Banyak yang bertanya, gimana sih CONTOH SKENARIO YANG SUDAH JADI, gimana bentuknya? Formatnya seperti apa? Apa saja yang hal-hal yang termuat di dalamnya? Dan banyak lagi pertanyaan-pertanyaan serupa.
Nah di bawah ini adalah contoh skenario yang sudah jadi yang bisa kita lihat dan pelajari. Contoh berikut lengkap dengan sinopsis dan karakter tokoh yang ada dalam sebuah skenario sinetron. Skenario ini diambil dari semacam skenario Azab, Rahasia Ilahi, Hidayah, di televisi seperti Indosiar, ANTV, TPI, RCTI, SCTV, TRANS, dan tv swasta lainnya.
Silakan disimak dan dinikmati.
SINOPSIS GLOBAL
Johan adalah seorang pemuda yang baru saja kembali dari berlayar. Semenjak ia pulang ke kampungnya, banyak pemuda setempat yang ikut-ikutan gaya dan tingkah lakunya. Hampir setiap hari Johan mabuk dan main perempuan di sebuah warung remang-remang di pinggir kampung.
Adiknya Nurma dan ibunya Rohayah sudah seringkali menegur tingkah Johan. Tapi Johan malah balik membentak dan memarahi kedua orang tersebut. Bahkan para tetangga juga sangat kesal dengan tingkah Johan yang sering mengganggu anak gadis mereka.
Pernah suatu hari rumah Johan didatangi Samsul serta keluarganya untuk meminta pertanggungjawaban Johan yang sudah menghamili Rina, anaknya. Namun Johan malah dengan entengnya mangatakan bahwa ia melakukan perbuatan zina itu tidak sengaja dan dalam keadaan mabuk. Dengan alasan demikian, ia merasa tidak perlu bertanggungjawab karena dilakukan dalam keadaan tidak sadar.
Pada suatu hari, Nurma menemukan Johan sudah tidak bernyawa lagi di dalam kamar mandi. Sesudah memberitahu ibunya, Nurma segera memberitahukan kepada ketua RT setempat. Namun sebelum ketua RT dan pengurus mesjid datang, teman-teman Johan mendatangi rumah tersebut. Mereka bermaksud untuk melakukan wasiat yang pernah dikatakan Johan sewaktu hidup, yakni memandikan mayatnya dengan minuman keras.
Walaupun Rohayah sudah berusaha menentang tapi ia tidak berdaya. Teman-teman Johan kemudian memandikan mayatnya dengan minuman yang biasa mereka konsumsi. Saat hampir selesai menunaikan wasiat haram tersebut, tiba-tiba mayat Johan hangus dan seluruh kulit tubuhnya mengelupas dengan mengerikan.
KARAKTER TOKOH
JOHAN : Pria, 25 tahun, masih lajang, pekerjaan seorang pelaut anak dari Rohayah dan kakak dari Nurma. Keras kepala, sombong, selalu menganggap sepele, cepat terbawa emosi, boros, suka mabuk-mabukan serta main wanita dan tidak percaya tuhan.
ROHAYAH : Wanita, 50 tahun, janda, pekerjaan ibu rumah tangga, ibu dari Johan dan Nurma. Perhatian dengan keluarga, penyabar dan taat beribadah.
NURMA : Wanita, 17 tahun, gadis, anak dari Rohayah dan adik dari Johan. Perhatian dengan keluarga, mudah terbawa perasaan, berpenampilan sopan dan taat beribadah.
BIJE : Pria, 20 tahun, masih lajang, pengangguran, teman dari Johan. Selalu meniru tingkah Johan dan setia kawan.
WARNI : Wanita, 25 tahun, pemilik warung minuman.
NURDIN : Pria, 45 tahun, orang tua Bije, perhatian dengan keluarga dan mudah terbawa perasaan.
SAMSUL : Pria, 50 tahun, orangtua dari Rina, penyabar dan bijaksana.
DIRMAN : Pria, 50 tahun, Ketua RT.
TONI : Pria 20 tahun, temannya Johan.
INDRA :Pria 20 tahun, temannya Johan.
SAPTO : Pria 20 tahun, temannya Johan.
CONTOH SKENARIO YANG SUDAH JADI
1. INT. KAMAR JOHAN/RUMAH ROHAYAH – PAGI
Pemain: Johan.
Johan yang sedang tidur telanjang dada, tiba-tiba tersentak dari tidurnya. Sesaat ia memegangi dadanya dengan mata melotot menahan sakit.
JOHAN
Aduuuh!
Johan bangkit dari tidurnya dan berusaha meraih botol minuman di atas meja kecil di samping ranjangnya. Kemudian ia menengakknya beberapa kali. Namun tiba-tiba ia memuntahkannya ke atas ranjang. Ia melotot kaget melihat muntahannya yang bercampur darah.
JOHAN
Darah?
Johan bangkit dari ranjangnya dengan tubuh terhuyung-huyung. Sesaat kemudian kembali ia memuntahkan darah segar.
JOHAN
Sialan, sakit banget nih!
Johan membuka pintu kamar dan berjalan limbung menuju kamar mandinya.
CUT TO
2. INT. RUANG TAMU/RUMAH ROHAYAH – PAGI
Pemain: Nurma-Leni.
Nurma sedang membereskan ruangan tamu. Tiba-tiba terdengar ketukan di pintu.
(OS)LENI (wanita, 30 tahun)
Assalamualaikum…
NURMA
Waalaikumsalam…
Nurma segera membuka pintu dan tersenyum kepada Leni yang sedang memegang perut hamilnya .
NURMA
Maaf, mau cari siapa, mba?
LENI
Ini rumahnya bang Johan ya, dik?
NURMA
Iya mba, mari silahkan masuk!
LENI
Bang Johannya ada?
NURMA
Sebentar ya, mba?
Nurma berjalan masuk ke dalam rumah untuk mencari Johan. Sementara Leni masuk ke ruang tamu dan berdiri di dekat sofa sambil terus memegangi perutnya. Tidak lama kemudian Nurma kembali ke ruang tamu menemui Leni.
NURMA
Maaf mba, bang Johan gak ada di kamar… mungkin dia gak pulang semalam! Oh ya, ada apa ya, mba?
LENI
Saya hanya minta tanggungjawab bang Johan, dik…
Saya ini janda, apa kata orang kampung jika hamil tanpa suami.
Saya harap bang Johan segera menikahi saya.
Sesaat Nurma terpelongo kaget.
CUT TO
3. EXT. JALAN DARI MESJID MENUJU RUMAH ROHAYAH – PAGI
Pemain: Rohayah-Leni.
Rohayah berjalan menuju rumah setelah selesai ikut pengajian pagi di mesjid. Sesaat ia berpapasan dengan Leni. Rohayah tersenyum kepada Leni. Leni sesaat menatap bimbang kepada Rohayah. Rohayah menghentikan langkah dan mendekati Leni.
ROHAYAH
Assalamualaikum…
LENI
Waalaikumsalam… hmm kalau tidak salah, ibu ini orangtuanya bang Johan, ya?
ROHAYAH
Iya, ada apa nak?
LENI
Tadi saya mau menemui bang Johan di rumah… tapi dia tidak ada.
Rohayah masih tetap menatap kepada Leni.
LENI
Saya malu, bu… bang Johan yang dulu berjanji akan menikahi saya ternyata tidak pernah datang ke rumah lagi. Tidak adil jika hanya saya saja yang menanggung aib ini.
Sesaat Rohayah terkesiap.
ROHAYAH
Sabarlah nak, nanti ibu akan bicara dengan Johan.
LENI
Terima kasih bu, permisi… Assalamualaikum…
ROHAYAH
Waalaikumsalam…
Leni berjalan menuju rumahnya. Rohayah berjalan tergesa-gesa untuk menemui Johan.
CUT TO
4. INT. KAMAR MANDI/RUMAH ROHAYAH – PAGI
Pemain: Johan.
Johan mencuci mukanya. Sesaat ia menarik nafas. Namun tiba-tiba kembali ia muntah darah.
JOHAN
Bangsat! Kenapa gua bisa jadi begini, nih!
Johan kembali muntah darah dan terduduk di kamar mandi.
JOHAN
Anjing! Sialan! Pasti ada yang guna-gunain gua, nih! Setan!
Pandangan Johan mulai berkunang-kunang. Sesaat ia kembali muntah darah dan kemudian terbaring di kamar mandi. Beberapa saat kemudian tubuh Johan mengejang dan tidak lama setelah itu diam. Johan meninggal dunia.
CUT TO
5. INT. DEPAN KAMAR MANDI/RUMAH ROHAYAH – PAGI
Pemain: Johan-Nurma-Rohayah.
Setelah beres-beres rumah, Nurma segera ke kamar Rohayah mengambil pakaian kotor. Selanjutnya memasuki kamar Johan dan mengumpulkan semua pakaian dan kain kotor di kamar tersebut. Saat akan berjalan menuju kamar mandi, tiba-tiba terkejut melihat ke arah sprei yang sedang dipegangnya.
NURMA
Koq ada darah?
Sesaat Nurma memperhatikan sprei tersebut dan menciumnya.
NURMA
Mffuih, bau sekali!
Kemudian dengan perasaan jijik, Nurma membawa kain dan pakaian kotor Johan menuju kamar mandi. Tapi saat membuka pintu, tiba-tiba Nurma terkejut bukan main. Matanya melotot ke arah Johan yang terbaring kaku dengan mata mendelik di lantai kamar mandi.
NURMA
Asstaghfirullah…
Bang! Bang Johan!
Emaaak! Maaak!
Tiba-tiba Rohayah datang dan berjalan tergesa-gesa mendekati Nurma.
ROHAYAH
Ada apa, Nur?
NURMA
Bang Johan, mak!
ROHAYAH
Kenapa lagi dia?
Rohayah semakin dekat ke pintu kamar mandi. Saat mendekati pintu, Nurma menunjuk ke tubuh Johan yang sudah kaku.
ROHAYAH
Massya Allah…
Rohayah segera masuk ke kamar mandi dan sesaat kemudian ia menangis terisak-isak. Sementara Nurma masih berdiri di depan pintu dengan airmata berlinang.
CUT TO
6. EXT. JALAN – SIANG
Pemain: Sapto.
Sapto berlari terengah-engah di pinggir jalan raya. Wajahnya kemerah-merahan menahan sesak nafas karena kelelahan.
SAPTO
Wah gawat, kalo begini teman-teman bang Johan harus dikasih tahu cepat! Uh… capek banget, dah!
Sapto terus berlari pelan dan karena capek akhirnya ia hanya berjalan dengan terburu-buru.
CUT TO
7. INT. WARUNG WARNI – SIANG
Pemain: Sapto-Bije-Warni.
Warni sedang menunggui warungnya. Tiba-tiba Bije datang dengan wajah yang masih kusut.
WARNI
Baru bangun tidur lo ya? Bingung gua, semenjak Bang Johan pulang dari berlayar, anak-anak kampung sini pada latah bangun siang.
BIJE
Ya wajar dong mpok, namanya juga begadang!
WARNI
Tiap malam?
BIJE
Mau tiap malam atau tiap hari, yang penting hepi deh!
Mpok, birnya satu dong!
WARNI
Kagak ngopi dulu?
Bije menggeleng dan segera mencomot sepotong kue di depannya. Warni menaruh sebotol bir di depan Bije.
WARNI
Heran gua ngeliatin elo dan yang laennya… kelakuan sudah mirip bang Johan semua, bangun tidur ngebir dulu… sampe-sampe cuci muka aja pake bir.
Bije tidak menanggapi omongan Warni, dia terus menenggak bir. Tiba-tiba Sapto datang dan langsung menepuk bahu Bije. Bije terkejut dan nyaris tersedak.
BIJE
Apa-apaan sih lo? Bikin jantungan aja!
SAPTO
Anu Je…
BIJE
Kenapa anu lo?
SAPTO
Ah elo! Begini, tadi waktu gua lewatin rumah bang Johan, kata orang-orang situ… bang Johan sudah meninggal dunia!
BIJE
Apaaa? Bang Johan mati? Yang bener lo!
Sapto mengangguk, Bije tercenung sesaat, sementara itu Warni melotot tidak percaya kepada Sapto. Sesaat kemudian Bije menenggak minumannya dan merenung sedih.
CUT TO
FLASH BACK
8. INT. RUANG TAMU/RUMAH ROHAYAH – MALAM
Pemain: Johan-Bije-Toni-Figuran.
Ruang tamu Johan dipenuhi oleh beberapa pemuda setempat. Mereka sedang dijamu Johan dalam rangka kepulangannya ke kampung setelah tiga tahun berlayar. Di atas meja beberapa minuman keras bercampur dengan makanan kecil bergeletakkan di atas meja.
BIJE
Wah, bergaul dengan bule terus… berarti abang jago ngomong Inggris dong!
JOHAN
Ya iya lah… masa gua ngomong betokaw sama mereka!
Semua tertawa mendengar omongan Johan.
TONI
Bang, kalo di kapal sering minum minuman yang beginian gak?
JOHAN
Ah, itukan minuman lokal, kalo di kapal gua biasa minuman luar negeri dong!
BIJE
Enak gak, bang!
JOHAN
It’s not so bad– lah!
BIJE
Apaan tuh?
TONI
Bahasa Inggris, dongok!
Semua tertawa melihat Bije dicela. Johan ikut tertawa geli. Sementara yang lainnya terus menenggak minuman keras yang disuguhkan oleh Johan.
CUT TO
9. INT. KAMAR ROHAYAH/RUMAH ROHAYAH – MALAM
Pemain: Rohayah-Nurma.
Rohayah duduk di atas sajadah dengan mengenakan mukena sambil terisak-isak.
ROHAYAH
Ya Allah, kenapa anak hamba bisa jadi begini… tolong kembalikan Johan seperti dulu lagi, ya Allah… huhuhu…
Tiba-tiba Nurma masuk ke dalam kamar Rohayah. Nurma mendekati Rohayah yang memandangnya dengan airmata berlinang.
NURMA
Mak, sudahlah… biarin aja bang Johan malam ini kumpul dengan teman-temannya, kan bang Johan sudah lama gak pulang kampung, mak!
ROHAYAH
Bukan masalah kumpul-kumpulnya, Nur… mak hanya sedih melihat Johan minum-minum…
Massya Allah… apa kata bapak kamu jika dia masih ada sekarang?
NURMA
Sudah mak, almarhum bapak tidak usah diingat-ingat lagi, mudah-mudahan saja hanya malam ini bang Johan minum-minum.
ROHAYAH
Asstaghfirullah…
Nurma memeluk Rohayah yang terus menangis terisak-isak.
CUT TO
10. INT. KAMAR JOHAN/RUMAH ROHAYAH – SUBUH
Pemain: Johan-Rohayah.
Suara azan Subuh sayup-sayup terdengar dalam kamar Johan.
Johan tengah tertidur bertelanjang dada dengan botol masih ditangan di atas ranjang. Rohayah masuk ke kamar Johan dan menggeleng-gelengkan kepala menyaksikan anaknya tertidur dengan kondisi sedang mabuk.
ROHAYAH
Han, Johan… bangun!
Han… bangun nak, ayo ikut mak ke mesjid!
Johan menggeliat dan menatap kepada Rohayah.
JOHAN
Emang mo ngapain ke mesjid, mak?
ROHAYAH
Asstaghfirullah… kita shalat Subuh ke mesjid nak…
JOHAN
Malas ah!
ROHAYAH
Johan, kamu tidak boleh begitu… nanti Allah marah dan tidak memberi kamu rizki lagi… ayolah kita ke mesjid. Apa kamu tidak takut disiksa api neraka kalau mabuk terus.
JOHAN
Alaah emak, masih aja percaya sama yang begituan! Orang bule aja kagak shalat, rizkinya lancar-lancar aja tuh!
(menutup kepala dengan bantal)
Ah sudah sudah, saya lagi pusing nih… jangan gangguin terus!
Rohayah menangis tersedu-sedu sambil menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan. Tubuhnya berguncang hebat menahan pilu yang mengiris dadanya. Johan terbangun dan menoleh kepada Rohayah.
JOHAN
Apa-apan sih mak? Emangnya saya mayat apa, pake ditangisi segala!
Rohayah terdiam dan mengusap air mata dipipinya.
ROHAYAH
Tidak nak, emak tidak menangisi kamu…
Emak hanya ingat sewaktu kamu belum berlayar dan mendiang bapak masih hidup.
JOHAN
Alaaah, emak cengeng amat sih!
Udah udah, jangan nangis di sini, saya mau tidur nih!
ROHAYAH
Han, kamu mengusir emak, nak?
JOHAN
Aduuuh dasar budeg! Keluaaar! Dasar tua bangka, gangguin orang tidur aja!
Rohayah terkesiap mendapatkan perlakuan kasar dari anaknya. Kemudian dengan langkah tertatih-tatih ia berjalan keluar kamar Johan.
CUT TO
11. EXT. JALAN – SIANG
Pemain: Johan-Figuran
Suasana jalan kampung. Johan berjalan seorang diri dengan pakaian yang cukup mencolok. Ia mengenakan jaket kulit hitam, celana jins ketat, dan anting-anting di kiri kanan kupingnya. Sementara tangannya dipenuhi oleh gelang yang berwarna-warni. Beberapa orang wanita (umur, 20 tahunan) berselisih jalan dengan Johan. Johan mulai menggoda mereka.
JOHAN
Hai manis… pada mo kemana nih? Boleh kenalan gak?
Para wanita tersebut tidak menanggapi omongan Johan. Johan malah memepet salah seorang dari mereka dan mencoleknya.
JOHAN
Sombong banget!
WANITA 1
Apa-apaan sih! Jangan sembarangan colek dong, emangnya kita cewe apaan?
WANITA 2
Iya bang, sopan dong! Lagunya kayak jagoan aja!
JOHAN
Naah begitu dong… jangan diam aja! Kalau lagi marah, cakep deh!
Para wanita tersebut tidak menanggapi rayuan Johan. Mereka buru-buru pergi dan menjauh dari tempat itu. Sementara Johan dengan santainya terus melanjutkan perjalanan.
CUT TO
12. INT. WARUNG WARNI – SIANG
Pemain: Johan-Bije-Toni-Warni.
Bije sedang duduk dengan Toni. Mereka sedang menikmati segelas kopi dan sepotong pisang goreng. Tiba-tiba Johan datang. Bije dan Toni langsung menyambutnya dengan girang.
BIJE
Baru bangun bang!
TONI
Wah, penampilannya keren banget, ya!
JOHAN
Ah elo bisa aja! Minta birnya sebotol dong!
BIJE
Gak ngopi dulu bang?
JOHAN
Gak biasa gua minum kopi kalo baru bangun!
BIJE
Masa bangun tidur langsung ngebir sih bang, apa gak pusing?
TONI
Emang elo, orang kampung! Bangun tidur langsung ngopi sama pisang goreng!
BIJE
Ah, elo juga Ton!
Johan tersenyum mendengar Bije dan Toni saling cela. Ia dengan santainya menenggak bir langsung dari botol. Dalam beberapa teguk, bir tersebut nyaris habis. Sementara Bije dan Toni menyaksikan tingkah Johan dengan wajah kagum.
CUT TO
13. INT. WARUNG REMANG-REMANG – MALAM
Pemain: Johan-Bije-Toni-Figuran.
Suara musik dangdut memenuhi ruangan warung remang-remang di pinggir jalan. Beberapa pengunjung ikut bergoyang mengikuti suara musik yang berbaur dengan suara ketawa para wanita dan pria yang sedang bercanda ria.
Di sebuah pojok warung, Johan duduk ditemani oleh Bije dan Toni. Sementara dihadapan mereka terhidang beberapa botol minuman keras. Johan mengambil sebotol dan menenggaknya habis.
BIJE
Gila, sudah lima botol abang masih kuat?
JOHAN
Ah itu belum seberapa Je. Kalo di kapal, gua bisa ngabisin satu peti semalam!
BIJE
Satu peti? Yang benar aja bang!
TONI
Makanya elo gaul dan pergi belayar kayak bang Johan… ini di kampung mulu!
BIJE
Elo juga! Kerja tiap hari… duit cekak terus! Lihat dong Johan, duitnya kagak pernah habis, ya gak bang?
Johan mengangguk sambil tersenyum. Kemudian ia mengambil sebotol minuman di depannya dan kembali menenggaknya habis. Bije dan Toni saling pandang sambil geleng-geleng kepala takjub.
CUT TO
14. INT. RUANG TAMU/RUMAH ROHAYAH – PAGI
Pemain: Johan-Rohayah-Nurma.
Rohayah dan Nurma baru saja pulang dari mesjid. Mereka memasuki rumah. Namun baru beberapa langkah masuk ke rumah, Johan datang dari arah luar rumah dalam keadaan mabuk. Sambil bernyanyi–nyanyi kecil Johan memasuki ruang tamu.
JOHAN
Mader hawai yu tudei… tudei hawai yu mader… mader hawai yu tudei yei yei yeeei… madder hawai yu tudei…(diulang-ulang)
ROHAYAH
Han, biasakan Assalamualaimkum nak…
Johan berhenti sejenak dan tersenyum kepada Rohayah. Kemudian ia melanjutkan nyanyinya.
JOHAN
Salam lekum… hawai yu tudei… tudei hawai yu salam lekum…
NURMA
Asstaghfirullah… bang, dosa becandain ayat suci!
ROHAYAH
Massya Allah Han… hentikan nak, nanti kamu dilaknat Allah!
JOHAN
Wah, siapa tuh? Sok jago banget, maen laknat orang gak bersalah!
Rohayah tertunduk sedih. Nurma segera menenangkan Rohayah.
NURMA
Sudahlah mak, jangan ditangapin lagi… ntar bang Johan makin ngaco!
ROHAYAH
Johan Johan, emak tidak menyangka kamu akan begini nak.
JOHAN
Emak emak… bisa diam gak sih? Pusing nih dengerin ngoceh mulu kayak tukang jual obat!
ROHAYAH
Massya Allah… Johan?
JOHAN
Udah udah! Pagi-pagi bikin rese’ aja, sialan!
Johan langsung berjalan terhuyung-huyung ke dalam kamarnya. Sementara Rohayah mengurut dada melihat tingkah anaknya yang baru pulang dari begadang itu.
CUT TO
15. EXT. JALAN MENUJU MESJID – SIANG
Pemain: Johan-Bije-Rina.
Rina (wanita, 19 tahun) yang mengenakan mukena berlari terseok-seok menuju mesjid. Sementara tidak jauh di belakangnya, Bije dan Johan mengejarnya sambil tertawa-tawa karena sedang teler.
JOHAN
Rin… Rina, jangan lari dong honey… hehehe…
BIJE
…heik… heik… bang, bang Johan tunggu bang, …heik… heik…
Johan tidak menggubris teriakan Bije. Ia terus berlari mengikuti Rina yang masuk ke halaman mesjid.
CUT TO
16. INT. MESJID – SIANG
Pemain: Johan-Bije-Rohayah-Nurma-Rina-Figuran.
Suara azan menggema syahdu di dalam ruangan mesjid. Beberapa jamaah dengan khusyuk mendengarkan lantunan suara azan.
Rina buru-buru masuk ke dalam mesjid sambil sesekali melihat ke arah belakang. Beberapa jemaah wanita (termasuk Rohayah & Nurma) terheran-heran menyaksikan tingkah Rina yang seperti dikejar setan. Namun mereka mendiamkan saja berhubung suara azan sedang dikumandangkan.
Sehabis azan selesai, Johan masuk ke halaman mesjid dalam kondisi setengah mabuk. Kemudian ia berdiri di pintu mesjid sambil terhuyung-huyung. Tangan kanannya memegang sebotol minuman keras.
JOHAN
Halo Rina sayang… koq kamu kabur sih? Abangkan kangen sama kamu… hehehe… Oh Rina, I love you so much… mmmuahhh!
Seluruh jemaah mesjid menjadi terkejut melihat tingkah Johan.
POV: Rohayah dan Nurma terbelalak kaget melihat kehadiran Johan.
Bije segera berdiri di samping Johan yang masih cengengesan
BIJE
Bang, bang Johan… kita balik aja nyoook! Ntar malam kita samperin si Rina, oke?
JOHAN
Oke fren… oke! Let’s go men!
BIJE
Heik… kalo gitu… heik, kita buruan kemon bang!
Sambil terhuyung-huyung, Johan dan Bije berpelukkan menuju arah luar mesjid sambil bernyanyi-nyanyi yang tidak jelas iramanya.
Sementara Rohayah menangis sesugukkan sambil menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan. Nurma berusaha menenangkan Rohayah dibantu beberapa jemaah wanita lainnya.
CUT TO
17. EXT. JALAN – MALAM
Pemain: Johan-Rina-Figuran.
Rina, Susi (wanita, 19 tahun) dan Diah (wanita, 25 tahun) sedang berjalan menuju ke rumah masing-masing setelah ikut pengajian di mesjid. Saat di sebuah belokkan, Rina memisahkan diri.
DIAH
Rin, perlu dianterin, gak?
RINA
Makasih mba, gak usah… lagian juga udah dekat ini!
Diah dan Susi pergi berjalan menjauh. Rina terus berjalan menuju ke rumahnya. Tiba-tiba Johan muncul persis dihadapan Rina.
RINA
Asstaghfirullah…
JOHAN
Rin, abang minta maaf atas kejadian tadi siang… hmm abang benar-benar merasa berdosa sama kamu.
RINA
Ya udah, kalo gitu jangan ganggu saya lagi! Saya mo pulang, nih!
JOHAN
Tidak! Abang tidak akan ganggu kamu lagi. Oh ya, ini sebagai tanda maaf dan niat baik abang sama Rina… ambillah Rin!
Sejenak Rina ragu-ragu.
JOHAN
Rin, ini bukan ular atau pun bom… cuma martabak telor dan gorengan, koq!
Ambillah Rin, biar abang lega karena Rina udah maafin abang.
RINA
Iya deh bang, makasih!
JOHAN
Ya sudah, kamu pulang deh, biar abang liatin aja dari sini!
Rina menahan senyum.
RINA
Permisi bang, Assalamualaikum…
JOHAN
Waalaikumsalam…
Rina kemudian berjalan menuju ke rumahnya sambil sesekali menengok ke belakang sembari tersenyum kepada Johan. Sementara Johan berdiri sambil terus tersenyum kepada Rina.
CUT TO
18. INT. WARUNG WARNI – PAGI
Pemain: Bije-Toni-Warni.
Warni meletakkan dua botol bir dihadapan Bije dan Toni.
WARNI
Gila, elo bedua udah mulai betah ngebir, ya?
BIJE
Yaaa, biar nasibnya sama kayak bang Johan, mpok! Ya gak, fren?
TONI
Iya dong!
Warni senyum sambil geleng-geleng kepala masuk ke ruang dalam warungnya.
BIJE
Gak nyangka ya, akhirnya si Rina jinak juga sama bang Johan!
TONI
Nah, elo tau gak bahasa Inggrisnya, apaan?
BIJE
Apaan? Ah elo, sok ingris-inggrisan segala!
TONI
Ya elo, kalo dikasih tahu belagu, sih?
BIJE
Emang apaan bahasa Inggrisnya?
TONI
Pleiboi!
BIJE
Artinya?
TONI
Yang elo omongin tadi!
Bije mengangguk-anggukkan kepala. Sementara Toni menenggak bir yang dipegangnya.
CUT TO
19. INT. KAMAR JOHAN/RUMAH ROHAYAH – SIANG
Pemain: Johan-Rina.
Johan membawa Rina masuk ke dalam kamarnya.
RINA
Bang, saya mau pulang saja! Nanti kalau dilihat orang, bagaimana?
JOHAN
Ah sudahlah, kamu gak usah khawatir.
RINA
Jangan bang, jangan, saya takut…
JOHAN
Hmmm koq takut sama abang? Tunggu bentar, ya?
Kemudian Johan segera menutup pintu kamar dan menguncinya. Rina terkejut dan bergerak mendekati Johan.
RINA
Bang, buka pintunya… saya takut!
JOHAN
(menyelipkan kunci ke dalam saku celana)
Kamu gak usah takut, ya? Sini abang peluk,biar kamu tenang…
Rina berusaha berontak tapi tidak kuasa tubuhnya menahan gerakan tangan Johan. Akhirnya mereka berdua terjatuh di atas tempat tidur.
CUT TO
20. EXT. JALAN MENUJU WARUNG WARNI – MALAM
Pemain: Sapto-Toni.
Sapto berjalan beriringan dengan Toni.
SAPTO
Makanya Ton, bilangin tuh sama bang Johan.
TONI
Lha, emangnya salah kalo dia bawa si Rina ke rumahnya?
SAPTO
Bukan gitu, tapi ini udah jadi bahan omongan orang kampung sini! Apalagi bang Johan selalu bawa Rina pas Nurma dan emaknya gak ada di rumah.
TONI
Ah, udahlah! Cuek aja, yang penting gua bisa nebeng hepi terus sama dia!
SAPTO
Ya, terserah elo sih!
Kemudian mereka terdiam sambil terus berjalan mendekati warung Warni.
CUT TO
21. INT. RUANG TENGAH/RUMAH SAMSUL – PAGI
Pemain: Rina-Samsul-Mirna.
Mirna (wanita, 40 tahun) menaruh segelas kopi di hadapan Samsul. Sesaat Samsul akan meminumnya, tiba-tiba Rina keluar dari kamarnya dan berjalan menuju ke ruang tamu.
SAMSUL
Rin, tunggu!
Rina menghentikan langkah dan berjalan mendekati Samsul.
SAMSUL
Mau kemana kamu?
RINA
Ke rumah Susi, yah!
SAMSUL
Benar ke rumah Susi? Bukan ke rumah si pemabuk itukan?
Rina terdiam. Ia merasa tersudut.
MIRNA
Ayah, koq bicaranya begitu sih?
SAMSUL
Bukannya begitu bu, kalau terjadi apa-apa dengan anak kita, bagaimana?
MIRNA
Tapi ayah jangan berprasangka buruk kepada anak sendiri.
SAMSUL
Ya terserah deh!
Sesaat mereka semua terdiam.
RINA
Ayah, ibu… Rina pergi dulu, Assalamualaikum…
SAMSUL-MIRNA
Waalaikumsalam…
Rina berjalan menuju ke ruang tamu. Mirna berjalan menuju dapur sementara Samsul meminum kopi yang dihidangkan oleh Mirna.
CUT TO
22. INT. RUANG TENGAH/RUMAH ROHAYAH – SIANG
Pemain: Johan-Rohayah.
Johan sedang makan di meja makan. Sesaat kemudian terdengar suara Rohayah dari arah ruang tamu.
(OS)ROHAYAH
Assalamualaikum…
Johan hanya melirik ke arah ruang tamu sesaat dan kemudian melajutkan makannya. Tidak lama kemudian Rohayah masuk dan mendekati Johan.
ROHAYAH
Han, biasakan menjawab salam… itukan tanda kita orang Islam!
JOHAN
Ya ilah, apa emak gak liat saya lagi makan? Ntar kalo makanannya muncrat keluar, gimana?
Rohayah terdiam dan duduk di dekat Johan.
ROHAYAH
Han, kamu jangan bawa si Rina ke sini lagi kalo emak dan Nurma gak di rumah, ya?
JOHAN
Emangnya kenapa, mak? Kan cuma ngobrol doang!
ROHAYAH
Iya, tapi kan bisa menimbulkan fitnah bagi keluarga kita dan keluarga si Rina.
JOHAN
Alaaah emak, kuno amat!
Sesaat Johan mencuci tangannya dan kemudian berjalan menuju ke ruang tamu. Rohayah sesaat tertunduk sedih dan kemudian ia membereskan meja makan.
CUT TO
23. EXT. SEKITAR WARUNG WARNI – MALAM
Pemain: Johan-Bije-Toni-Dirman-Figuran.
Suasana cukup meriah di sekitar warung Warni. Beberapa kelompok pemuda bermain gitar sambil beryanyi. Sementara yang lainnya berjoget sambil terhuyung-huyung menahan berat kepala mereka karena kebanyakan minum.
Di pojok lain, Johan sedang duduk dengan Bije dan Toni. Sejenak Johan memandang ke arah sekelompok anak muda yang sedang berjoget dan main gitar.
JOHAN
Ton, kayaknya minuman anak-anak sudah habis tuh! Tambahin gih!
TONI
Iya deh bang! Mpok, tolong sepuluh botol lagi dong!
Warni mengangguk senang dan segera menyiapkan botol-botol minuman untuk dihidangkan kepada para pengunjung warungnya. Toni berdiri dan memandang kepada sekelompok anak muda yang sedang bernyanyi sambil main gitar.
TONI
Hoi, sini lo! Nih tambahan minuman dari bang Johan!
Mereka berhenti sejenak dan salah seorang dari mereka segera mengambil minuman dari Warni. Ia tersenyum hormat seraya membungkuk mengucapkan terima kasih atas kebaikan Johan.
Tiba-tiba, Dirman sudah berdiri di dekat Johan.
DIRMAN
Mabuk lagi Han?
JOHAN
Eh pak erte! Ah enggak, ini cuma buat manasin badan aja!
BIJE
Iya pak erte, kita-kita sih gak bakalan mabuk, Ya gak bang?
Johan mengangguk dan kemudian melihat kepada Dirman.
JOHAN
Ada apa pak erte, koq tumben maen ke sini?
DIRMAN
Han, sebaiknya kamu pulang… …ada sedikit urusan dengan Samsul!
JOHAN
Samsul? Anak tongkrongan mana tuh! Berani-beraninya berurusan dengan gua!
TONI
Samsul itu bapaknya si Rina bang!
Johan terdiam sejenak dan kemudian melihat kepada Dirman.
JOHAN
Emang ada apa sih?
DIRMAN
Kita bicara di rumah saja, yuk?
Johan dengan malas-malasan bangkit. Kemudian ia mengeluarkan beberapa lembaran uang dan memberikannya kepada Bije.
JOHAN
Je, nih pegang dulu buat bayar minuman anak-anak! Ntar kalo kurang, besok gua tambahin!
BIJE
Oke bang!
Kemudian Johan dan Dirman berjalan beriringan menjauhi warung Warni.
CUT TO
24. INT. RUANG TAMU/RUMAH ROHAYAH – MALAM
Pemain: Johan-Rohayah-Nurma-Mirna-Dirman.
Samsul dan Mirna sedang duduk di ruang tamu. Rohayah dan Nurma ikut duduk menemani menemani mereka.
(OS)DIRMAN
Assalamualaikum…
SAMSUL-MIRNA-ROHAYAH-NURMA
Waalaikumsalam…
Mereka serentak berdiri menyambut kedatangan Dirman dan Johan.
ROHAYAH
Aduh maaf nih, jadi ngerepotin pak erte! Silahkan duduk, pak.
Dirman tersenyum dan mengajak Johan ikut duduk dekat dengan dia.
DIRMAN
Begini pak Samsul, mengenai pembicaraan tadi sebaiknya bapak bicarakan langsung dengan Johan… oh ya Johan, perkenalkan ini pak Samsul dan bu Mirna, orang tuanya nak Rina!
Johan berdiri dan menyalami Samsul dan Mirna dengan malas-malasan. Sesaat Mirna merasa sedikit risih melihat tingkah Johan yang rada ‘nyeleneh.
JOHAN
Pak Samsul, sebaiknya langsung saja sebutkan apa yang bapak inginkan… sebab saya tidak suka berbelit-belit untuk urusan sekecil ini!
ROHAYAH
Johan! Kamu tidak boleh bicara begitu nak.
JOHAN
Diam mak! Jangan ikut campur, ini kan urusan saya!
Samsul dan Mirna saling berpandangan kaget melihat tingkah Johan terhadap Rohayah.
SAMSUL
Nak Johan, kami datang ke sini mau membicarakan mengenai kondisi Rina yang sedang mengandung bayi dari nak Johan.
JOHAN
Ah kalau itu urusan gampang, bapak butuh uang berapa untuk menggugurkan kandungan si Rina, sebutkan saja!
NURMA
Bang! Sopan dikit kenapa sih? Pak Samsul datang ke sini baik-baik bukannya mau…
JOHAN
Sudah sudah! Elo juga gak usah ikut campur, deh! Satu juta cukup gak?
SAMSUL
Nak Johan, kami tidak mengharapkan uang kamu… dan kami juga tidak ingin Rina menggugurkan kandungannya karena itu tidak dibenarkan dalam agama kita.
JOHAN
Trus maksudnya apa? Menikah? Wah… kalau itu saya belum siap! Lagian kehamilan Rina kan gak sengaja… hmm orang saya lagi mabuk, koq!
DIRMAN
Han, Sebaiknya kamu pikirkan dulu matang-matang… biar bagaimanapun, bayi yang dikandung Rina itu adalah darah daging kamu sendiri.
JOHAN
Pak erte, saya juga lagi ada urusan penting yang harus saya pikirkan. Ngapain urusan yang beginian…
ROHAYAH
Johan, kenapa dengan kamu nak? Huhuhu… kamu bener-benar membuat emak malu… huhuhu…
JOHAN
Aaah segitu aja ditangisin! Mending pegi, ah!
Johan melangkah kembali keluar rumah. Nurma berusaha menenangkan Rohayah yang sesugukkan. Sementara Samsul dan Mirna hanya saling pandang dengan perasaan kecewa melihat sikap Johan yang tidak bertanggungjawab itu.
CUT TO
25. INT. KAMAR BIJE/RUMAH NURDIN – PAGI
Pemain: Johan-Bije.
Suasana kamar Bije yang lumayan berantakan. Johan sedang tertidur di atas kasur yang dibentangkan di lantai. Beberapa saat kemudian ia terbangun dan sesudah menggeliat sesaat, ia duduk di atas kasur tersebut sambil mengucek-ucek mata. Tiba-tiba Bije datang sambil menenteng dua botol bir.
BIJE
Wah, udah bangun bang! Nih buat cuci tenggorokan dulu sebelum kita nyarap!
JOHAN
Yes, tengkyu berat men!
Johan langsung menenggak bir dan diikuti Bije yang sangat mengagumi gaya hidup Johan.
BIJE
Bang, gimana urusannya yang kemarin malam? Udah kelar belon?
JOHAN
Ah, itukan cuma urusan kecil yang dibesar-besarkan oleh si erte! Lagian gua gak nganggap itu masalah koq!
BIJE
Tapi abang gak bisa lagi dong berhubungan dengan Rina.
JOHAN
Siapa bilang? Elo liat aja, ntar malam gua ke bakal ke sana! Emang apa urusannya dengan si Samsul… gua kan make anaknya bukan dia! Nyantai aja men, yang penting kita hepi terus!
Bije tertawa mendengar penjelasan Johan yang rada nekad itu.
CUT TO
26. INT. KAMAR RINA/RUMAH SAMSUL – SIANG
Pemain: Rina-Mirna.
Rina tertelungkup di atas ranjang sambil menangis. Mirna duduk disampingnya sambil tercenung sedih.
MIRNA
Sungguh demi Allah… tidak ibu sangka kami akan mendapatkan perlakuan yang kasar dari Johan.
(membelai rambut Rina)
Rin, seandainya pun si Johan itu mau menikahi kamu… rasanya ibu gak sanggup bermenantukan dia! Sekarang emaknya yang dibentak, bisa jadi suatu saat ibu yang dipukulinya.
RINA
Bu, maafkan Rina… huhuhu… Rina lah yang salah karena terpengaruh oleh rayuan jahat bang Johan. Maafkan Rina bu… huhuhu…
MIRNA
Sudahlah nak… kamu jangan menangis lagi, anggaplah ini pelajaran untuk kita semua. Hmm… jangan berhubungan lagi dengan Johan, ya?
Rina mengangguk dan menangis dipelukan Mirna. Mirna terus membelai rambut Rina dengan penuh kasih.
CUT TO
27. INT. WARUNG REMANG-REMANG – MALAM
Pemain: Johan-Bije-Toni-Siska-Figuran.
Suasana warung remang-remang yang dipenuhi oleh suara musik dan canda riuh pengunjungnya. Johan, Bije dan Toni duduk di sebuah pojok ditemani beberapa wanita pelacur.
JOHAN
Oh ya Sis, gimana kalo malam ini ikut abang?
SISKA (Wanita, 25 tahun)
Mau dong bang, tapi ada…
JOHAN
Hahaha… ada ada! Maksud kamu duitnya kan?
Siska mengangguk sambil terus membelai rambut Johan dengan mesranya.
BIJE
Bang, mo nambah minuman lagi gak nih?
JOHAN
Oh ya, ayo tambah lagi! Ayo pesan buat kalian saja.
TONI
Lho koq buat kami aja bang?
JOHAN
Tenang men, gua mo’ nemuin si Rina dulu bentar… abis itu balik lagi ke sini!
(bicara kepada Siska)
Ayo Sis, kamu tambah lagi!
SISKA
Hmm ntar kalo abang gak balik siapa yang bayarin minuman saya?
JOHAN
Hahaha… soal siapa yang bayarin kamu gak usah khawatir.
BIJE
Iya Sis, elo kayak baru kenal aja dengan bang Johan! Jangankan cuma minuman di meja… seluruh minuman yang ada di dalam warung ini sanggup dibayarin kontan sama bang Johan!
TONI
Benar, ayo pesan lagi! Kalo soal duit, jangan pernah mikirin deh, soalnya duit bang Johan masih betumpuk banyak di rumah, ya gak bang?
JOHAN
Hehehe… ayo semuanya tambah lagi!
Siska dan dua orang temannya yang menemani Bije dan Toni segera memesan beberapa botol minuman lagi. Sementara Johan bersiap-siap pergi ke rumah Rina.
CUT TO
28. INT. RUANG TAMU/RUMAH SAMSUL – MALAM
Pemain: Johan-Rina-Samsul-Mirna.
Rina sedang duduk termenung seorang diri di ruang tamu. Sesekali mengusap air mata yang terus mengalir di pipinya.
RINA
Ya Allah, maafkanlah kebodohan dan kekhilafan hambamu ini… huhuhu…
Rina menangis sesugukkan dan menunduk sedih. Kemudian mengusap wajahnya dan berusaha menahan tangis dan air mata. Tiba-tiba Johan sudah berdiri di dalam ruangan itu tanpa disadari oleh Rina.
JOHAN
Hai honey… koq ngelamun, sih? Kangen ya?
RINA
Ha! Lho, koq abang tiba-tiba ada di sini?
Johan senyum-senyum dan langsung duduk di samping Rina seraya memeluknya. Rina berontak dan segera menjauh.
RINA
Apa-apaan sih bang? Koq abang gak ada sopan-sopannya sih?
JOHAN
Hmmm Rina Rina, koq kamu gitu? Abang kan datang baik-baik… lagian abang sayang banget sama kamu.
RINA
Sayang? Kalau abang benar-benar sayang, tanggungjawab dong!
JOHAN
Baik baik, abang akan tanggungjawab! Tapi gimana kalo kita keluar bentar, abang udah kangen berat, nih!
RINA
Keluar kemana?
JOHAN
Ayolah ikut saja, nanti juga kamu tahu!
(OS)SAMSUL
Rina!
Sesaat Rina dan Johan melihat ke arah Samsul yang sudah berdiri di belakang mereka.
RINA
Bapak?
JOHAN
Malam pak Samsul! Ngomong-ngomong koq jadi sewot gitu, sih?
SAMSUL
Rina, ayo masuk ke dalam!
Rina bergerak hendak masuk ke dalam kamar tapi tangannya dipegang oleh Johan
JOHAN
Eee mau kemana kamu yaaang… ayo kita ngobrol dulu!
RINA
Lepasin ah!
SAMSUL
Hei pemabuk, lepaskan anak saya atau …
JOHAN
…atau apa? Mau bunuh saya? Masa sama calon mantu kasar begitu sih, pak Samsul?
SAMSUL
Haram saya bermenantukan seorang pemabuk, tau gak! Sekarang keluar kamu dan mulai detik ini jangan pernah datang lagi! Keluaaar!
JOHAN
Hehehe… ternyata pak Samsul orangnya lucu? Herman, eh heran… yang hamil Rina koq yang ngidam bapaknya, ya? Hehehe…
Samsul menjadi emosi dan berniat menampar wajah Johan tapi cepat dicegah oleh Mirna yang tiba-tiba datang dari arah dalam rumah.
MIRNA
Pak, jangan pak! Samsul menahan gerakkannya dan berusaha menenangkan dirinya yang mulai lupa diri karena emosi.
JOHAN
Lho koq gak jadi ngegamparnya? Takut ya? Hehehe… gak usah takut, saya kan mantunya bapak hehehe…
SAMSUL
Tidak, kami tidak sudi!
JOHAN
Lho, ntar jabang bayinya gimana dong?
SAMSUL
Biar kami yang urus sendiri! Sekarang kamu keluar dan tinggalkan rumah ini!
Johan mengangkat bahu dan kemudian tersenyum menggoda kepada Rina.
JOHAN
Rina, abang pergi dulu… ntar kapan-kapan kita nginap di hotel aja ya, biar gak ada gangguan! Bye bye… hehehe…
Kemudian Johan berjalan keluar rumah sambil terus tertawa cengengesan. Sementara Rina, Samsul dan Mirna melepas kepergian Johan dengan pandangan marah serta jijik.
CUT TO
29. INT. RUANG TAMU/RUMAH NURDIN – PAGI
Pemain: Nurdin-Bije-Lasmi-Figuran.
Nurdin di ruang tamu berjalan mondar-mandir dengan wajah kesal. Sesaat kemudian Lasmi (wanita, 40 tahun) mendekati Nurdin.
LASMI
Ayo pak, sarapannya udah siap tuh!
NURDIN
Kamu nyarap duluan sama anak-anak… saya ingin nungguin Bije dulu!
Lasmi kemudian masuk ke ruang tengah dan mengajak dua orang adik Bije (keduanya wanita, 7 dan 10 tahun) untuk segera sarapan. Sementara Nurdin duduk di kursi ruang tamu. Tidak lama kemudian Bije datang dan Nurdin langsung menegurnya.
NURDIN
Abis begadang lagi, ya?
BIJE
Kagak! Orang lagi belajar bahasa Inggris sama bang Johan…
NURDIN
Bohong! Jika kamu masih bergaul dengan si pemabuk itu, jangan injak rumah ini lagi, ngerti?
BIJE
Iya iya… …lapar nih pak, saya mo nyarap dulu!
Bije dengan acuhnya berjalan memasuki ruang dalam rumah untuk bergabung bersama Lasmi dan kedua adiknya untuk sarapan pagi. Sementara Nurdin bertolak pinggang sambil geleng-geleng kepala kesal.
CUT TO
30. INT. WARUNG WARNI – SIANG
Pemain: Johan-Sapto-Warni.
Johan menenggak minuman sementara Sapto memperhatikan dengan wajah bingung. Johan melirik sambil tersenyum kepada Sapto.
JOHAN
Mau nyobain?
SAPTO
Gak ah! Ntar gua mabok, bang!
JOHAN
Siapa bilang? Kalo cuma sebotol, itu baik untuk kesehatan.
SAPTO
Yang benar?
JOHAN
Elo tau gak, kenapa orang bule tubuh mereka kekar dan kuat?
Sapto menggelengkan kepalanya.
JOHAN
Itu karena tiap hari mereka minum sebotol bir!
SAPTO
Masa sih, bang?
JOHAN
Kan gua udah tahunan gaul sama mereka waktu di kapal! Sebotol lagi deh!
Warni memberikan sebotol bir kepada Johan.
JOHAN
Nih, coba dulu!
Sapto dengan ragu-ragu mencoba minuman tersebut. Sesaat wajah memerah menahan rasa minuman yang asing ditenggorokkannya.
SAPTO
Pahit bang!
JOHAN
Itu karena elo baru pertama kali, ayo minum lagi!
Sapto mencoba menenggak sekali lagi. Johan terus memberi semangat kepada Sapto.
CUT TO
31. EXT. POS RONDA – MALAM
Pemain: Johan-Toni-Nurdin-Figuran.
Nurdin sedang berjalan seorang diri melewati Johan dan teman-temannya yang sedang pesta minuman. Johan segera menegur Nurdin yang baru saja pulang dari mesjid.
JOHAN
Pak… pak Nurdin! Ayo singgah dulu… silaturahmi-lah sekali-kali sama kita.
NURDIN
Nak Johan, tidak wajib hukumnya bersilaturahmi dengan gerombolan pemabuk! Jadi tolong jaga kelakuan nak Johan!
JOHAN
Hahaha… pak Nurdin pak Nurdin, siapa yang mabuk? Hei fren, ada yang mabuk gak?
TONI-FIGURAN
Tidak, tidak… hehehe… orang cuma teler dikit!
Semua yang ada disitu tertawa kecuali Nurdin.
NURDIN
Cukup! Kalian tidak usah membodohi saya lagi! Johan, semenjak kedatangan kamu dari berlayar, hampir tiap malam pemuda sini menjadi pemabuk! Kehadiran kamu lebih banyak mudaratnya ketimbang manfaat!
JOHAN
Wah wah… pak Nurdin salah nih… jangan nuduh sembarangan dong! Kita-kita mabuknya gak tiap malam koq, kadang siang juga, Ya gak fren?
Semua yang sedang minum mengangguk dan tertawa cekikikan mendengar omongan Johan.
NURDIN
Massya Allah… kalian benar-benar keterlaluan!
Kemudian Nurdin segera angkat kaki dari situ. Sementara Johan terus meneriakinya sambil tertawa geli menyaksikan tingkah Nurdin yang berjalan menjauhinya.
CUT TO
32. INT. RUMAH NURDIN – MALAM
Pemain: Bije-Nurdin.
Bije keluar dari kamar dengan mengenakan jaket kulit dan celana jins ketat. Gelang-gelang besi yang melingkari tangannya selalu gemirincing setiap melakukan gerakan. Sementara lehernya dikalungi rantai besi yang cukup panjang serta kedua telinganya dipasangi anting-anting. Sesudah celingak kiri kanan sebentar, kemudian dengan mengendap-endap ia beranjak ke ruang tamu untuk segera pergi. Namun ketika memasuki ruang tamu, Nurdin muncul dan langsung menegurnya.
NURDIN
Eh, mau kemana?
BIJE
…ng …ng… anu, mau ke mana tadi, ya? Oh iya, tadi saya mau menjenguk orang tuanya bang Johan yang katanya sedang sakit, pak!
NURDIN
Bohong! Tadi saya bertemu dengan Rohayah dan Nurma di mesjid, mereka baik-baik saja koq! Kamu mau nongkrong dengan si Johan itu, kan?
BIJE
Gak pak, saya gak nongkrong sama bang Johan, tapi kalo diskusi, kami memang sering terutama membahas tentang masa depan dan rencana saya yang mau ikut berlayar, cuma itu aja!
NURDIN
Diskusi soal masa depan? Diskusi sambil mabuk, ha! Kamu mengerti tidak, kalau bapakmu ini sudah dicapek dibohongi terus! Pokoknya mulai detik ini jangan bergaul lagi dengan pemabuk itu. Satu lagi, lupakan semua tentang kepergian kamu untuk berlayar! Lebih baik bapak punya anak miskin dan pengangguran daripada kaya tapi pemabuk!
BIJE
Yaaa pak, koq jadi gini sih?
NURDIN
Sudah, jangan ngebantah lagi! Oh ya, sekarang cepat ganti pakaianmu yang seperti pakaian setan itu. Ayo cepat!
BIJE
Iya iya…
Kemudian dengan langkah gontai Bije kembali jalan ke ruang tengah dan masuk ke kamarnya.
CUT TO
33. INT. KAMAR BIJE/RUMAH NURDIN – MALAM
Pemain: Bije-Nurdin.
Suasana kamar Bije yang selalu berantakan.
Bije segera masuk ke kamar dan menutup pintunya. Kemudian dengan perlahan-lahan ia membuka jendela kamar seraya sesekali melirik ke arah pintu karena khawatir Nurdin memergokinya kabur lewat jendela. Sesudah merasa aman, Bije segera melompat ke luar jendela dan bersamaan dengan itu terdengar teriakan Nurdin dari ruang tengah.
(OS)NURDIN
Je, Bije!
Bije kaget dan segera kabur dikegelapan malam.
Nurdin masuk ke kamar Bije dan terkejut melihat jendela kamar terbuka. Kemudian ia mendekati jendela dan berteriak memanggil-manggil Bije.
NURDIN
Bije! Bijeee…!
Nurdin geleng-geleng kepala kesal dan segera keluar dari kamar Bije.
CUT TO
34. EXT. POS RONDA – MALAM
Pemain: Johan-Bije-Toni-Sapto-Figuran.
Johan bersama-sama teman Bije yang lain tertawa geli saat mendengar cerita Bije.
BIJE
Bingung gua sama orang tua jaman sekarang, kagak gaul banget!
Omongan Bije disambut gelak tawa teman-temannya.
BIJE
Kebanyakan nongkrong di mesjid, bokap gua sampe kagak bisa ngebedain mana pakaian setan dan yang mana pakaian…
SAPTO
Je… Je, bokap lo datang!
Bije kaget dan segera bangkit dari duduknya.
BIJE
Yang benar lo?
SAPTO
Iya, tadi pas gua abis kencing di sono… eee tau-taunya gua ngeliat bokap elo lagi jalan ke sini!
BIJE
Ya udah deh fren, kalo gitu gua kabur dulu… ntar balik lagi, okey?
JOHAN-TONI-FIGURAN
Okey freeen!
Bije kemudian segera menjauh dari tempat itu dan menghilang di kegelapan malam sambil jalan terhuyung-huyung karena pengaruh minuman.
Sesaat kemudian Nurdin datang dengan wajah beringas. Ia langsung bicara kepada Johan yang masih asyik dengan minumannya.
NURDIN
Johan, dimana kamu sembuyiin si Bije, ha!
JOHAN
Eh pak Nurdin, koq balik lagi? Penasaran ya pengen nyobain minuman enak!
NURDIN
Johan, saya serius! Di mana kamu sembunyiin Bije?
JOHAN
Bije? Wah, tadi gua taruh dimana ya? Fren, ada yang liat Bije gak?
TONI-FIGURAN
Gaaak!
JOHAN
Tuh kan pak, gak ada yang liat! Lagian tadi saya taruh di mana, ya?
Semua teman-teman Johan tertawa geli melihat tingkahnya. Sementara Nurdin menahan amarah karena merasa dipermainkan. Tiba-tiba Bije datang dan langsung menegur bapaknya.
BIJE
Lho koq bapak ada di sini?
NURDIN
Kamu mempermainkan bapak, ya?
BIJE
Saya gak mainin bapak, emangnya mobil-mobilan dimainin?
NURDIN
Dasar tukang mabuk, ayo pulang!
Bije terhuyung-huyung dan segera memeluk tubuh Nurdin agar tidak jatuh. Belum sempat Nurdin menjaga kesimbangannya, tiba-tiba Bije muntah dan membasahi pakaian Nurdin. Sementara Johan dan teman-temannya tertawa keras-keras menyaksikan Nurdin yang panik terkena muntahan Bije.
CUT TO
BACK TO
35. INT. WARUNG WARNI – SIANG
Pemain: Bije-Sapto-Warni.
Bije masih termenung sambil mempermainkan botol minuman di tangannya.
BIJE
Gak nyangka, bang Johan yang begitu baik… tiba-tiba mati!
SAPTO
Iya ya… Siapa kek yang mati… asal jangan bang Johan!
Bije mengangguk sedih dan menenggak minumannya kembali hingga nyaris habis. Warni mengambil sebotol lagi dan memberikannya kepada Bije.
WARNI
Je, buat lo!
Bije bengong melihat kepada Warni.
WARNI
Gratis koq!
BIJE
Tengkyu banget, mpok!
Warni mengangguk dan kemudian duduk di samping Bije.
WARNI
Je, gua sih juga sedih kalo bang Johan gak ada lagi… tapi ngomong-ngomong gimana dengan jabang bayi yang dikandung si Rina, ya? Kasihan tuh orok… pas lahir, bapaknya udah gak ada!
Warni tertunduk sedih mengenang Johan. Bije melirik kepada Warni yang duduk disampingnya.
BIJE
Mpok, koq malah bengong? Nih, minum dikit buat ngilangin sedih!
WARNI
Gak ah! Emang pernah elo liat gua minum, apa?
BIJE
Ya kagak sih, cuma kali-kali aja hari ini kepengen minum, gitu.
WARNI
Hmm kalo dipikir-pikir, bang Johan keterlaluan juga sih sama keluarganya Rina. Coba kalo sopan aja dikit sama pak Samsul, pasti deh Rina dan bang Johan udah nikah!
BIJE
Ah si empok, jangan suka nyesalin orang yang udah mati dong, gak baik! Lagian kan selama ini bang Johan selalu baik sama kita-kita… terutama mpok deh, yang selalu untung karena minumannya laku banyak!
WARNI
Iya sih, cuma gua nyayangin aja kelakuaan bang Johan sama orang tuanya Rina.
Bije kembali meneguk minumannya. Sapto masih berdiri dan tidak berminat menanggapi omongan Warni dan Bije.
CUT TO
36. EXT. TERAS/RUMAH DIRMAN – SIANG
Pemain: Nurma-Figuran.
Nurma berlari terengah-engah memasuki halaman rumah Dirman. Kemudian ia berdiri di depan pintu dan mulai mengetuknya berulang-ulang.
NURMA
Assalamualaikum… pak erte! Pak erte, tolong pak!
Tiba-tiba pintu terbuka dan keluar pembantunya Dirman (wanita, 40 tahun).
PEMBANTU
Ooo mba Nur, kirain siapa?
NURMA
Mbok, pak erte-nya ada gak?
PEMBANTU
Pak erte sama ibu lagi ke rumah sodaranya.
NURMA
Kira-kira pulangnya kapan ya?
PEMBANTU
Hmm mungkin agak sorean, oh ya ngomong-ngomong ada apa sih, mba? Kayaknya penting sekali!
NURMA
Anu mbok… hmm bang Johan meninggal dunia.
PEMBANTU
Innalilahi…
NURMA
Ya sudah mbok, kalau begitu saya mau nemuin pak Samsul aja deh! Permisi mbok, Assalamualaikum…
Pembantu rumah tangga Dirman itu menjawab salam Nurma dan menatap kepergian Nurma dengan wajah khawatir dan gelisah.
CUT TO
37. INT. MESJID – SIANG
Pemain: Nurma-Samsul-Nurdin-Figuran.
Samsul dan beberapa orang di mesjid sedang mengadakan rapat. Beberapa orang duduk saling mengelilingi dan Samsul sedang menulis sesuatu.
NURDIN
Nah saudara-saudara sekalian, saya pikir pak Samsul sudah dapat membacakan hasil kesimpulan rapat hari ini…
(OS)NURMA
Assalamualaikum…
Semua orang yang berada dalam mesjid melihat ke arah pintu masuk.
NURDIN-SAMSUL-FIGURAN
Waalaikumsalam…
Nurdin melihat ke arah Nurma yang terlihat agak pucat. Kemudian ia segera menghampiri Nurma yang masih berdiri di pintu. Sementara beberapa orang lainnya ikut-ikutan berdiri dan berjalan perlahan di belakang Nurdin.
NURDIN
Ada apa Nur, koq wajah kamu pucat begitu?
NURMA
Anu pak, …ng… bang Johan meninggal dunia!
Semua yang berdiri di dekat Nurma serentak mengucapkan kata Innalillahi… dan sesaat kemudian mereka menatap iba kepada Nurma.
SAMSUL
Baiklah Nur, nanti kami akan ke rumah kamu… Oh ya pak Nurdin, tolong urus mayit Johan, saya mau memberitahukan erte dan yang lainnya.
NURDIN
Maaf, saya tidak bisa pak! Hati saya sudah terlanjur sakit oleh kelakuannya. Bahkan anak saya Bije pun sudah mulai membangkang dan melawan perintah saya gara-gara dipengaruhi si pemabuk itu. Maafkan bapak Nur, maafkan saya!
NURMA
Iya pak, saya mengerti huhuhu… bahkan jika bukan karena emak, saya juga tidak akan peduli dengan mayat bang Johan huhuhu…
SAMSUL
Nur, sudah sudah. Saudara-saudara sekalian, hampir semua dari kita pernah bermasalah dengan nak Johan tapi ingat satu hal, dalam agama kita mengurus mayat itu hukumnya adalah kewajiban bersama, artinya jika tidak ada yang mau mengurusi mayat Johan maka satu kampung ini akan dilaknat oleh Allah.
(bicara kepada Nurdin)
Pak Nurdin, cobalah istighfar dan tenangkan hati bapak, semoga Allah memberikan kesabaran dan petunjuk kepada kita semua.
FIGURAN
Amiiin!
Nurdin terpaku dan mengusap air mata dengan punggung tangannya.
NURMA
Pak, kalau begitu saya pulang dulu, kasihan emak di rumah.
SAMSUL
Baik Nur, nanti kami segera menyusul!
Sesudah mengucapkan salam, Nurma segera berlalu dari tempat itu.
NURDIN
Pak, maafkan kata-kata saya tadi, saya benar-benar khilaf dan sangat emosi!
SAMSUL
Sudahlah pak Nurdin, saya yakin semua yang hadir di sini sangat maklum sekali akan perasaan bapak. Apalagi saya pak, kehamilan Rina sudah hampir enam bulan… entah bagaimana hancurnya hati kami sekeluarga menanggung aib ini. Jika tidak diberikan kesabaran oleh Allah, mungkin saya sudah menjadi seorang pembunuh!
Sehabis berbicara Samsul langsung menunduk dan berusaha menahan gemuruh perasaan yang bergalau di dadanya. Nurdin dengan mata berkaca-kaca memeluk Samsul yang sempat menitikkan air mata karena sedih.
CUT TO
38. INT. WARUNG WARNI – SIANG
Pemain: Bije-Sapto-Warni.
Bije masih terus memainkan botol bir yang isinya sudah nyaris habis ditangan. Sapto yang berdiri disampingnya mengingatkan Bije.
SAPTO
Je, jadi gak kita ngejenguk bang Johan? Ntar keburu dikubur nih!
BIJE
Oh iya ya, yok kita buruan ke sana! Mpok, gua jalan dulu!
WARNI
Iya!
Bije dan Sapto melangkah keluar dari warung Warni. Sementara Warni membereskan botol minuman di atas meja warungnya.
CUT TO
39. EXT. JALAN DEKAT WARUNG WARNI – SIANG
Pemain: Bije-Sapto-Toni-Indra.
Indra dan Toni sedang berjalan menuju warung Warni. Tiba-tiba mereka melihat Bije dan Sapto keluar dari warung.
TONI
Hoi, mo’ kemana, buru-buru amat!
Bije dan Sapto menghentikan langkah dan melihat ke belakang. Toni dan Indra berjalan mendekati Bije.
TONI
Mau kemana sih lo?
BIJE
Bang Johan mati!
TONI & INDRA
Mati?
Mereka saling pandang tidak percaya.
SAPTO
Benar Ton! Gua tadi dari rumahnya bang Johan sebelum ngasih tahu Bije!
TONI
Wah gawat, nih!
INDRA
Gimana sih lo? Orang udah mati, baru elo bilang gawat!
TONI
Bukan gitu Ndra, tapi…
BIJE
Apaan sih, Ton? Kayak orang senewen aja!
TONI
Elo ingat pesan bang Johan gak, waktu elo sama dia ngadu siapa yang kuat minum kemarin malam?
Bije berpikir keras dan mencoba mengingat pesan apa yang sudah dikatakan oleh Johan kepada mereka.
CUT TO
FLASH BACK
40. INT. RUANG DOKTER HADI/RUMAH SAKIT – SIANG
Pemain: Johan-Dokter Hadi.
Johan sedang diperiksa oleh dokter Hadi (pria, 45 tahun) di atas ranjang. Tidak jauh dari situ Bije duduk di dekat meja kerja dokter Hadi. Beberapa saat kemudian, pemeriksaan pun selesai. Johan segera membereskan pakaiannya dan duduk di samping Bije. Tidak lama kemudian dokter Hadi ikut duduk dihadapan Johan dan Bije.
JOHAN
Gimana keadaan saya, dok? Gak apa-apakan?
DOKTER HADI
Kondisi saudara cukup parah! Sebaiknya mulai saat ini, hentikan kebiasaan mengkonsumsi alkohol dan banyak-banyaklah istirahat.
BIJE
Lho, emang sakit bang Johan apa hubungannya dengan alkohol, pak dokter? Kan cuma muntah darah biasa!
DOKTER HADI
Begini, akibat keseringan minum alkohol, hati dan ginjal saudara Johan menjadi rusak dan tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Dan jika ini tidak cepat diobati, maka dapat menyebabkan kondisi saudara Johan menjadi lebih parah.
JOHAN
Maksudnya, mati gitu dok?
DOKTER HADI
Saya tidak mengatakan begitu, sebab ajal di tangan Allah.
JOHAN
Aaah, dokter ini suka bebelit mulu! Ya sudah, kalo gitu kasih resepnya aja deh, biar ntar sore saya tebus obatnya!
Dokter hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah Johan yang masih menganggap enteng penyakitnya. Kemudian ia segera menuliskan resep pada selembar kertas.
CUT TO
41. INT. RUANG TAMU/RUMAH ROHAYAH – MALAM
Pemain: Johan-Rohayah-Nurma.
Johan berjalan keluar dari kamarnya dengan berpakaian rapi. Saat memasuki ruang tamu, tiba-tiba ia terbatuk dengan hebatnya.
JOHAN
Uhuuuk …uhuuk… uhuk… Uh, darah lagi!
(OS)ROHAYAH
Han, kamu tidak apa-apa, nak?
Johan berbalik dan segera menghapus darah ditangan ke bagian belakang celananya.
JOHAN
Apaan si emak, bikin kaget orang aja!
ROHAYAH
Han, emak pikir sebaiknya malam ini kamu tidak usah keluar dulu… emak khawatir nanti ada apa-apanya dengan penyakit kamu.
JOHAN
Khawatir mulu! Orang juga gak apa-apa koq!
ROHAYAH
Han, dengar kata emak nak… jaga kesehatan kamu.
JOHAN
Emak, bisa diam gak sih! Udah bau tanah masih aja usil urusan orang! Emangnya saya pake duit emak apa?
ROHAYAH
Han, emak gak usil urusan kamu nak… huhuhu… emak hanya tidak ingin kamu sakit… huhuhu… karena hanya kamu anak laki mak satu-satunya, tempat emak mengadu sebagai pengganti mendiang bapakmu… huhuhu…
JOHAN
Kalo mau cari pengganti bapak, kawin aja lagi!
Tiba-tiba Nurma keluar dari kamarnya.
NURMA
Massya Allah bang, abang sadar gak sih kalau yang abang bentak-bentak ini orang yang melahirkan kita, orang yang mengandung kita berdua? Istighfar bang… istighfar…
JOHAN
Eh, elo anak kecil jangan suka sooty, ya? Lama-lama gua gamparin juga, lo!
Nurma segera memeluk Rohayah yang terduduk di lantai sambil menangis. Johan pergi meninggalkan tempat tersebut.
CUT TO
42. INT. WARUNG REMANG-REMANG – MALAM
Pemain: Johan-Bije-Toni-Figuran.
Seperti biasanya Johan, Bije, dan Toni duduk bertiga di pojok langganan mereka. Mereka tengah asyik menikmati suara musik yang terdengar hingar bingar memenuhi ruangan tersebut. Johan menenggak minuman sampai habis dan kemudian ia mengambil botol yang baru dibuka. Saat akan meminumnya, Bije menegur Johan.
BIJE
Bang, udahan dulu!
JOHAN
Udahan? Emang elo kepengen pulang?
BIJE
Maksud gua, minumnya jangan banyak-banyak, ntar abang muntah darah lagi!
JOHAN
Hehehe… elo kayak emak gua aja! Cerewet, tau gak! Je, gini-gini badan gua masih sehat dan kuat!
TONI
Iya Je, kayaknya elo mau nantangin bang Johan adu kuat nih!
BIJE
Ah gila lo, mana berani gua!
JOHAN
Hehehe… ayo Je, iseng-iseng aja! Tenang aja fren… kalah menang, gua yang bayarin… yang penting hepi, men!
TONI
Ayo Je, itung-itung latihan, biar gak sia-sia bang Johan selama ini ngajakin elo minum!
BIJE
Gimana ya?
Johan mencolek Bije dan tersenyum menggoda. Bije pasrah dan angkat bahu.
JOHAN
Nah gitu dong, baru Bije namanya!
BIJE
Tapi, kalo sakit abang tambah gawat gimana?
JOHAN
Yaaah elo ini, khawatiran mulu! Kalau sakit gua kambuh, paling mati! Gini deh, ntar kalo gua mati, elo bedua harus ngelakuin wasiat gua, ya?
TONI
Wasiat? Wasiat apaan bang?
JOHAN
Pokoknya elo bedua harus nyiramin mayat gua dengan minuman ini atau minimalnya bir deh, biar mayat gua harum dan malaikat rada keder deketin gua, janji ya!
TONI
Oke deh, bang!
JOHAN
Elo jangan maen oke-oke aja, kalau elo kagak ngelakuin maka roh gua akan gangguin elo bedua seumur-umur, ngerti!
TONI & BIJE
Ngerti, ngerti!
JOHAN
Ya udah, kalo gitu lo pesan minuman sepuluh botol lagi, Ton!
Toni segera berteriak memanggil pelayan dan memesan minuman. Sementara itu Bije bersiap-siap untuk adu kuat minum dengan Johan.
CUT TO
BACK TO
43. EXT. JALAN DEKAT WARUNG WARNI – SIANG
Pemain: Bije-Sapto-Toni-Indra
Bije mengangguk-angguk seperti ia sudah mengingat sesuatu.
TONI
Nah, sekarang elo udah ingat kan?
BIJE
Iya, gua ingat! Ayo deh, kita beli bir dulu sebelum ngejenguknya!
TONI
Oke deh,‘ndra, beli bir sepuluh botol sama mpok Warni, gih!
INDRA
Buat apaan nih, emangnya mau minum di rumah bang Johan?
BIJE
Aaah udah, elo ikutin aja omongannya Toni! Nanya mulu kayak wartawan!
Indra segera bergegas ke warung Warni untuk membeli minuman. Sementara Sapto masih kebingungan dengan tindakan Bije dan Toni.
CUT TO
44. INT. RUANG TENGAH/RUMAH ROHAYAH – SIANG
Pemain: Johan-Rohayah-Figuran.
Rohayah menangisi mayat Johan yang terbujur kaku di atas kasur di ruang tengah.
ROHAYAH
Johan, jangan tingalkan emak nak… huhuhu… ya Allah maafkan dosa-dosa anak hamba… huhuhu…
Rohayah terus menangis sedih seraya tangannya sesekali mengelap darah segar yang masih keluar dari mulut Johan. Beberapa tetangga wanita berusaha menenangkan Rohayah. Mereka juga sedih melihat kondisi Rohayah yang harus menerima kematian Johan dengan cukup mengenaskan.
CUT TO
45. EXT. JALAN MENUJU RUMAH ROHAYAH – SIANG
Pemain: Nurma-Sapto
Nurma berlari menuju rumah. Di tengah jalan ia bertemu dengan Sapto yang juga sedang mencari-carinya.
SAPTO
Nur, bentar… gua mo ngomong, penting!
NURMA
Ada apa bang?
SAPTO
Nur, mendingan elo buruan ke pak erte, dah!
NURMA
Gak mau ah! Nur mau pulang, kasihan emak ngurusin mayat bang Johan! Lagian pak erte juga gak ada di rumah!
SAPTO
Pokoknya elo cari bantuan kemana kek, sebab teman-temannya bang Johan bakal datang ke rumah elo dan mo mandiin mayatnya pake bir!
NURMA
Massya Allah!
SAPTO
Iya Nur, katanya itu wasiat dari abang elo sebelum meninggal! Ayo cepat buruan panggil orang-orang di mesjid, elo bedua emak kagak bakalan sanggup ngalangin niat mereka!
Nurma menjadi bingung dan kemudian ia segera berbalik dan kembali berlari menuju mesjid.
CUT TO
46. INT. RUANG TENGAH/RUMAH ROHAYAH – SIANG
Pemain: Rohayah-Bije-Toni-Indra-Figuran.
Beberapa orang tetangga wanita terus berusaha menenangkan Rohayah. Tiba-tiba Bije, Toni dan Indra masuk ke dalam ruangan tersebut sambil menenteng botol bir yang siap dituangkan.
BIJE
Permisi mak, kami mau melakukan wasiatnya bang Johan!
ROHAYAH
Wasiat? Wasiat apa, Je?
TONI
Sebelum meninggal, bang Johan pesan agar mayatnya dimandiin pake bir!
Semua orang yang di dalam ruangan tersebut terkejut mendengar ucapan Toni.
ROHAYAH
Massya Allah… Ton, jangan kamu lakukan itu nak! Jangan, emak mohon jangan… huhuhu…
BIJE
Maaf mak, sebenarnya kami juga tidak mau tapi kami sudah terlanjur janji pada bang Johan.
TONI
Iya mak, bang Johan mengancam kami jika tidak melakukan ini maka rohnya akan menghantui kami seumur-umur!
ROHAYAH
Tidak, jangan lakukan itu… huhuhu… mak mohon jangan… huhuhu…
Rohayah berusaha menahan tangan Toni yang hendak menyirami mayat Johan. Sementara Bije berjalan perlahan mendekati mayat Johan.
CUT TO
47. EXT. JALAN DARI ARAH MESJID MENUJU RUMAH ROHAYAH – SIANG
Pemain: Nurma-Nurdin-Samsul-Dirman-Figuran.
Nurma terus berlari menuju mesjid hingga di sebuah belokan ia bertemu dengan rombongan Samsul, Nurdin, Dirman dan beberapa jemaah mesjid yang hendak ke rumahnya. Nurma segera menghadap kepada Dirman.
NURMA
Pak erte tolong! Mayat bang Johan mau dimandiin pake minuman keras oleh teman-temannya!
Semua yang mendengar ucapan Nurma menjadi terkejut.
DIRMAN
Massya Allah… siapa yang hendak melakukan perbuatan biadab itu, ha!
NURMA
Sssaya… tidak tahu pak… huhuhu…
NURDIN
Nurma, sudahlah… kamu jangan menangis, sebaiknya kita cepat ke rumahmu!
SAMSUL
Iya, ayo kita buruan sebelum mayat dimandikan!
Tanpa banyak berkata-kata lagi, rombongan itu segera memacu langkah mereka menuju rumah Johan.
CUT TO
48. INT. RUANG TENGAH/RUMAH ROHAYAH – SIANG
Pemain: Johan-Rohayah-Nurma-Bije-Toni-Indra-Samsul-Nurdin-Dirman-Figuran.
Rohayah meraung-raung saat Toni memegangi tangannya. Sementara beberapa tetangga wanita lainnya berdiri di pojok ruangan di bawah todongan pisau Indra.
ROHAYAH
Tolong… tolong nak Bije jangan lakukan itu… huhuhu…
TONI
Maaf mak, maafkan kami, kami terpaksa mak… huhuhu…
Bije menyirami mayat Johan dengan minuman bir hingga pada saat botol terakhir rombongan Dirman muncul.
NURDIN
Hentikan! Biadab kamu Je!
Bije terkejut dan menghentikan kegiatannya. Nurdin segera mendekati Bije dan menampar wajahnya hingga Bije terhuyung-huyung ke lantai.
NURDIN
Dasar pemabuk, biadab, setan!
SAMSUL
Pak, pak Nurdin… sabar pak!
Jemaah lain ikut menenangkan Nurdin. Sementara Indra mundur dan Toni melepaskan pegangannya kepada emak.
Emak dan Nurma mendekati mayat Johan dan hendak membersihkan dari minuman bir. Tapi tiba-tiba tubuh Johan berasap dan kian lama asap semakin menebal. Semua yang berdiri di ruangan tersebut terkesiap dan mundur beberapa langkah ke belakang. Beberapa detik kemudian asap dari tubuh Johan perlahan menipis sebelum hilang samasekali.
POV: Tubuh Johan hangus dengan kulit terkelupas. Sedangkan mulutnya mengeluarkan darah berwarna kehitam-hitaman dengan bau amis yang menyengat.
Semua orang di dalam ruangan tersebut bergidik ngeri dan menutup hidung menahan bau yang menyengat. Sementara Rohayah langsung pingsan dipelukkan Nurma saat melihat kondisi Johan yang mengenaskan.
TAMAT
This post was last modified on 02/11/2020 01:07