Cerita Lucu Jago Poligami Tapi Ternyata

JAGO memang jago merayu wanita, sebagai buktinya, dia sudah memiliki istri dua. Istri pertama bernama DEVI, dan istri kedua bernama DISMA. Karena Jago memang jago merayu, kedua istrinya ini hidup rukun dan tak pernah berantem.

“Kelemahan perempuan itu terletak pada rayuan. Meski mereka tahu kalau itu semua gombal. Tapi mereka senang,” kata Jago pada seseorang anak muda yang bertanya tentang tips berpoligami dalam angkot yang sedang dikemudikan Jago.

“Contohnya saya. Kalau dibilang tampang, ya masih gantengan kamu. Kalau kekayaan, saya cuman supir angkot. Kalo pinter, saya cuman tamatan smp. Apa coba kelebihannya?” Lanjut Jago. “Kelebihan saya ya itu tadi. Jago menggombal.”

“Kalau mereka tahu kita hanya berbohong gimana?” Tanya SILONG pemuda jomblo yang masih terus penasaran akan keahlian Jago.

“Rayu, rayu, rayu, dan rayu terus. Jangan berhenti merayu.”

“Apa nggak capek? Nggak bosan?”

“Di situ gunanya kreatifitas, Long. Kita harus banyak ref, ref, ref…

“Referendum?”

“Bukan. Itu loh, kalau banyak informasi gitu?”
“Referensi?”
“Iye, referensi. Kamu kan tahu saya patah pensil. Nggak punya sekolah.”

“Terus maksud Bang Jago soal referensi itu gimana?”
“Ya kita kudu punya banyak bahan rayuan. Nggak mempan begini, ya cari yang lain.”

“Wah sulit juga ya? Terus dapat referensinya dari mana?”
“Ya elah, masak saya ngajarin anak kuliahan sih? Ya dari puisi-puisi lah. Lirik-lirik lagu juga banyak. Mulai lagu Indonesia, barat, sampai India.”
“Emang abang ngerayu pake Bahasa India?”
“Ya enggak lah. Kan diterjemahin dulu. Atau cari terjemahannya. Gitu.”

“Oh. Baru tahu saya kalo Abang juga suka puisi?”
“Gini-gini saya dulu hobinya baca-baca buku puisi. Terutama yang tentang cinta. Mulai dari Kahlil Gibran, Chairil Anwar, Sapardi, sampai sekarang masih suka nonton puisi Fiersa Besari dan Wira Nagara di youtube.”

“Wah Bang Jago apdet juga ya?”
“Kalo soal itu sih saya selalu apdet. Jangan ditanya lagi.”

“Tapi gombalan itu berhasil?
“Ya iya lah. Kalo nggak mana bisa rukun, adem, tentram tuh istri-istri saya.”

“Wah, abang Jago bener-bener panutan saya ini.”
“Alah, nggak usah ngegombal deh. Satu aja kamu belum dapet?”

“Iya nih Bang. Kan baru belajar sama Abang.”

“Nah, kamu udah belajar pada orang yang tepat. Ahli soal merayu wanita. Pakar di bidang poligami. Hehehe.” Jago semakin sesumbar.

“Tengok aja di kampong kita. Mana ada lelaki yang sanggup poligami? Mereka ngomong doang. Katanya mau nikah lagi, mau nikah lagi. Haha. Tong kosong. Mana berani mereka sama istri mereka,” lanjut Jago.

“Iye bener, Bang. Mereka cuman wacana aja. Kalo Bang Jago langsung implementasi.”

“Ah, kamu jangan pake bahasa kampus sama saya.”

“Iye maksudnya Abang langsung praktek gitu.”

“Kamu lihat juga. Saya ini berpoligami bukan sembarang poligami. Kenal kan sama istri-istri saya? Devi dan Disma? Mereka cantik dan pinter. Sarjana pula.”

“Abang Jago bener-bener jago.”

Di tengah percakapan itu, tetiba angkot Bang Jago disetop oleh seorang perempuan cantik jelita. Mata Bang Jago tak lepas pandangannya pada perempuan itu yang nanti dikenal bernama AYU.

“Kamu lihat, cewek yang baru naik itu bakal jadi istri ketiga saya,” bisik Jago pada Silong.

“Lah, yang bujangan aja belum. Gimana sih, Bang?”
“Siapa cepat dia dapat.”

Sejak hari itu. Jago berambisi untuk menikahi AYU, sang gadis yang menaiki angkotnya. Dia mulai merancang strategi rayuan terkini. Dia mulai mencari lagu-lagu hits zaman now. Ada I love you 3000, lagu Payung Teduh, Kahitna, baca novel Dilan, yah pokoknya yang romantis-romantis lah.

Silong yang mengamati gerak-gerik Jago dari jauh semakin kagum pada keahlian Jago. Dia melihat bagaimana Jago mampu meyakinkan kedua istrinya bahwa dia akan segera mempersunting seorang wanita bernama Ayu.

Ayu ini bukanlah warga kampong tempat tinggal Jago. Dia tinggal di kampung sebelah. Itupun terbilang sebagai warga baru. Untuk beberapa urusan, Ayu sering menaikin angkot Jago sehingga memudahkan Jago dalam merayu.

Singkat kata Jago memberanikan diri untuk menemui ayahnya Ayu. Dia akan melamar secara jantan seperti dia melamar kedua istrinya. Tidak ada keraguan dalam diri Jago. Toh dia sudah punya pengalaman baik sebelumnya.

Rumah Ayu memang agak terpencil di kampung sebelah tapi mudah ditempuh. Rumahnya cukup luas dengan halaman yang luas juga. Di lokasi itu ada sebuah rumah besar dan diapit oleh rumah kopel seperti kontrakan berapa pintu. Tapi ada satu hal yang membuat Jago merasa nyaman, di rumah itu ada banyak wanita cantik.

Jago menemui PAK GAGAH. Tanpa diduga Pak Gagah sudah mengetahui niat Jago.

“Silakan masuk, Bang Jago.”

“Makasih, Pak. Kok tahu nama saya?”
“Bang Jago kan orang terkenal. Tokoh panutan kampung sebelah. Terutama soal poligami.”
“Syukurlah kalau Pak Gagah sudah tahu. Jadi saya nggak perlu lebih jauh memperkenalkan diri.”

“Saya jadi ingin belajar sama Bang Jago. Istrinya rukun-rukun.”

“Ah, saya jadi nggak enak sama Pak Gagah.”

“Iya betul. Saya bener-bener ingin belajar,” raut wajah Pak Gagah menampakkan kesungguhan.

“Wah kalau begitu saya bisa buka kursus nih, Pak?” kata Jago sedikit menyombongkan diri.

“Boleh juga itu. Biar saya jadi pendaftar pertama.”

“Boleh, boleh, Pak. Tapi saya belum buat formulir pendaftarannya.”

“Saya ingin sekali bisa seperti Bang Jago. Istrinya rukun-rukun. Saya belum bisa.”

“Insya Allah, Pak.”
“Ayuuuu… Ayuuuuuu. Ini ada Bang Jago….”

Bang Jago senang sekali. Sepertinya Pak Gagah tahu betul maksud kedatangannya.

“Iya.. Pah… Ada apa?”

Ayu masuk ruang tamu, lalu duduk di samping Pak Gagah sambil bergelanyut mesra.

“Ini papah mau belajar sama Bang Jago. Istrinya rukun-rukun kok bisa ya? Kebetulan ini Ayu istri kesembilan saya ini sering nggak akur sama kakak-kakaknya yang lain. Gimana ya caranya?” Tanya Pak Gagah polos ke Bang Jago.

Mendengar itu, Bang Jago langsung pucat. Ada keringat dingin diam-diam mengucur di balik telinganya. Tanpa banyak kata lagi dia langsung pamit pulang. Ternyata ada orang yang lebih jago dari dirinya.

Mungkin Anda Menyukai

%d blogger menyukai ini: