Kondisi Literasi Di Indonesia: Angka Kriminalitas Tinggi Di Wilayah Rendah Literasi

Menurut data yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2021, tingkat literasi penduduk Indonesia pada tahun 2020 mencapai 98,60 persen. Artinya, hampir seluruh penduduk Indonesia berusia 15 tahun ke atas mampu membaca dan menulis.

Namun, meskipun angka literasi di Indonesia relatif tinggi, masih terdapat sejumlah tantangan dalam meningkatkan literasi di Indonesia. Terutama dalam hal kualitas dan akses ke pendidikan.

Beberapa faktor yang memengaruhi tingkat literasi di Indonesia antara lain kesenjangan antara daerah perkotaan dan perdesaan, kesenjangan antara wilayah yang lebih maju dan yang tertinggal, serta kurangnya akses ke pendidikan di sejumlah wilayah yang terpencil.

Oleh karena itu, masih perlu dilakukan upaya-upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan memperluas akses ke pendidikan di seluruh wilayah Indonesia, terutama di wilayah yang masih tertinggal. Hal ini diharapkan dapat membantu meningkatkan tingkat literasi dan kemampuan berpikir kritis masyarakat. Sehingga mampu berkontribusi lebih baik dalam pembangunan nasional.

Provinsi dengan literasi tinggi

Menurut data yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2021, provinsi-provinsi dengan tingkat literasi yang tinggi di Indonesia antara lain:

  1. DKI Jakarta: 99,88 persen
  2. DI Yogyakarta: 99,52 persen
  3. Jawa Barat: 99,22 persen
  4. Jawa Timur: 99,21 persen
  5. Jawa Tengah: 99,17 persen
  6. Bali: 99,14 persen
  7. Banten: 98,99 persen
  8. Kalimantan Timur: 98,96 persen
  9. Sulawesi Selatan: 98,85 persen
  10. Sulawesi Utara: 98,81 persen

Namun, perlu diingat bahwa meskipun tingkat literasi di suatu provinsi tergolong tinggi, masih mungkin terdapat sejumlah masalah dalam hal kualitas pendidikan dan akses ke pendidikan di wilayah tersebut.

Provinsi dengan literasi rendah

Berdasarkan data yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2021, beberapa provinsi di Indonesia dengan tingkat literasi yang tergolong rendah antara lain:

  1. Papua: 71,97 persen
  2. Papua Barat: 76,95 persen
  3. Nusa Tenggara Timur: 82,23 persen
  4. Maluku: 83,43 persen
  5. Sulawesi Barat: 84,00 persen
  6. Kalimantan Barat: 86,25 persen
  7. Bengkulu: 86,40 persen
  8. Nusa Tenggara Barat: 86,72 persen
  9. Kalimantan Selatan: 88,24 persen
  10. Aceh: 88,34 persen

Perlu dicatat bahwa angka-angka ini hanya merupakan indikasi umum, dan masih mungkin terdapat perbedaan-perbedaan di antara daerah-daerah di dalam provinsi tersebut.

Selain itu, angka-angka ini juga perlu diinterpretasikan dengan hati-hati, karena tingkat literasi dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti akses ke pendidikan, kualitas pendidikan, dan faktor-faktor budaya dan sosial.

Angka kriminalitas berkolerasi dengan literasi rendah

Terdapat beberapa penelitian yang menunjukkan bahwa terdapat korelasi antara tingkat literasi rendah dengan angka kriminalitas yang tinggi. Sebuah studi yang dilakukan di Amerika Serikat menunjukkan bahwa orang yang memiliki tingkat literasi rendah cenderung lebih rentan terhadap kemiskinan, pengangguran, dan kejahatan.

Selain itu, orang yang memiliki tingkat literasi rendah juga mungkin memiliki keterbatasan dalam memahami informasi yang penting, seperti informasi tentang kebijakan hukum atau hak-hak yang dimiliki, sehingga dapat meningkatkan risiko menjadi korban kejahatan.

Namun, perlu diingat bahwa korelasi ini tidak bersifat kausal, artinya tidak dapat dipastikan bahwa tingkat literasi rendah secara langsung menyebabkan tingginya angka kriminalitas.

Ada banyak faktor yang dapat mempengaruhi tingginya angka kriminalitas, seperti ketidakadilan sosial, ketidaksetaraan ekonomi, atau kebijakan-kebijakan pemerintah yang tidak efektif.

Oleh karena itu, perlu dilakukan pendekatan yang holistik dan sistemik dalam mengatasi permasalahan angka kriminalitas, termasuk dengan meningkatkan tingkat literasi dan pendidikan di masyarakat.

Lebih spesifik, penelitian-penelitian menunjukkan bahwa tingkat literasi rendah dapat berkontribusi pada terjadinya beberapa jenis kejahatan seperti kejahatan ekonomi, kekerasan dalam rumah tangga, dan kejahatan jalanan.

Hal ini mungkin karena orang yang memiliki tingkat literasi rendah cenderung memiliki keterbatasan dalam memahami hak dan kewajibannya dalam masyarakat. Serta kurangnya akses mereka terhadap informasi dan sumber daya yang dapat membantu mereka meningkatkan keterampilan dan kesadaran mereka.

Selain itu, orang yang memiliki tingkat literasi rendah juga mungkin lebih rentan terhadap eksploitasi dan manipulasi oleh orang lain, termasuk oleh pihak-pihak yang berkepentingan dalam melakukan kejahatan.

Sebagai contoh. Orang yang memiliki keterampilan literasi yang rendah mungkin lebih mudah untuk dipengaruhi oleh penawaran-penawaran penipuan atau kegiatan ilegal lainnya. Yang pada akhirnya dapat membawa dampak negatif bagi diri mereka sendiri maupun masyarakat secara keseluruhan.

Namun, perlu diingat kembali bahwa korelasi antara tingkat literasi rendah dengan angka kriminalitas bukanlah kausal dan tidak semua orang yang memiliki tingkat literasi rendah akan terlibat dalam kegiatan kriminal.

Oleh karena itu, penting bagi kita untuk terus mengupayakan peningkatan literasi di masyarakat, terutama di kalangan yang rentan, sebagai salah satu upaya untuk mengurangi kemungkinan terjadinya kejahatan.

Provinsi yang angka kriminalitasnya tinggi

Sulawesi Tenggara adalah salah satu contoh wilayah di Indonesia yang tingkat literasi rendah dan angka kriminalitas tinggi. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2020, tingkat literasi di Sulawesi Tenggara masih rendah, yaitu sekitar 95,83%, lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata nasional yang mencapai 98,6%. Selain itu, Sulawesi Tenggara juga memiliki tingkat kejahatan yang relatif tinggi, termasuk di antaranya kejahatan jalanan, pencurian, dan penyalahgunaan narkoba.

Namun demikian, perlu diperhatikan bahwa hubungan antara tingkat literasi rendah dan angka kriminalitas tinggi tidaklah kausal. Dan bisa dipengaruhi oleh faktor-faktor lainnya, seperti kondisi sosial, ekonomi, dan budaya di suatu wilayah.

Oleh karenanya, perlu dilakukan analisis yang lebih komprehensif untuk memahami secara lebih mendalam tentang hubungan antara tingkat literasi dan kejahatan di suatu wilayah.

Apakah Baca Tulis Itu Literasi Tinggi?

Namun, tidak selamanya kemampuan baca tulis dapat dianggap sebagai indikator tingkat literasi yang tinggi secara menyeluruh. Kemampuan baca tulis merupakan salah satu aspek dari literasi, namun literasi tidak hanya mencakup kemampuan membaca dan menulis saja.

Literasi juga meliputi kemampuan untuk memahami, menganalisis, dan mengevaluasi berbagai informasi dan pesan yang disampaikan melalui media dan sumber-sumber lainnya. Selain itu, literasi juga mencakup kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan inovatif, serta kemampuan untuk berkomunikasi secara efektif.

Dengan demikian, meskipun seseorang sudah memiliki kemampuan baca tulis yang baik, belum tentu mereka sudah memiliki tingkat literasi yang tinggi secara menyeluruh. Tingkat literasi yang tinggi memerlukan kemampuan-kemampuan tersebut di atas, serta kemampuan untuk mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan tersebut dalam kehidupan sehari-hari.

Dapatkan video literasi di kanal youtube TALANG INSTITUTE: Literasi & Kolaborasi.

Mungkin Anda Menyukai