Cinta Tanpa Definisi oleh Anis Matta

Selain persoalan pencarian jadi diri, masa muda juga sering sekali disibukkan dengan urusan cinta. Entah karena urusan dengan perasaan, hingga ke urusan definisi. Untuk urusan definisi sebenarnya gampang saja. Kita tinggal membuka kamus besar bahasa Indonesia, disitu terlah termaktub dengan jelas apa definisinya. Tetapi buat anak muda, definisi cinta tidak boleh sesederhana apa tercatat itu. Apalagi jika perasaan cinta itu sudah meluap-luap, maka definisinya pun bisa semakin rumit.

Cinta bukan persoalan biasa. Maka dari itu definisi cinta tidak boleh sederhana. Perasaan cinta itu sungguh luar biasa, maka definisinya pun harus mentereng luar biasa. Boleh saja kita berkeinginan mencintai seseorang dengan sederhana seperti puisi Sapardi Djoko Damono, tetapi untuk menjabarkan maknanya, tidak bisa serampangan. Tidak boleh biasa-biasa saja. Bisa-bisa kita melukai orang yang sedang tenggelam dalam luapan rasa cinta.

Setelah melihat beragam tulisa tentang definisi cinta, saya sangat tertarik dengan tulisan Anis Matta yang berjudul Definisi Cinta dari buku “Serial Cinta”. Anis Matta mendefinisikan cinta justru dengan tanpa definisi. Hal ini sangat paradoks karena definisi cinta yang tanpa definisi itu harus dinyatakan dengan ratusan karakter kata. Tapi ya begitulah cinta yang tanpa definisi.

Berikut tulisan bernas itu:

CINTA TANPA DEFINISI

Seperti angin membadai.

Kau tak melihatnya.

Kau merasakannya.

Merasakan kerjanya saat ia memindahkan gunung pasir di tengah gurun.

Atau merangsang amuk gelombang di laut lepas.

Atau meluluhlantakkan bangunan-bangunan angkuh

di pusat kota metropolitan.

Begitulah cinta.

Ia ditakdirkan jadi kata tanpa benda.

Tak terlihat.

Hanya terasa.

Tapi dahsyat.

Seperti banjir mendera.

Kau tak kuasa mencegahnya.

Kau hanya bisa ternganga ketika ia meluapi sungai-sungai,

menjamah seluruh permukaan bumi,

Menyeret semua benda angkuh yang bertahan di hadapannya.

Dalam sekejap ia menguasai bumi.

Dan merengkuhnya dalam kelembutanya.

Setelah itu ia kembali tenang:

Seperti seekor harimau kenyang yang telelap tenang.

Demikianlah cinta.

Ia ditakdirkan jadi makna paling santun

yang menyimpan kekuatan besar.

Seperti api yang menyala-nyala.

Kau tak kuat melawannya.

Kau hanya bisa menari di sekitarnya saat ia mengunggun.

Atau berteduh saat matahari membakar kulit bumi.

Atau meraung saat lidahnya melahap rumah-rumah,

kota-kota, hutan-hutan.

Dan seketika semua jadi abu.

Semua jadi tiada.

Seperti itulah cinta.

Ia ditakdirkan jadi kekuatan angkara murka

Yang mengawal dan melindungi kebaikan.

Cinta adalah kata tanpa benda,

Nama untuk beragam perasaan,

Muara bagi ribuan makna,

Wakil dari sebuah kekuatan tak terkira.

Ia jelas, sejelas matahari.

Mungkin sebab itu Eric Fromm

-dalam The Art of Loving-

Tidak tertarik –

atau juga tidak sanggup mendefinisikannya.

Atau memang cinta sendiri yang tidak perlu definisi bagi dirinya.

Tapi juga terlalu rumit untuk disederhanakan.

Tidak ada definisi memang,

Dalam agama, filsafat atau sastra atau psikilogi.

Tapi inilah obrolan manusia sepanjang masa.

Inilah legenda yang tak pernah selesai.

Maka abadilah

Rabiah Al-Adawiyah,

Rumi,

Iqbal,

Tagore, atau Gibran

Karena puisi atau prosa cinta mereka.

Abadilah legenda Romeo dan Juliet,

Laela – Majnun,

Siti Nurbaya,

Atau Cinderella.

Cinta adalah lukisan abadi dalam kanvas kesadaran manusia.

Lukisan.

Bukan definisi.

Ia disentuh sebagai situasi manusiawi,

Dengan detil-detil nuansa yang begitu rumit.

Tapi dengan pengaruh yang terlalu dahsyat.

Cinta merajut semua emosi manusia dalam

Berbagai peristiwa kehidupannya menjadi sublime:

Begitu agung tapi juga terlalu rumit.

Perang berubah menjadi panorama kemanusiaan

begitu cinta menyentuh para pelakunya.

Revolusi tidak dikenang karena geloranya

tapi karena cinta yang melahirkannya.

Kekuasaan tampak lembut saat cinta

memasuki wilayah-wilayahnya.

Bahkan penderitaan akibat kekecewaan kadang terasa manis

karena cinta yang melatarinya:

Seperti Gibran yang kadang terasa menikmati

Sayap-sayap Patahya.

Kerumitan terletak pada antagoni-antagoninya.

Tapi di situ pula daya tariknya tersembunyi.

Kerumitan tersebar pada detil-detil nuansa emosinya,

berpadu atau berbeda.

Tapi pesonanya menyebar pada kerja dan pengaruhnya

Yang teramat dahsyat dalam kehidupan manusia.

Seperti ketika kita menyaksikan gemuruh badai,

luapan banjir atau nyala api,

Seperti itulah cinta bekerja dalam kehidupan kita.

Semua sifat dan cara kerja udara,

Api dan air juga terdapat dalam sifat dan cara kerja cinta.

Kuat.

Dahsyat.

Lembut.

Tak terlihat.

Penuh haru biru.

Padat makna.

Sarat gairah.

Dan, antagonis.

Barangkali kita tidak perlu definisi.

Toh kita juga tidak perlu penjelasan

Untuk dapat merasakan terik matahari.

Kita hanya perlu tahu cara kerjanya.

Cara kerjanya itulah definisinya:

Karena – kemudian-

Semua keajaiban terjawab di sana.

 

Begitulah definisi cinta yang tanpa definisi. Pun harus dijelaskan dengan banyak kata. Tidak sesederhana di kamus, tapi tidak juga sebanyak perasaan yang membuncah saat dilanda cinta.

Mungkin Anda Menyukai