Breakdown Tata Artistik, Budgeting, dan Lokasi

Jika dalam artikel sebelumnya kita telah membahas tentang peran penata artistik dan tugas kru dalam departemen art, maka kita lanjut membahas bagaimana kerja Penata Artistik berikutnya.

Breakdown Tata Artistik dan Pencarian Lokasi

Setelah menelaah adegan-adegan di dalam skrip, penata artistik membuat breakdown set, properti dan seluruh kebutuhannya.

Sedangkan breakdown master ia dapatkan dari asisten sutradara. Mengenai pembahasan itu bisa kamu lihat di artikel Breakdown Scrip Film.

Penata artistik harus mampu menafsirkan setting lokasi dengan jalan cerita maupun gaya bercerita sutradara.

Biasanya pencarian lokasi dimulai dan bertitik tolak dari lokasi yang paling penting di dalam cerita (main set), baru kemudian menyusul lokasi-lokasi lainnya.

Set utama bisa kita lihat informasinya dari breadown master. Set apakah yang paling sering kita gunakan.

Contohnya di dalam skenario ternyata set sekolah paling banyak, maka set rumah, kantor, dan lainnya mengikuti set utama. Artinya nyari set rumah yang nggak jauh-jauh dari sekolah.

Namun dalam banyak kasus, ketika mencari lokasi, kita sering menemukan kebuntuan seperti tidak ideal atau tidak cocok. Atau alasan teknis seperti kurang aman atau sekitarnya terlalu berisik.

Umpamanya kita telah menemukan set sekolah yang paling ideal berdasarkan tuntutan skenario dan konsep sutradara, tapi ternyata rumah di sekitar tidak ada yang cocok. Maka dengan sangat terpaksa kita harus loncat lebih jauh ke daerah lain. Set sekolah di Cibubur misalnya, sedangkan set rumah yang paling cocok adanya di Parung.

Kondisi tidak ideal begini sering sekali terjadi. Untuk memutuskan yah harus berembuk antara sutadara, produser, dan penata artistik. Mana yang lebih prioritas, mana yang masih bisa dikesampingkan.

Memilih Lokasi

Karena hal diatas, sering para perencana tidak menemukan lokasi yang benar-benar pas dan ideal. Terkadang karena skenario yang menjadi basis dalam pencarian lokasi, tidak ditulis berdasarkan riset yang mendalam. Kadang-kadang apa yang ditulis di skrip tidak sesuai dengan kenyataan yang ada.

Dalam beberapa kasus, adegan-adegan eksterior dan adegan interior dibuat di lokasi set yang berbeda tempatnya. Hal ini terjadi karena di area set lokasi, lingkungan antara eksterior dengan interior tidak sesuai dengan yang ada di dalam skrip.

Penjajakan Lokasi (Location Recce)

Setelah memutuskan pemakaian lokasi, penata artistik harus mengunjungi lokasi-lokasi tersebut dengan sutradara, penata fotografi dan manajer produksi.

Perencana artistik sudah mulai mengukur dan membuat foto yang lebih detail dari lokasi-lokasi tersebut.

Di sini perlu diperhatikan antara lain;

  • Keadaan atau suasana sekitar.
  • Luas lokasi.
  • Jarak tempuh.
  • Perizinan dari pemerintah daerah setempat.
  • Keadaan cuaca setempat.

Membuat Floor Plan dan Perspektif

Setelah setiap set lokasi dilihat dan ditentukan, maka tahap selanjutnya adalah membuat Floor Plan dan Gambar Perspektif. 

Kedua gambar ini amat diperlukan oleh para tukang yang akan membuat set. 

Gambar perspektif juga merupakan alat Bantu dari penata artistik ketika berdiskusi dengan sutradara mapun dengan manajer produksi.

Studio (indoor studio)

Terkadang para perencana mencari set-set alternative di sekitar set lokasi outdoor, yang dapat digunakan apabila terjadi force majeure dengan cuaca. Di mana pelaksanaan shooting dapat kita alihkan ke dalam set studio.  Kita mendata tempat-tempat seperti;

  • Gedung-gedung yang ada.
  • Rumah-rumah besar.
  • Gudang-gudang.
  • Ruang-ruang kantor.
  • Aula dan balai atau wisma pertemuan.

Lokasi Interior

Karena alasan penghematan biaya atau demi orisinalitas, seringkali kita menggunakan bangunan yang sudah ada.  Meski kadang hal ini bikin produksi kurang efektif dan tidak efisien dalam hal waktu.

Kita jadi pindah lokasi yang berjauhan. Hal ini menyebabkan waktu banyak terbuang untuk pindah-pindah lokasi. Bujet juga bisa terbuang karena pengeluaran bensin dan transportasi lainnya.

Sebenarnya jika setnya dibuat di studio, kita bisa membangun sesuai dengan apa yang kita butuhkan.

Tapi ketika menggunakan lokasi asli yang ada, mau tidak mau kita harus melakukan kompromi-kompromi terhadap konsep dan situasi yang kadang tidak terduga.

Analisis Set/Lokasi

Jika kita telah menentukan suatu lokasi, maka kita perlu menganalisa beberapa hal seperti berikut:

  • Dinding: polos dengan cat biasa atau menggunakan wallpaper. Tembok, bata ekspos, kayu, atau material lain.
  • Langit-langit : polos atau bergambar, gypsum atau triplek atau lainnya.
  • Lantai : marmer, kayu atau karpet.
  • Pintu dan Jendela : ukuran dan bentuk jendela, kain gordyn dan teralis.
  • Lampu-lampu penerangan : lampu gantung, lampu duduk atau lampu sudut,
  • Properti : meja-kursi, lemari hias, hiasan-hiasan.
  • Kondisi ruangan : siapa pemilik?, apa bisa dipermak?, sejauh mana bisa dirias?.
  • Watak ruangan : ruangan tersebut berkarakter apa?.
  • Memilih sudut-sudut yang bagus untuk pengambilan gambar di ruang tersebut.

Mendandani Set Sempit

Seringkali kita menemui ruangan yang tidak sesuai luasnya dengan kebutuhan untuk pengambilan gambar.

Paling sering biasanya set kamar kos atau kontrakan kecil. Sedangkan ada adegan teman-teman kampus datang menjenguk. Nah gimana coba?

Untuk meletakkan kamera, lampu, dan peralatan lainnya aja udah makan tempat. Di mana lagi mau naruk 10 teman kampus?

Pikirlah sendiri.

Kamera dan lensa memang bisa membuat sebuah ruangan tampak lebih luas. Tapi sebaiknya kita mampu membuat set yang nyaman buat semua tim yang terlibat.  

Menyesuaikan Eksterior lokasi dengan Interior Studio.

Penyesuaian ekterior dan interior studio ini jika kita menggunakan set eskterior rumah di lokasi sebenarnya, sedangkan ruang tamu, kamar, dan toilet kita mensetnya di studio.

Maka yang harus kita lakukan adalah menyelaraskan semua realitas. Baik itu logika luas ruangan, logika cahaya matahari yang masuk, logika jendela tembus pandang, dan semuanya yang berkaitan langsung.

Misalnya pintu atau jendela yang paling sering berhubungan langsung dengan kondisi interior dan eksterior.

Izin-izin

Izin tertulis harus selalu ada sebelum kita memulai syuting dengan lokasi yang sekiranya cocok.

Bila menggunakan lokasi milik pribadi, maka adakan pendekatan personal lebih dulu kepada si pemilik. Setelah itu baru kemudian izin lingkungan dari pemerintah daerah setempat.

Semua izin diurus oleh bagian manajemen produksi. Untuk itu manajemen produksi pasti terlibat saat reccee. Artikel tentang manajemen produksi bisa diklik di sini.

Menyiapkan Lokasi

Lokasi yang kita temukan lebih sering tidak sesuai kebutuhan skenario dan konsep sutradara. Ada aja kurangnya. Warnanya tidak sesuai karakter lah, dindingnya terlalu norak lah, jendelanya jadul lah.

Untuk itu kru art harus siap bekerja keras mengubah sesuai kebutuhan film kita.

Berdasarkan pengalaman saya sendiri, saya pernah meminta penata artistik untuk mengganti semua jendela kaca masjid yang lebarnya ¾ dinding masjid.

Hal ini sesuai kebutuhan kondisi masjid yang ceritanya lama tidak digunakan jamaah dan akan dilakukan renovasi.

Lokasi Ganda

Lokasi ganda ini maksudnya adalah sebuah lokasi yang kita jadikan beberapa set berbeda.

Misalnya kita menemukan sebuah pasar, sedangkan di dalam skrip ada 2 pasar berbeda. Sebutlah pasar Ciawi dan pasar Gandaria.

Kita dapat melakukan syuting kedua pasar tersebut di hanya sebuah lokasi pasar tanpa perlu berpindah ke lokasi lain.

Untuk itu kita perlu mencari sudut tertentu dari pasar tersebut yang memiliki nuansa berbeda.

Kita perlu juga mendress-nya dengan perbedaan yang mecolok agar penonton betul-betul yakin bahwa itu adalah 2 pasar yang berbeda yang letaknya berjauhan.

Pembenahan Kembali (Re-modelling)

Lokasi yang telah kita rias sesuai kebutuhan film, harus kita kembalikan seperti sedia kala. Itu jika pemilik lokasi tersebut memintanya demikian.

Ada juga kasus, si pemilik malah suka dengan riasan yang anak-anak art lakukan.

Misalnya di ruang makan kita buat lemari gantung buat tempat piring. Si pemilik malah meminta agar lemari itu tetap di situ.

Kami pernah membangun set Rumah Cinta di daerah Muara Karang, Jakarta Utara. Warga sekitar malah meminta agar rumah itu tidak dibongkar karena akan mereka gunakan untuk sebagai rumah belajar anak-anak. Persis seperti cerita filmnya.

Tetapi normalnya, kita harus mengembalikan kondisi set seperti semula. Tidak ada cacat dan bekas-bekas paku yang merusak bangunan.

Hal ini juga adalah etika bekerja yang patut dijalankan oleh semua kru film.

Set Apa Adanya (Improvised Stage)

Sebagai penata artistik kita harus mampu berimprovisasi dengan apa saja yang ada di sekitar lokasi. Baik bangunan dan benda-benda. Apalagi di daerah yang baru kita tempati.

Pengamatan, observasi, dan ketajaman panca indera harus ditingkatkan. Kejelian mata sangat perlu agar keterbatasan yang ada dapat kita temukan solusinya.

Suatu hari kami syuting di gedung kesenian untuk 2 adegan teater. Untuk adengan pertama bisa terlaksana dengan baik, nah adegan kedua ini ternyata setnya harus berbeda.

Maka kejelian mata penata artistik yang melihat benda di luar gedung yaitu palet kayu untuk pengiriman barang. Ia kemudian letakkan di atas panggung dengan tatanan sedemikian rupa hingga akhirnya jadilah set panggung yang luar biasa.

Properti Lokasi

Bila prop kita buat khusus, haruslah kita ukur dengan akurat agar sesuai dengan aslinya dan mudah kita masukkan ke dalam set.

Selain itu furniture dan props asli setempat lebih baik ketimbang prop tiruan. Sudah pasti lebih murah dan kualitas desainnya lebih tinggi.

Kecuali memang ada prop yang tidak ada jualannya dan sangat dibutuhkan oleh aktor.

Warna Lokasi

Bicara tentang warna, maka ini harus berdasarkan konsep sutradara dan diskusi yang intens bersama penata kamera.

Penata artistik boleh mengusulkan hal-hal yang dia anggap sesuai dengan konsep dan membuat look & mood film lebih bagus lagi.

Namun sekali lagi semua harus berdasarkan persetujuan sutradara. Ada baiknya juga berkoodinasi dengan penata kamera dan kostum agar tidak ada kesalahpahaman saat syuting.

Perencanaan Sudut Pengambilan

Aspek penting dari perencanaan syuting di studio adalah soal sudut pengambilan (camera angle). Karena kita tidak mungkin mendress semua studio itu tanpa mempertimbakan ke sudut mana pengambilan gambar akan kita lakukan.

Kita hanya menset hanya yang kita butuhkan saja.

Namun harus juga kita pertimbangkan soal reverse angle atau sudut kebalikan dari master angle.

BUDGETING

Budgeting untuk Art haruslah dihitung dengan seksama.  Harus berusaha sedetail mungkin dalam penyusunannya.  Karena jika tidak mendetail maka dipastikan akan terjadi pembengkakan budget yang besar.  Dan jika terjadi hal tersebut akan mempengaruhi proses produksi.

Agar dalam menyusun budget dapat sedetail mungkin, pertama-tama yang harus dilakukan adalah membaca dengan teliti dan seksama skrip yang menjadi acuan, kemudian diskusikan dengan Sutradara. Karena sudah menjadi kelaziman, bahwa sutradara sering meminta sesuatu yang tidak tercantum di dalam skrip.

Menyusun Budget

Dalam membuat budget, hal pertama yang dilakukan adalah membuat breakdown tata artistik.  Ada beberapa breakdown yang dibuat, yaitu;

  • Breakdown set, yaitu perhitungan tentang jumlah set yang dipakai dalam film.
  • Breakdown kostum, perhitungan tentang kostum, sewa-beli-buat.
  • Breakdown master, yang merupakan keseluruhan film mulai dari scene pertama.

Budget disusun mulai dari biaya untuk set, berdasarkan breakdown set, sampai biaya setiap scene yang akan dibuat, berdasarkan breakdown master (scene by scene).

Contoh breakdown bisa kamu lihat di sini.

Kamu juga bisa lihat penuturan Penata Artistik langsung di youtube.

Contoh Pengajuan biaya

No.S e tSewa/BeliBiayaJumlah 
01Ruang tengah Rumah Pandu
Meja kursi
Kursi kayu
Meja sudut
Lampu sudut
Foto keluarga Pandu + Frame
Lukisan
Ornamen dinding
Jam dinding
Aquarium

Sewa
Sewa
Sewa
Beli
Beli  


Beli
Beli
Beli
Sewa
1.000.000,-
1.000.000,-   
450.000,-
1.200.000,-
2.500.000,-  
2.000.000,-
1.200.000,-
150.000,-
700.000,-
                    10.200.000,-
breakdown tata artistik film

Mungkin Anda Menyukai