I
istriku
dimana istriku
yang kau sembunyikan dibalik kantong celanamu
bersama bangkai-bangkai suami yang berabad-abad teronggok di
atasnya
istriku
dimana isteriku
ingin kusunting kau untuk kedua kalinya bahkan ketiga keempat
kelima keenam ketujuh kedelepan dan seterusnya agar kau tidak
lepas lagi dariku, agar ikatan kita semakin menguat sekuat
rantai ruh yang melindungi raga
istriku
dimana istriku
dimana kau
kekasihku
aku ingin menikahimu lagi sayangku
II
kacau
jelas istriku bukan kamu
sebab
aku tidak menikahimu
seandainyapun istriku itu seorang perempuan
yah, itulah dia
sebab aku menikahi perempuan itu
III
seperti yang bukan-bukan
yang merindukan bulan
di pantai yang ombaknya memelan
terkarang batu memejamkan mata pelan
ada bini yang jadi istri
ada istri yang jadi bini
yang jadi bini istri siapa
yang jadi istri bini siapa
IV
tamparan itu keras sekali istriku
sakit bahkan teramat sakit digigit semut merah
yang memerah di kulit ku
walau begitu
tetap saja begitu
mungkin akan tetap begitu
karena dulunya ya begitu-itu
lama kita tak jumpa
sejak berpisah di pantai samalona
kau yang tinggalkan ku serupa berawai
dalam buih merapat terbuai
juga tupai yang memakai topi
tak kan tergapai
janji manis terucap dulu santai
V
benarkah itu istriku?
kejadian di pasar kaget mengejutku
walau jarak hanya sesenti
bukan isyarat untuk berhenti
padahal jerit suaramu membentak sunyi
pada heningnnya malam berpeti mati
benarkah ia itu istriku?
barangkali saja ia itu istrimu
tak mungkin ia istri kita
sebab ia belum kahwin atau memutuskan kahwin dengan siapa di
antara kita; yang jadi suami
VI
istriku dimana suamimu
yang dulu pernah kupukul
tapi tak sempat mati
yang belum jadi suamimu sebenarnya
yang hanya pacar tapi layaknya seorang suami
oh istriku
malangnya nasibmu
apa pendapatmu tentang hal itu istriku? ku ingin dengar
suaramu itu yang mendayu-dayu seperti dicuil angin yang
mengawai ujung kerudungmu sehingga berjuntaijuntai di hamparan
udara yang menghampa.
VI
angin yang mencubit kulitku
ketika aku berusaha
mungkin berbisik
tapi kata-kata tidak bersuara
atau menghilang entah kemana
yang ada hanya itu-itu saja
membosankan dan tidak berarti
di hari yang entah apa namanya
ada bulan yang terbelah oleh daun
dipekarangan rumah calon ibu anak-anakku,
di atas kursi kayu
itu keindahan, bisikmu
menghangatkan uraturat leherku
mengekalkan cerita tentang air liur
dan sekarang aku tuliskan kembali
sejarah itu di lembaran kedua
cerita panjang perkawinan dengan kata
VII
istriku wewangian pengharum tubuhku dengan seribu bunga
aneka warna
kebahagiaan berjuta hati
dalamnya kesetiaan
keterpesonaan pada wajah memerah
merah
dan raihlah hatiku
seayu ayu bulan bersimpul senyum
tiada curiga
ku tak mau berpaling darinya pada malammalam bernadakan
jangkrik rawarawa di hamparan gelap bersunyi tidur
tak kuingin tidak bernyanyi untuknya serupa aubade berawai
memanggil ujung kerudungnya yang berjuntaijuntai
ah
terlampau indah
akan tetapi
ada yang mengganjal hati
sebuah kabar dari sumur yang dalam sekali
sedalam misteri yang kau sembunyi
kalau bisa
aku ingin sekali lagi mencintaimu
biarlah aku pinjam barang sebentar
cintamu itu
aku sewa tuk selamanya
mana di mana
di mana istriku
di mana mana
nama di mana
nama di nama
nama di mana mana
di mana mana nama
mana mana di nama
VIII
dear: seseorang entah dimana…
apakah ini adalah jalanmu
membiarkanku tinggal di setasiun cikini
sedangkan engkau telah berangkat menuju bogor
sedih deh melihat nasibku yang rana merana
bersedih di tepian rel
seakan leherku ingin mendekapnya
dan sebentar lagi kereta argobromo lewat
tepat pukul 04.30 wib
masih ingatkah kau waktu itu
di setasiun depok?
saat baru saja kau tiba malamnya di kampung rambutan
dari bandung
aku mencarimu sepanjang rel itu
ternyata kau lagi asyik makan kentang goreng kesukaanku
di manakah kau sekarang?
mungkin pergi ke sebrang bersama perahu dayung atau
helikopter?
atau pesawat penumpang yang ditabrakkan ke gedung wtc?
atau hanya naik limanoldua ke arah tanah abang?
aku ingin jumpamu
kekasihku
IX
seindah indahnya namanya di kala senja di dusun itu
yang terukir di atas nisan kecil berukuran mungil
di malam jumat kliwon
kok semua orang pada takut ke tempat itu
dia istrinya yang telah mati
akibat kelelahan memikul beban teramat banyak
menjadi istri sekaligus berkarir
di belakang meja kantor sebagai direktur keuangan
kadang pula membawa traktor ke lapangan pekerjaan
nian malang nasibnya
akibat perlakuan buruk suaminya
menabuh uang di meja perjudian
menanti kemenangan semu semuanya
kala senja itu turun
menyambut malam
menjadi kelam
larut dalam kepungan gelap
ada kata yang tak terungkap saat ini
kala hatiku sedang resah dilanda gelita
mendapat tekanan dari berbagai arah
apalagi terhadap istriku
ini yang tidak aku sukai
apa sih yang membuatnya berlaku begitu padaku
juga pada istriku
seperti orang tolol saja yang beru berkenalan denganku
bahkan seperti preman pasar yang tidak punya rasa empati
dia harus menjadi anak kecil kembali
rasa sesak itu terus membludak dalam dada
mengembang seperti balon elastis yang diisi udara terus menerus
sedang pelita itu tak kunjung hadir
apalagi embun itu
pada kemana mereka semua
X
apa lagi yang ingin kukatakan
setelah banyak yang kukatakan
agak plong rasa hati ini
setelah menerima surat balasan dari mu
walau ganjalan masih tetap saja hadir
namun itu bukan lagi ganjalan
yang mengganjal-ganjal sehingga tampak ganjil
mengekspresi pada wajah yang berkerut-kerut
yang tak henti-henti
malam terus bergulir
bintang-bintang bergilir berkedip
saat yang mengalirkan jiwa entah pada mana
yang tak henti-henti
XI
masih saja dilambai-lambai
kerudungmu itu kekasihku
kerudungmu
malam-malam lebaran
meninggalkan takbir yang tak kunjung reda
menyisakan dari palung hati sebuah mimpi
pada esok yang berbuah fitri
bahkan pada masa-masa itikaf
di sebuah mesjid yang belum jadi sepenuhnya
dan istri yang merenung
di dapur berasap harum nasi dibalut daun
XII
jodoh yang kukira jodoh
tak jadi berjodoh
kerna emang bukan jodoh
yang dijodoh-jodohkan
berlebihan
terlalu sih!
seolah jodoh beneran
yang pasti berjodoh
kerna ini atau itu
tanpa tanya ?
apa?
cocok?
gimana?
oke?
eh!
kapan?
sudah diatur?
pusing gua
belum siap pak guru
maju kedepan kelas
mengerjakan soal
yang pelik
yang adalah hidup
aku telah kehabisan kata
seakan tuts tuts ini tidak lagi berfungsi
terpencet adalah kata yang salah
kashdfhw[fasnd
akdsfaj kjdf9034j s9dfbviucxm
bila kata kehilangan makna
apa daya tangan tak kata
makna yang tak terkata
tangan ini puntung
seperti ranting merah delima
di rumahnya jalan delima lima
yaitu menghancurkan lima
di prapatan empat
sampai pertigaan
dua jalur
perboden
matraman – klender – cikini 2000-2001