Literasi Keluarga: Perkecil Angka Cerai & KDRT. Harmonisasi Keluarga

Kasus perceraian maupun kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) di kalangan selebriti dan pejabat adalah puncak gunung es dari maraknya kasus serupa di masyarakat.

Menurut data dari Mahkamah Agung Republik Indonesia, pada tahun 2020 terdapat sekitar 400 ribu kasus perceraian yang dilaporkan di seluruh Indonesia. Angka ini menunjukkan bahwa jumlah kasus perceraian di Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun.

Sementara itu, menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), angka perceraian di Indonesia pada tahun 2019 mencapai 15,35 per 1.000 penduduk.

Meski angka ini terbilang tinggi, namun perlu diingat bahwa faktor seperti perbedaan budaya, agama, dan kondisi ekonomi serta sosial dapat mempengaruhi angka perceraian di setiap negara.

“Keluarga bukanlah orang-orang yang memiliki nama belakang yang sama. Keluarga adalah orang-orang yang peduli satu sama lain.” – Trey Parker dan Matt Stone

Menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2020, beberapa provinsi di Indonesia yang memiliki tingkat perceraian tertinggi adalah sebagai berikut:

  1. DKI Jakarta, dengan tingkat perceraian sebesar 7,32 per 1.000 penduduk
  2. Nusa Tenggara Barat, dengan tingkat perceraian sebesar 6,17 per 1.000 penduduk
  3. Sulawesi Selatan, dengan tingkat perceraian sebesar 5,98 per 1.000 penduduk
  4. Riau, dengan tingkat perceraian sebesar 5,84 per 1.000 penduduk
  5. Banten, dengan tingkat perceraian sebesar 5,81 per 1.000 penduduk

Faktor seperti perbedaan budaya, agama, dan kondisi ekonomi-sosial dapat mempengaruhi angka perceraian. Selain itu, angka perceraian tidak selalu mencerminkan kualitas hubungan dalam rumah tangga.

Sebab Perceraian

Terdapat beberapa sebab umum yang dapat menyebabkan terjadinya perceraian, antara lain:

  1. Ketidakcocokan antara pasangan: Ketidakcocokan antara pasangan adalah salah satu sebab paling umum dari perceraian. Pasangan yang tidak cocok mungkin memiliki perbedaan dalam pandangan hidup, tujuan hidup, dan nilai-nilai, yang dapat menyebabkan ketidakharmonisan dalam hubungan mereka.
  2. Perselingkuhan: Perselingkuhan adalah salah satu penyebab utama perceraian. Perselingkuhan dapat terjadi karena ketidakpuasan dalam hubungan atau karena faktor lain, seperti kecanduan seks atau masalah kepercayaan.
  3. Masalah keuangan: Masalah keuangan juga dapat menyebabkan terjadinya perceraian. Ketidakmampuan untuk mengelola keuangan dengan baik atau perbedaan pendapat tentang pengeluaran dapat menyebabkan konflik dalam hubungan dan bahkan dapat memperburuk masalah keuangan.
  4. Masalah komunikasi: Ketidakmampuan untuk berkomunikasi dengan baik dan memecahkan masalah dalam hubungan dapat menyebabkan ketidakharmonisan dan bahkan perceraian.
  5. Perbedaan budaya:

Perbedaan budaya dapat menyebabkan konflik dalam hubungan, terutama jika pasangan berasal dari latar belakang yang berbeda.

  • Masalah keluarga: Konflik keluarga atau masalah dengan anggota keluarga dapat mempengaruhi hubungan suami-istri dan bahkan dapat menyebabkan perceraian.
  • Kesalahan dalam memilih pasangan: Memilih pasangan yang tidak sesuai dapat menyebabkan ketidakcocokan dalam hubungan dan bahkan perceraian.

Setiap hubungan memang memiliki tantangan dan masalah yang unik. Dan tidak semua masalah akan mengarah pada perceraian.

Kasus kekerasan dalam rumah tangga (KDRT)

Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) adalah tindakan kekerasan atau ancaman kekerasan yang dilakukan oleh seseorang terhadap pasangan atau anggota keluarganya yang lain.

Beberapa sebab umum kasus KDRT antara lain:

  1. Masalah kontrol dan kekuasaan: Pelaku KDRT seringkali memiliki masalah dalam mengontrol emosi dan kebutuhan untuk mengontrol atau mendominasi pasangan atau anggota keluarganya yang lain.
  2. Masalah mental: Pelaku KDRT mungkin memiliki masalah kesehatan mental, seperti gangguan bipolar atau depresi, yang dapat mempengaruhi perilaku mereka.
  3. Pengaruh alkohol dan obat-obatan: Penggunaan alkohol atau obat-obatan yang tidak sehat dapat memperburuk perilaku dan meningkatkan risiko terjadinya KDRT.
  4. Masalah keuangan: Masalah keuangan, seperti utang yang menumpuk atau ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan keluarga, dapat memicu ketegangan dan konflik dalam rumah tangga.
  5. Konflik keluarga: Konflik dengan anggota keluarga lain, seperti orangtua mertua atau saudara kandung, dapat mempengaruhi hubungan antara pasangan dan bahkan menyebabkan KDRT.
  6. Perilaku agresif sejak kecil: Pelaku KDRT mungkin telah mengalami kekerasan dalam rumah tangga atau perilaku agresif sejak kecil, dan kemudian menirunya ketika dewasa.

Penting untuk diingat bahwa tidak semua orang yang mengalami masalah tersebut akan menjadi pelaku KDRT. Namun, pengaruh dari faktor-faktor tersebut dapat meningkatkan risiko terjadinya KDRT.

Ada beberapa penelitian yang menunjukkan adanya hubungan antara rendahnya literasi keluarga dengan kasus perceraian dan kekerasan dalam rumah tangga. Namun, penting untuk diingat bahwa ada banyak faktor yang dapat menyebabkan kasus perceraian dan kekerasan dalam rumah tangga, dan literasi keluarga hanya merupakan salah satu faktor yang mempengaruhinya.

Literasi Keluarga yang rendah

Keluarga yang memiliki tingkat literasi yang rendah cenderung memiliki risiko yang lebih tinggi mengalami perceraian dan kekerasan dalam rumah tangga. Hal ini mungkin disebabkan oleh kurangnya kemampuan untuk berkomunikasi secara efektif, memecahkan masalah dengan baik, dan menyelesaikan konflik dengan cara yang sehat.

Kurangnya pengetahuan tentang hukum dan hak-hak keluarga juga dapat menyebabkan ketidakadilan dalam hubungan suami-istri, yang dapat meningkatkan risiko terjadinya kekerasan dalam rumah tangga.

Namun, tidak semua kasus tersebut disebabkan oleh rendahnya literasi keluarga. Ada banyak faktor lain, termasuk faktor lingkungan, keuangan, dan psikologis.

“Keluarga bukanlah tempat kita pernah tinggal. Keluarga adalah tempat kita selalu kembali.” – Mitch Albom

Apa itu Literasi Keluarga?

Literasi keluarga adalah kemampuan untuk mengakses, memahami, dan menggunakan informasi dan pengetahuan yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan membawa keluarga dalam kehiupan yang harmonis, bahagia, dan sejahtera.

Hal ini mencakup berbagai tahapan. Mulai dari menyiapkan diri sebelum menikah, pengetahuan memilih pasangan, bijaksana mengadakan resepsi pernikahan, pendidikan seksual, pengetahuan tentang reproduksi, hingga menjalani hari tua, bahkan soal pembagian warisan.

Literasi keluarga mencakup juga aspek kesehatan, keuangan, pendidikan, pengasuhan anak, hubungan interpersonal, peribadatan, hubungan tetangga, dan lain sebagainya.

Dengan literasi keluarga, seseorang dapat membantu keluarga mengembangkan keterampilan dan strategi yang diperlukan untuk mengatasi masalah dan mencapai tujuan keluarga.

Dalam literasi keluarga, orang tua bertanggung jawab untuk memberikan pendidikan dan pengajaran kepada anak-anak mereka. Seperti mengenai nilai-nilai agama dan budaya, keterampilan, dan pengetahuan yang dibutuhkan untuk membangun hubungan yang sehat dalam keluarga dan masyarakat.

Pendidikan keluarga juga termasuk memberikan pengetahuan tentang seksualitas, kesehatan reproduksi, keuangan, pengelolaan waktu, dan keterampilan hidup sehari-hari lainnya.

Pentingnya literasi keluarga adalah untuk membangun kemandirian dan kepercayaan diri anggota keluarga dalam menghadapi kehidupan sehari-hari.

Ketika setiap anggota keluarga memiliki pemahaman yang baik tentang masalah-masalah yang dihadapi dan bagaimana cara mengatasinya. Mereka akan lebih mampu mengambil keputusan yang tepat dan membangun hubungan yang sehat dengan orang lain.

Selain itu, literasi keluarga juga dapat membantu meningkatkan kesejahteraan keluarga dan mencegah terjadinya berbagai masalah. Seperti kesulitan keuangan, konflik keluarga, masalah kesehatan, dan lain sebagainya.

Dalam literasi keluarga, penting untuk membangun keterampilan komunikasi yang baik antara anggota keluarga. Komunikasi yang baik dapat membantu mencegah konflik dan memperkuat hubungan dalam keluarga.

Selain itu, literasi keluarga juga dapat membantu membangun hubungan yang lebih baik dengan komunitas dan lingkungan sekitar. Sehingga keluarga dapat menjadi lebih terlibat dalam kegiatan sosial dan budaya di sekitar mereka.

Intinya, dengan literasi keluarga yang baik, seorang ayah, ibu, anak, dapat membangun keluarga impian yang sakinah, mawaddah, warahmah. Insyaallah kasus perceraian dan KDRT dapat berkurang. Keluarga harmonis, negara aman dan damai.

“Wahai manusia, bertakwalah kepada Allah dalam berlaku terhadap istri-istrimu. Sesungguhnya mereka telah menjadi penolongmu yang dekat.” – Surah An-Nisaa, ayat 1

Cara meningkatkan literasi keluarga

Dalam meningkatkan literasi keluarga, ada beberapa hal yang dapat dilakukan oleh keluarga, antara lain:

  1. Mengakses sumber informasi yang baik: Keluarga dapat mencari sumber informasi yang dapat dipercaya, seperti buku, artikel, situs web, atau media sosial untuk memperoleh informasi yang diperlukan. Pastikan informasi yang didapat telah diverifikasi dan benar.
  2. Meningkatkan keterampilan membaca dan menulis: Keterampilan membaca dan menulis sangat penting untuk memperoleh informasi. Orang tua dapat membantu anak-anak mereka meningkatkan keterampilan membaca dan menulis sejak dini, seperti membacakan buku cerita, menulis jurnal, atau membuat catatan.
  3. Meningkatkan keterampilan berbicara dan mendengar: Keterampilan berbicara dan mendengar juga sangat penting dalam literasi keluarga. Orang tua dapat membangun keterampilan ini dengan berbicara dengan anak-anak mereka secara teratur, mendengarkan dengan saksama, dan memberikan umpan balik yang konstruktif.
  4. Mendorong pengembangan keterampilan hidup: Keterampilan hidup seperti pengelolaan waktu, keuangan, dan keterampilan interpersonal juga sangat penting dalam literasi keluarga. Orang tua dapat membantu anak-anak mereka mempelajari keterampilan ini sejak dini agar dapat mempersiapkan diri untuk menghadapi dunia nyata.
  5. Menjalin hubungan yang baik antar anggota keluarga: Komunikasi yang baik dan hubungan yang erat antara anggota keluarga dapat membantu memperkuat literasi keluarga. Orang tua dapat membantu membangun hubungan yang baik dengan anak-anak mereka dengan berbicara dengan mereka secara teratur, mendengarkan dengan saksama, dan menunjukkan dukungan.

Dalam rangka meningkatkan literasi keluarga, penting bagi keluarga untuk memprioritaskan pengembangan keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.

 Hal ini dapat membantu meningkatkan kesejahteraan keluarga dan mencegah terjadinya masalah seperti kesulitan keuangan, konflik keluarga, masalah kesehatan, dan lain sebagainya.

“Sesungguhnya orang yang paling baik di antara kalian adalah yang paling baik akhlaknya pada keluarganya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Tonton juga video tentang literasi di kanal youtube TALANG INSTITUTE: Literasi & Kolaborasi.

Mungkin Anda Menyukai