari, dan semuanya sekali pakai, buang! Sehari, dokter dan perawat, berarti 4 kali pakai sama dengan dua juta dan buang. Dua juta sehari baru APD buat nakes (tenaga kesehatan) nya aja lho, belum yang lain lain.

Bayangkan juga gimana kalau merawat pasien yang positif corona dengan segala komplikasinya yang lebih berat. Mungkin harus masuk lebih dari 4 kali sehari. Hitung, berapa uang yang keluar per hari? Itu baru satu gaes. Bayangkan kalau tiap rumah sakit PDP nya jadi 10, 20, 100 dan seterusnya. Apalagi kalau pasien yang dirawat positif dan berat, semakin hari semakin bertambah. Berapa uang yang harus keluar? Baru dari baju loh gaes!

Memangnya pemerintah ada uangnya buat siapin ini semua? Ga ada. Ya udah, artis dan pejabat lah pada kumpulin uang buat beli APD. Oke uang terkumpul ratusan miliar, emang barangnya ada? Masker aja susah apalagi baju astronot macam gitu gaes.

Akibatnya apa yang terjadi? Dokter dan perawat terpaksa memeriksa pasien dengan APD yang sangat minimalis. Tenaga kesehatan seperti maju ke medan perang mau ditembakin peluru tapi tanpa baju anti tahan peluru. Akibatnya lagi? Dokter dan perawatnya pada berjatuhan tertular dan menularkan keluarganya dan sekitarnya. Padahal menyekolahkan mereka ini butuh biaya besar dan waktu yang lama.

Lalu kalau ga ada yang merawat, RS apa jadinya? Pasien semakin banyak bergelimpangan tapi dokter dan perawat juga ga ada? RS jadi tempat kuburan masal?

Italia lho gaes negara maju, uang dan fasilitas banyak, tapi masyarakatnya bedegong kalo kata orang sunda (anak bandel, ndablek, ga bisa dibilangin, saya gede di Bandung btw), akibatnya sekarang colaps. Kasusnya sudah dua puluh ribu lebih per hari ini. Pasien yang meninggal sehari bisa 300 an. Bahkan yang sudah tua-tua sakit parah dikorbankan meninggal aja deh, alatnya lebih baik buat yang muda.

Lha negara kita, Indonesia tercinta ini, udah uang ga ada, masyarakatnya sama bedegongnya (bandel, ndablek), trus mau mengharapkan apa lagi kalau kasusnya sudah jadi ribuan?

So please..please pemerintah…dengarkan lah asupan dari para ahli. Dokter Aman Pulungan, SpAK, ketua Ikatan dokter anak Indonesia bahkan sudah sampai memohon-mohon di mata najwa, please pemerintah, entah gimana caranya, supaya negara ini ga colaps, lakukan hal ini:

  • Testing sebanyak-banyaknya (alhamdulillah pak Jokowi sudah umumkan akan melakukan ini)
  • Lakukan tracing
  • Karantina
  • Social distancing.

Gembar gemborkan di seluruh media, mesjid, RT, RW, TV, para influencer suruh lah berjamaah berkampanye social distancing, dan para artis dan pejabat contohlah Korsel yang pada bersatu sumbang uang untuk beli APD, alat test skrining, bikin RS isolasi, beli obat dan lain-lain.

Dan buat masyarakat Indonesia yang tercinta, please..just stay at home! Hindari kerumunan, kecuali urusan penting banget (pencari nafkah yang ga bisa dirumah kalau mau keluar praktekkan jaga jarak). Kalau punya masker bedah dan N95 jangan diborong, bagi-bagilah buat nakes yang lebih memerlukan.

Please gaes, belajarlah dari Itali. Negara maju tapi masyarakatnya bedegong aja colaps. Negara kita, udah ga ada uang, bedegong pula. Mau punah ajakah masyarakat Indonesia gitu??

#status super gemeez sama yang bandel masih berkerumun juga. Copas dari tulisan Tirta Riawan.

This post was last modified on 20/03/2020 18:38

Baca Juga

This website uses cookies.