Kisah Bilal Kuli Pasar Yang Dilarang Azan

BILAL (30 tahun) adalah seorang kuli panggul di sebuah pasar. Sehari-hari pekerjaannya adalah mengangkuti barang keluar masuk di toko “Hasrat Abadi” yang pemiliknya adalah HAJI UDIN (50 tahun).

Haji Udin adalah seorang pedagang yang ulet. Setiap ada kesempatan menghasilkan uang, pasti tidak akan dilewatkannya. Meskipun harus meninggalkan kewajiban utamanya yaitu sholat. Berbeda dengan Bilal, setiap waktu sholat, Bilal yang mempunyai suara merdu ini selalu hadir di mesjid untuk mengumandangkan azan. Banyak orang yang mengagumi suara adzan Bilal tetapi tidak dengan Haji Udin. Ia sering menggerutu karena Bilal sering tidak ada saat ia membutuhkan Bilal.

Haji Udin berkali-kali melarang Bilal ke mesjid karena pekerjaan di toko banyak sekali. Bisa bangkrut toko ini kalau kamu sering ke mesjid. Tetapi Bilal tak dapat menahan dirinya menuju rumah Allah bila waktu shalat tiba. Suatu kali, Haji Udin kedatangan pelanggan yang membeli banyak barang. Haji Udin mencari Bilal, saat itu pula terdengar suara Bilal mengumandangkan azan. Haji Udin ngamuk sehingga pelanggan itu heran dan pergi begitu saja. Begitu sadar pelanggannya telah pergi, Haji Udin semakin berang. Bilal harus dihukum berat.

Sejak itu Haji Udin melakukan pengawasan sangat ketat kepada Bilal. Terutama di saat waktu sholat akan tiba. Biasanya Bilal diam-diam pergi ke mesjid. Tetapi kali ini Haji Udin langsung turun tangan mengawasi Bilal. Sebenarnya HAJJAH HINDUN (40) istri Haji Udin telah mengusulkan kepada suaminya untuk mencari kuli panggul lain yang masih bisa diatur, tapi Haji Udin ngotot mempertahankan Bilal karena kinerjanya yang bagus, jujur, dan disiplin, kecuali sering kabur waktu shalat.

Sejak Bilal mendapat pengawasan ketat Haji Udin, mesjid di pasar itu jadi sepi karena tidak ada yang adzan. Kalaupun ada yang adzan, itu pun pakai acara dorong-dorongan karena merasa suara mereka tidak sebagus Bilal. Para penghuni pasar pun sering menggerutu bila orang yang adzan itu tidak enak didengar. Meski mereka itu jarang ke masjid, tapi memprotes juga bila tak ada adzan atau suara orang yang adzan terdengar buruk di telinga mereka.

Di took, Bilal mengalami siksaan batin luar biasa. Bilal terkadang menangis sambil beradzan lirih. Haji Udin mengetahui itu langsung menghardik dan menyuruh mengangkuti barang meski tak ada yang harus diangkut. Suatu kali Bilal tidak tahan ingin ke mesjid tapi ketahuan Haji Udin. Bilal pun dipukuli berkali-kali. Wajah dan badan Bilal babak belur. Meski bisa melawan tapi Bilal tidak melawan.

Bilal pun mengambil keputusan untuk berhenti kerja dari toko Haji Udin. Haji Udin menolak dengan alasan tidak ada yang menggantikan Bilal. Bilal akhirnya kabur dari toko itu. Haji Udin menyuruh beberapa tukang pukul untuk mencari Bilal. Haji Udin betul-betul dendam dengan Bilal. Dan memang sangat mudah mencari Bilal, kalau bukan di mesjid di Pasar, mesjid dekat rumahnya. Bilal pun diseret oleh tukang pukul itu disuruh kembali ke toko Haji Udin. Bilal tentu saja tidak mau. Besoknya tukang pukul itu datang lagi memukuli Bilal, mereka juga mengancam akan melaporkan Bilal ke polisi dengan tuduhan telah mencuri barang milik Haji Udin. Bilal tidak perduli. Meskipun dia disiksa, Bilal yakin bahwa pertolongan Janji Allah akan datang.

Dan memang, pada hari kesekian Bilal disiksa, PAK RUSMIN pelanggan setia di toko Haji Udin kebetulan melihat penyiksaan Bilal. Pak Rusmin tidak tega lalu membayar kepada tukang pukul itu harga yang lebih tinggi dari bayaran Haji Udin. Bilal sangat berterimakasih kepada Pak Rusmin.

Pak Rusmin memang menghendaki Bilal untuk membantunya karena ia akan naik haji bersama istri dan kedua orangtuanya. Bilal ditugasi untuk menemani atau menggendong ayah Pak Rusmin, sedangkan ibu Pak Rusmin akan digendongnya sendiri. Bilal dengan senang hati menerima tawaran itu.

Lain halnya dengan Haji Udin. Dia marah besar karena Bilal sang budak itu akan pergi naik haji. Pak Rusmin terus didesak Haji Udin untuk tidak sembrono mengajak orang naik haji. Bilal difitnah telah mencuri barang-barang di tokonya. Dan macam-macam fitnah lainnya. Pak Rusmin pun berfikir ulang akan rencananya itu. Pak Rusmin memutuskan tidak jadi mengajak Bilal, biar dia mencari orang lain saja. Bilal sedih. Haji Udin senang mendengar itu.

Tetapi kehendak Allah siapa yang dapat mencegahnya, ternyata Pak Rusmin telah mendaftarkan nama Bilal dan tidak dapat digantikan. Kalau mau ganti nanti beberapa tahun lagi baru bisa berangkatnya. Mau tidak mau Pak Rusmin membawa serta Bilal naik haji.

Haji Udin gusar setengah mati. Setiap hari dia menggerutu marah berkepanjangan sampai kena stroke. Usahanya pun mulai menurun. Barang-barang di toko tidak sebanyak dulu. Istrinya pun stress dan tampak gejala depresi hampir gila. Saat Bilal pulang haji. Oleh-olehnya banyak juga.

Bang Haji Bilal begitula ia dipanggil oleh warga pasar. Ia pun diminta oleh orang-orang pasar untuk mengumandangkan adzan di mesjid. Waktu mendengarkan adzan dari suara Haji Bilal, orang-orang terharu dan tergerak untuk menunaikan shalat di mesjid.

Terinspirasi dari kisah Bilal bin Rabah

Mungkin Anda Menyukai